Wednesday, December 12, 2012

Page 1 of Sulawesi South to North: Sulawesi Selatan ada Makassar, Maros, Tana Toraja dan Pare-Pare 1 menit



Sudah bulan Desember 2012 dan Saya telah kembali libur dari dinas pekerjaan selama 28 hari penuh. Sempat beberapa hari tinggal di Bandung dan kembali ke Jakarta sebab kalau terlalu lama dibandung rencana perjalanan ke Sulawesi bias tertunda padahal cuti sudah didapat dari kantor sehingga libur kali ini menjadi panjang sampai lepas tahun baru. Akhirnya diputuskan membeli ticket pesawat terbang seharga Rp. 489.000 oleh Garuda Indonesia Citilink (bukan GA nya loh) sebab teman yang berada di Makassar masih belum jelas kepastiannya untuk jadi travelmate trip ini.

6 December 2012
Berangkat menuju Bandara Internasional Soekarno-Hatta melalui Damri Pasar Minggu tujuan Bandara SHIA dengan harga ticket sekali jalan sebesar Rp. 25.000,-- . Perjalanaan ditempuh lebih kurang 1 jam lebih dengan keadaan malam Jakarta yang masih cukup padat. Tiba dibandara SHIA Terminal 1C langsung masuk Check In Citilink QG710 CGK-UPG ETD 22.50 seat masih didepan tapi lupa nomer cantiknya yang pasti masih keliatan mbak Mugari yang cantik pastinya. 22.50 Cepawat meninggalkan Bandara SHIA whuuuuuuussssshhhhhhhh V1 V2 Gear Up Rotate positive climb sign belt off ladies and gentlemen welcome aboard to SuperGreen blab blab la ZZZZzzzzzzzzzz

07 December 2012
SuperGreen QG710 mendarat dengan sempurna di Hasanuddin International Airport Makassar di Maros…. Lah kok ada Maros? Hahahaa Airport ini ternyata masuk wilayah territory Kabupaten Maros man teman.  Lanjut pesawat parker dan disambut si belalai gajah (nama lain dari Garbarata). Menginap beberapa jam dibandara ini sambil menunggu kabar dari teman yang konon katanya kalo sempat akan dijemput atau telpon akan tetapi si kawan tak ada kabar jua (macam artis yah). Ternyata si kawan tertidur ngorok lelap sehingga telpon dari Saya tak dapat dikenali. Akhirnya hari mulai terang dan Damri telah beroperasi yang artinya alat transportasi yang Saya tunggu telah tiba. Mari kita berangkat menuju pusat kota yang tak tau kemana arah tujuanku. Oh yah Damri ini berbiaya Rp. 20.000,-- per penumpang dan Saya turun di Jalan Pettarani sesuai dengan info teman ada Coto Paraikatte cucok buat Saya makan sebagai Sarapan pagi ini (maklum penggemar Coto men).  Nah, saat makan di Coto Paraikatte ini calon travelmate akhirnya bias dihubungi (bukan calon istri yah, dia laki and gw masih lurus loh). Ah cape nich pake bahasa resmi (penulis dalam pengaruh salak pondoh). Selesai sarapan bergeser ke salah satu cafe menunggu si kawan namun sampai siang rencana berubah karena si kawan masih ada urusan. Berpindah lagi ke Fort Rotterdam dalam perjalanan sempat dihalangi hujan namun tekadku yang kuat akhirnya ketemu juga jalan mendapatkan si Benteng Buatan Belanda ini. Berkeliling dalam Benteng dan kemudian nongkrong dibagian depan Benteng menghadap ke laut namun sayang seribu sayang (bukan sayang lu) lautannya sudah tidak jelas kelihatan sebab seperti yang gw katakan sebelumnya (kapan?) Benteng ini mulai terhimpit oleh tingginya pembangunan modern sehingga keaslian merasakan akan sejarah sebuah Benteng ini mulai tak terasa (tinggal kenangan dan kebanggaan saja mungkin masih punya Benteng). Matahari semakin hari semakin menurun di ufuk barat menghilang dari tatapan mata, itu tandanya sudah sore dan si kawan pun tiba (ga pake cipika cipiki). Wow, si kawan membawa sebuah mobil dan kami duduk sembari mencicipi kopi (terus diminum).  Oh yah, teman dari Mamuju telah tiba dan kami menghampirinya jemput terus makan malam bersama disebuah warung Satay (sate). Putusan mala mini menginap dihotel yang sama dengan teman yang baru tiba dari Mamuju. Tengah malam kami berdua berkeliling mengelilingi kota Makassar sampai lelah kembali kehotel untuk beristirahat.

8 December 2012
Bangun dari tempat tidur bersiap check out pamit dengan teman dari Mamuju, kami menuju Kabupaten Maros. Sebelumnya jemput temannya si kawan, ah ribet pokoknya jalan bertiga yah. Bantimurung memiliki Air Terjun, Kupu-Kupu, Gowa dan objek objek wisata yang lain. Harga tiket masuk local Rp. 15.000,-- Asing Rp. 50.000,-- dan kami hanya bayar 2 orang dan satunya mengaku sebagai guide. Selesai berkeliling kami putuskan kembali ke Kota Makassar dan menaikkan seorang pria Bule asal Kanada (kalo tidak salah namun lupa nama) sedang berkeliling Indonesia bagian timur. Bule tersebut sudah cerai dengan istrinya dan sedang libur dari kerjanya sebagai seorang tukang reparasi rumah yang di akui ditempat asalnya. Sampai di Makassar kami mengantarkaan si Bule ketempat ia menginap namun sebelumnya sore hari kami nongkrong bersama dahulu menikmati matahari terbenam air laut diufuk barat sambil menikmati minuman sore hari. Setelah itu kami mengantarnya ke penginapan dan sejak itu pun kami tak berjumpa lagi. Makan malam disalah satu tempat yang gw lupa namanya dan bertemu dengan teman si kawan serta ikut pergi ketemu teman yang lain. Nah, dari sinilah diputuskan bahwa si kawan positive ikut lanjut trip menuju utara. Malam harinya kembali cuci mata kota Makassar dan kemudian istirahat.

9 December 2012
Bangun siang hari, kegiatan hanya bertemu teman dan sore hari mengembalikan mobil yang disewa teman. Kami dijemput oleh seorang wanita cantik dengan mobil kece untuk mengantar kami menuju Terminal Bus. Malam ini kami berangkat menuju Tana Toraja dengan tumpangan dari P.O. Litha & Co 21.00 dengan harga per penumpang sebesar Rp. 100.000,-- Terima Kasih semua yang telah berjumpa diMakassar. Erick, Zaenab, Temen Uwais, CS Makassar etc

10 December 2012
Perjalanan ditempuh 9 Jam, Bus Litha & Co tiba di Kota Rantepao 06.00 tepat pagi hari yang masih terasa dingin. Suasana kota Rantepao pagi ini masih belum ramai dan kami mencari tempat sarapan. Selesai sarapan si kawan menuju kantor dinas Pariwisata Toraja Utara dan mendapatkan beberapa info serta peta wisata. Selanjutnya bertemu dengan teman baru dari Komunitas Couchsurfing dan pagi ini kami diajak ke Pasar Bollu melihat pasar mingguan ini menjual Kerbau serta Babi yang sangaat banyak. Dan di pasar inilah gw menjumpai Cabe khas Toraja yang unik serta pedas bernama Cabe Katokon. Setelah lelah berkeliling melihat Kerbau dari yang cemen sampe yang paling Macho, dari yng murah sampe yang mahal serta Babi-Babi imut untuk dimasak juga yang seronok yah. Kami makan siang bersama disebuah warung sembari menunggu waktu siang menyaksikan adu kerbau.
Selesai makan siang kami melangkahkan kaki menuju Tilunglipu, menurut info ada adu Kerbau dalam rangka prosesi pemakaman. Dan ternyata benar, saat kami tiba acara akan segera dimulai sehingga kami segera mencari tempat strategis untuk menikmati suguhan yang menarik ini. Dalam adu Kerbau ini pemenangnya ditentukan akan kehebatan dari kerbau. Sehingga dari semua kerbau yang di adu akan ditentukan pemenang terakhir yang paling jago (bingung kan tulisannya). Nah, Kerbau yang menang ini bakalan jadi kerbau bernilai jual tinggi karena merupakan yang terhebat. Tapi kami beberapa kali harus berlari menyelamatkan diri dari tontonan ini sebab Kerbau yang kalah berlari tak karuan dikejar oleh Kerbau pemenang. Sangat berbahaya juga sebagai penonton kalau tidak berhati-hati.  Hari semakin sore dan kami mulai lelah, maka kami putuskan kembali ke kota dengan menumpang bechak motor. Tiba dkota kami putuskan untuk menginap di Kharisma Hostel dengan biaya sebesar Rp. 100.000,- double bed. Malam hari gw makan bakso khas Toraja dan si kawan lupa kemana yah. Sebelum istirahat minum Kopi dahulu disalah satu rumah kopi rantepao.  Istirahat lagi

11 December 2012
2 Pemuda ini sewa motor untuk berkeliling Tana Toraja dengan tujuan sebagai berikut:
-          Lokomata, Kuburan dibatu besar.
-          Batutumonga, melihat pemandangan dari ketinggian
-          Di Kampung Deri pas kami lewat sedang ada Pesta Pemakaman
-          Situs Purbakala Bori
-          Nah, Kalo ke Rantepao jangan lupa makan di Pong Buri (khusus non muslim) makan siang
-          Kete Kesu, Pemakaman
Hujan-hujanan dari Kete Kesu menuju kekota dan bertemu dengan teman Couchsurfing dan mengajak nongkrong di CafĂ© Aras menghabiskan sisa sore perpisahan dengan kami sembari menyerumput Kopi khas Toraja. Pukul 19.00 berpisah dengan teman-teman disini dan kami dibawa pergi oleh Bus PO Pelangi Colt Diesel 135PS dengan biaya sebesar Rp. 60.000,-- menuju Pare-Pare.  Namun tujuan kami adalah Kota Mamuju, Sulawesi Barat. Terima Kasih Ike, Akmal, teman Ike (maap lupa nama) tidak lupa juga buat Rani walaupun belum sempat jumpa.

12 December 2012
Bus tiba diPare-Pare pukul 00.15 dan kami turun disalah satu jalan lintas Barat Sulawesi, baru sekejap sembari merapikan tas. Ada Bus besar bertuliskan Mamuju oleh Litha & Co kami stop dan berhenti bertanya masih ada kursi kosong untuk 2 orang? Ada, maka kami langsung melanjutkan perjalanan menuju Mamuju dengan Bus ini dengan biaya sebesar Rp. 80.000,--

Menuju Sulawesi Barat ....

Saturday, October 27, 2012

South Sulawesi: Tanjung Bira, Malino and Makassar 23-27 October 2012


23 October 2012
Tiba dipelabuhan Ferry Siwa Kabupaten Bone Pukul 10.30 LT lebih cepat 30 menit dari jadwal normal karena laut sangat bersahabat begitu tenang. Begitu kapal sandar para penumpang lagsung dihadapkan dengan para calo buruh panggung serta para supir travel yang berebutan mencari penumpang menuju tujuan masing-masing. Saya pun langsung bilang Bulukumba dan dapat tumpangan sebuah APV berwarna Merah. Nah, disini jangan heran dan mengeluh apabila hanya membayar normal sebab dalam mobil akan diisi penuh 4 belakang, 4 tengah dan 2 depan dengan biaya Rp. 100.000 per penumpang. Saran Saya kalau mau naik travel di Sulawesi Selatan nyaman bayar lebih agar tidak duduk terlalu sesak, namun soal merokok tidak usah protes sebab rata-rata supir disini adalah perokok dan lebih baik merokok kalau tidak bias ngantuk gitu dech. Ayo pilih selamat atau merokok? Baiklah, Perjalanan Siwa Bulukumba ditempuh dalam waktu 6 jam melewati daerah Bone dan Sinjai 1 kali berhenti makan siang.
Tiba dibulukumba sudah jam 18.00 malam dan untuk melanjutkan perjalanan ke Tanjung Bira sudah tidak ada lagi angkutan umum. Mencoba mencari tumpangan menuju Tanjung Bira namun sampai malam tidak mendapatkan sehingga teman Saya menganjurkan agar menginap dulu ke tempat Saudaranya di kota ini nanti pagi hari baru melanjutkan ke tanjung Bira.  Malam ini Saya menginap di rumah Saudara teman di Jalan Adiguna Bulukumba.

24 October 2012
Bangun subuh serta bersiap-siap berpamitan untuk melanjutkan perjalanan ke Tanjung Bira. Pukul 05.30 berangkat menuju Tanjung Bira dengan menumpang Angkutan Umum Rp. 5000 sampai Tanah Beru trus naik angkutan umum Tanah Beru- Tanjung Bira Rp. 20.000 total 40 KM dari Bulukumba ke Tanjung Bira. Bertemu dengan teman-teman Couchsurfing dari Jakarta dimana sewwaktu masih di Kolaka Utara Saya menghubungi mereka. Sarapan bersama kemudian mereka berangkat ke sebuah pulau untuk snorkelin namun Saya tetap disekitar Tanjung Bira bersama teman yang dari Makassar sembari menunggu teman dari Jakarta dan Surabaya yang masih dalam perjalanan menuju kesini. Siang hari setelah bertemu teman dari Surabaya dan Jakarta, bersama kami menuju tempat pembuatan Kapal Phinisi yang terletak di Tanah Beru kemudian ke Pantai Lemo-Lemo berpasir putih yang dipenuhi oleh rumput laut nan sepi. 
Mendapat kabar yang dari pulau telah kembali, kami berkumpul bersama dan sore hore trekking sedikit menuju Puncak Pua Janggo untuk menikmati Sunset Tanjung Bira dari atas puncak nan indah. Kembali turun sebab hari semakin gelap, sampai penginapan membersihkan diri dan berkumpul untuk makn malam bersama sembari bercerita dengan pengalaman satu sama lainnya. Setelah itu yang lain telah beristirahat Saya bersama teman sempat menuju ke Amator Resort bertemu dengan pemiliknya dan sedikit ilmu cuap-cuap oleh teman besok kami dapat datang masuk melihat suasana Resort yang private ini saat hari terang. Malamnya istirahat dipenginapan Rp.0 (modal sleeping bag diteras).

25 October 2012
Pagi harinya, sebelum meninggalkan Tanjung Bira kami pergi menuju Amatoa Resort sesuai dengan hasil rayuan cuap-cuap malam tadi. Didalam Resort ini kami berfoto ria sembari berkeliling melihat isi dari fasilitas Resort ini. Singkat cerita, kembali ke penginapan sarapan bersama dan check out untuk menuju Kota Malino. Berangkat pukul 09.00 dari Tanjung Bira, makan siang di daerah Kabupaten Gowa, mampir di Museum Balla Lompoa dimana ini adalah rumah adat Kerajaan Gowa kemudian lanjut menuju Malino. Tiba di Malino Pukul 16.00 dan menginap di rumah Keluarga Haji Amir Katili sebelumnya mampir ke Air Terjun Takapala dan Air Terjun Jodoh. Malam harinya makan malam disalah satu rumah makan lupa namanya euiy dan beristirahat.

26 October 2012
Hari ini adalah Hari Raya Idul Adha, kami bangun pagi dan sarapan. Kemudian menuju Kebun Teh Malino karena masih pagi dan ini adalah hari raya sehingga tidak ada penjaga. Dari kebun Teh kami menuju ke Air Terjun 1000 dan kembali kerumah. Siang harinya kami disuguhi makanan khas dalam rangka meryakan Idul Adha yang telah di sediakan oleh Keluarga Katili. Terima Kasih kepada seisi keluarga di rumah ini yang telah menjamu kami sehingga pada pukul 14.00 kami meninggalkan Kota Malino menuju Makassar. Sekilas tentanng Malino ini sangat khas dengan kota peninggalan jaman Belanda dimana kalau kita lihat Malino ini merupakan tempat peristirahat para keluarga Belanda jaman dahulu. Pukul 15.30 tiba di Makassar, teman-teman ada yang mampir belanja ole-ole dan dilanjutkan ke Fort Rotterdam sebuah Benteng Belanda terletak ditepi pantaai menghadap ke laut tapi sayang Benteng ini semakin hari semakin terhimpit oleh keberadaan bangunan modern. Dari Benteng menuju Pantai Losari yang banyak didatangi oleh masyarakat local menghabiskan waktu pada sore hari menikmati matahari terbenam. Hari mulai gelap, kami menuju rumah salah satu member Couchsurfing Makassar yang mengadakan Open House Idul Adha sekalian ajang Gathering CS Makassar. Setelah Gathering, menumpang salah satu teman dan turun di depan Fort Rotterdam sembari minum kopi ditemani teman menunggu waktu untuk berangkat kembali ke Jakarta.

27 October 2012
00.00 berpisah dengan teman dan membuat janji next trip Sulawesi South to North. Menuju Airport dan menumpang Pesawat Citilink Airbus A320-200 UPG-CGK ETD 02.50 dengan harga tiket Rp. 500.000,--. Tiba di Jakarta 04.00 sebab pesawat yang Saya tumpangi berangkat lebih cepat dari jadwal.

End Of My October Journey

Monday, October 22, 2012

Southeast Sulawesi: Buton Kingdom Island, Capital Kendari and North Kolaka


Pelabuhan BauBau
18 October 2012, KM. Dobonsolo telah berlabuh di Pelabuhan BauBau. Dijemput saudara teman yang berada di negeri nan jauh disana eropah tapi nyebrang pulau lagi yang katanya negeri Ratu dan Pangeran yang barusan nikah. Kemudian kami menuju e mencari rumahnya Om Sangkala yang gw kenal waktu perjalanan berangkat di daerah Pala Tiga. Setelah bertanya dan ga pake nyasar kahirnya ketemu juga rumahnya Om Sangkala. Salaman dan Drop backpack, gw dan teman pamitan lagi mau jalan ke Kompleks Kerajaan Buton. Melihat Benteng sich dan isinya yang berada diatas bukit nan indah menikmati pemandangan Kota BauBau dari atas sini. Lanjut turun dari Benteng nongkrong menikmati matahari terbenam di tepi pantai kota dan diteruskan ngopi di warung yang berjualan pada malam hari ditepi laut BauBau. Diantar pulang ke rumah Om Sangkala sambil nongkrong di pondokan samping rumah kemudian makan malam. Dan pada malam harinya menemani si Om keliling ke Pos Pemenangan Calon Walikota BauBau yang didukungnya sampai larut malam dirumah bakal calon Walikota. Pokoknya malam ini jadi ikutan tim sukses dech, ikut dengerin oceh, keluh kesah sampai masukan politik dari seluruh tim sukses.

 




 



19 October 2012, Pagi sampai dengan siang aktivitas makan istirahat sambil bantu dan tanya-tanya soal bisnis kayu yang dijalani oleh si Om. Namun, diikuti selingan dari para tim sukses dari pos-pos yang datang melayangkan keluh kesah mereka. Dan, siang harinya dijemput kembali oleh teman mengantar ke Pelabuhan BauBau dimana gw bakal meninggalkan Kota BauBau. Tujuan berikut adalah Kota Kendari ibukota provinsi Sulawesi Tenggara dan menumpang Kapal Cepat yang akan berangkat siang hari menuju Kendari transit di Raha. Kapal seharusnya berangkat Pukul 13.00LT tapi delay karena kedatangan KM. Bukit Siguntang yang diutamakan sandar serta berharap mendapatkan tambahan penumpang juga. Kapal berangkat Pukul 14.00LT dan transit di Raha pukul 15.00LT dan tiba di Kendari pukul 18.00LT. Dalam perjalanan sempat kenal dengan wanita Raha yang bekerja di Kendari dan dialah yang menemani mencari Hotel untuk tempat gw bermalam di Kendari. Setelah dapat Hotel untuk menginap istirahat serta bersih-bersih (emang cleaning service gw gitu). Janjian dengan wanita baik tersebut dan mengajak makan malam dilanjutkan nongkrong duduk ga jelas di tepi teluk Kendari. Malam semakin larut kami berpisah dan tidak lupa mengucapkan terima kasih atas bantuannya.



Pelabuhan Kendari



Hotel Resik



20 October 2012
Sunrise Teluk Kendari
Menginap 1 malam di Resik Hotel Kendari dengan biaya Rp. 150.000,-- fasilitas AC, TV, Kamar Mandi dalam, Kopi dan Teh 24 Jam serta sarapan. Pagi hari langsung menikmati matahari terbit di Teluk Kendari. Teluk Kendari ini indah sehingga dapat Saya katakan sebagai teluk matahari terbit akan tetapi pengelolaan pariwisata belum tertata. Kembali ke Hote istirahat sebentar dan sarapan kemudian check out. Keluar Hotel keluar langsung naik angkutan kota Mikrolet menuju pusat kota, dikota ini belum ada yang namanya Mall besar seperti Jakarta, yang ada kalau kita sebagai orang Jakarta hanyalah plasa kecil yang menyediakan kebutuhan sehari-hari masyarakat kota ini. Pada saat berkeliling mendapat kontak dari member komunitas Couchsurfing yang berdomisili di Sikeli dan memberi nomor kontak member yang berada di kota Kendari. Singkat cerita Saya menghubungi member Couchsurfing Kendari dan janjian bertemu di salah satu Coffee Shop. Saya tiba terlebih dahulu di Coffee shop tersebut dan menunggunya hingga bertemu sampai berbincang-bincang kemudian dia menawarkan Saya untuk menginap di rumah salah satu teman baiknya. Setelah member CS menghubungi temannya dan mendapat konfirmasi, kami segera menuju rumah temannya yang berada tidak jauh dari belakang rumah dinas Gubernur Sulawesi Tenggara tapi tujuanku menginap bukan di rumah dinas itu yah.  Tiba di rumah temanny dan berkenalan dengan se-isi keluarga temannya yang baik ini sekalian bercakap-cakap tentang Couchsurfing serta mengajaknya untuk bergabung dalam jaringan silahturahmi sampai akhirnya hari semakin sore sehingga teman CS ini harus meninggalkan Saya bersama temannya karena tempat tinggalnya cukup jauh dan cukup takut dia sebagai perempuan mengendarai sepeda motor melewati salah satu jalan yang ada pemakaman umum katanya. Terima kasih Eka atas hospitality yang kamu berikan walaupun hanya sesaat tapi itu sangat berarti.
Setelah teman CS berpisah, Saya bersantai istirahat sembari bersosialisasi dengan seisi penghuni rumah ini. Bapak yang sibuk dengan membuat campuran semen pasir yang akan dibawa besok ke rumah yang sedang di bangun jauh dari sini, Ibu yang sedang sibuk di dapur serta sesekali ngobrol dengan adik host yang sedang menonton TV. Sampai seketika host mendapat telpon dari temannya meminta bantuan meminta bantuan menambal ban mobil yang tak jauh dari rumah ini. Kami pun datang membawa kunci serta dongkrak kemudian menyelesaikannya. Singkat cerita host bercerita bahwa teman yang kami bantu tadi seorang yang pria berkeluarga sudah memiliki anak namun dia seorang pria gay. Kenapa dia tau karena pernah di cobai oleh pria itu menggerayangi host Saya. Mereka kenal dahulu lewat facebook dan sering nongkrong bareng. Lanjut cerita, kami keluar untuk makan malam dan tanpa sengaja berjumpa dengan 2 wanita teman host yang sedang makan di tempat yang sama. Makan dan berbincang sampai selesai kami kembali ke rumah untuk istirahat.

21 October 2012
Taman Kota Kendari
Bangun pagi, kemudian sarapan bersama keluarga host Saya. Siang harinya, berpamitan dan berpisah dengan host sebab Saya akan menunggu Saudara yang kutemui. Sembari menunggu Saudara Saya santai di taman kota yang dipenuhi oleh muda-mudi yang melakukan berbagai aktivitas. Tak lama kemudian telpon berdering mengatakan Saya pergi temui Saudara yang berada di salah satu restoran. Jumpa Saudara dan makan bersama, begitu selesai berpisah lagi karena Saudara Saya masih ada urusan pekerjaan dan Saya menunggu di salah satu tempat nongkrong warga Kendari. Jam menunjukkan pukul 07.00 malam Saya dijemput kemudian berangkat bersama Saudara Saya menuju Kolaka Utara bersama supirnya.
Dalam perjalanan tak banyak yang dapat dinikmati sebab hari sudah gelap, disini kami hanya berbincang-bincang dan Saya ditanyai dalam rangka apa kesini “jalan-jalan sembari ketemu kamu dan teman-teman” jawabku. Saudaraku hanya tertawa dan geleng-geleng kepala kemudian dia berkata gak ada kerjaan lain apa. Nah, dalam perjalanan sang supir nampaknya mulai gak konsen dan mulai ngantuk. Saya menawarkan diri berganti menyetir tapi awalnya sang supir segan namun Saya sedikit memaksa dan mengatakan tidak usah sungkan demi keselamatan bersama. Saat Saya menggantikan Saudara beberapa kali menerima telepon dan meminta Saya menyetir lebih cepat lagi karena sedang ditunggu klien di Kolaka. Namun apa daya medan jalan ini belum familiar sehingga Saya pun tak berani terlalu ambil resiko. Nah disinilah kejadian pengalaman menarik kembali Saya alami saat dalam kendaraan dimana Saudara Saya menggantikan untuk menyetir mobil. Perjalanan dilanjutkan dengan kecepatan tinggi namun sangat terkendali, sang supir tertidur lelap di belakang dan Saya bebincang2 dengan Saudara yang sedang menyetir dengan kecepatan tinggi jalan berkelak kelok kami lalui. Irama mobil seakan berada dalam adu balapan WRC, perut terasa semakin hari semakin panas mau mendidih karena terkocok kecepatan mobil melaju kencang pada setiap belokan sedangkan Saudara Saya sangat santai mengendalikan setir, persneling, gas, rem dan kopling serta telpon yang diterima. Sempat terjadi sliding disaat kedapatan jalan yang diblok jadi 1 jalur dan motor melaju di depan juga timing yang kurang pas bertemu dengan truk besar di depan sehingga sang supir pun bangun dari tidurnya yang berasa pusing. Sampai di Kolaka 1 jam pas padahal seharusnya perjalanan normal bias 2 jam. Sang supir berkata pada Saya baru kali ini dia melihat Saudara membawa mobil sangat cepat macam pembalap, namun Saya katakan bahwa dia dulu mantan pembalap.
WRC Kijang Innova
Setelah selesai mampir disebuah rumah makan dan menjumpai klien saudara Saya, kami melanjutkan perjalanan menuju Kolaka Utara. Kembali Saya menyetir dan melewati desa-desa yang telah terlelap tidur serta jalan yang datar sampai dihadapkan dengan jalan berliku menanjak. Jalan dilewati menurut cerita Saudara Saya merupakan bukit yang diledakkan jaman Jepang dijadikan jalan ditepi jurang curam tepi laut. Mungkin kalau pada saat terang lewat jalan ini kita akan menikmati indahnya teluk Bone. Lambat laun jalan yang dilewati meninggalkan jalan aspal dan dihadapkan jalan berbatu dan tanah. Artinya kita mulai memasuki wilayah Kolaka Utara Kabupaten baru hasil pemekaran dari Kabupaten Kolaka. Masuk Kota Lasusua Kolaka Utara dan disinilah tujuan tempat Saudara Saya tinggal dan bekerja.

Sunset di Lasusua
Lasusua yang sedang membangun

22-23 October 2012
Mess Perwira Kolaka Utara
Nickel
Saya tinggal di Kota Lasusua selama 2 hari bersama Saudara Saya. Kota Lasusua adalah ibukota dari Kabupaten Kolaka Utara. Kota ini masih dalam tahap pembangunan karena merupakan Kabupaten yang baru disahkan pemerintah. Masyarakat asli adalah suku Tolaki namun banyak juga warga yang berasal dari Sulawesi Selatan yang mendiami daerah ini bekerja sebagai nelayan dan pedagang pastinya. Kolaka Utara ini merupakan daerah penghasil Nikel dan hasilnya masih di ekspor keluar negeri. Wow, kayanya negeri kita akan tetapi hasilnya masih dikirim ke negeri orang. Semoga kota ini semakin maju saat Saya kembali lagi. Pagi hari Saya diantar oleh salah satu bawahan Saudara menuju Pelabuhan Ferry untuk menyeberang ke Siwa Sulawesi Selatan. Pelabuhan Ferry Katoi Tobako terletak 18KM  30 menit perjalanan dari Lasusua, tersedia Kapal Cepat dengan waktu tempuh 2 jam normal atau Ferry dengan waktu tempuh 5 jam normal pelayaran sampai di Siwa.
Kapal Cepat Menuju Siwa
Terima Kasih Sulawesi Tenggara
Note:
-          Hotel Resik Jalan Hasanudin No.90 Standard Single Rp. 138.000,--
-          Angkutan Kota Kendari Jauh Dekat Rp. 2.500
-          Mall Mandonga
-          Penduduk Asli Kendari Suku Tolaki dari Pegunungan, Suku Bajoe tinggal diPesisir
-          Kapal Cepat Lasusua – Siwa Rp. 65.000,--

Thursday, October 18, 2012

Kembali berlayar dengan www.PELNI.co.id menuju Kerajaan Buton

KM DOBONSOLO
17 December 2012, dari Hotel tempat teman menginap Pukul 00.00LT nampak sebuah Kapal melintas di teluk Sorong. Itu adalah KM. Dobonsolo yang nantinya akan Saya tumpangi menuju Kota Baubau. Tapi nanti Pukul 03.30LT baru menuju Pelabuhan Sorong yang jaraknya cukup dekat dengan Hotel. Tadinya mau mencoba jadi penumpang gelap, tapi berhubung keamanan yang ketat akhirnya membayar tiket resmi seharga Rp.432.000,-- diloket darurat sebelah tangga naik. Sebelum Kapal berangkat ditemani teman yang ingin melihat situasi dan kondisi dalam KM. Dobonsolo ini. Kapal resmi berlayar pada pukul 06.00LT setelah membunyikan Klakson 3 kali.

Setelah Kapal berlayar saya beristirahat di dek bagian luar kursi panjang sampai siang hari. Saat akan mengambil makan siang menitip barang kepada 2 orang pemuda yang ingin kembali ke Pulau Jawa dan bersama mereka menetap serta istirahat dilantai dek 7 dekat tangga bagian dalam sampai tiba di Baubau. Sore hari ditengah laut Banda yang sangat tenang dari biasanya terlihat matahari terbenam dengan sangat ini indah. Memang kali ini laut Banda memberikan ketenangan dalam berlayar, berbeda dengan pengalaman waktu masih kecil saat melewati laut ini yang bergolak dengan ombak tinggi. Malam harinya istirahat sambil sesekali terbangun oleh para penumpang yang lalu lalang disamping tempat saya tidur.






18 December 2012, Masih berada di tengah laut Banda sampai siang harinya mulai terlihat pulau-pulau memasuki wilayah sulawesi tenggara yaitu Pulau Wanci yang merupakan gugusan Kepulauan Wakatobi. Serta nampak nelayan nelayan suku Bajo yang tinggal dan hidup diatas laut bukan di daratan seperti masyarakat pada umumnya. Pukul 14.00LT dari kejauhan mulai terlihat teluk Buton dan itu menandakan Kapal ini akan segera tiba di Pelabuhan Baubau. Dan Kapal sandar tepat pada pukul 16.00LT di Baubau.
Next Southeast Sulawesi ... 

Tuesday, October 16, 2012

Raja Ampat, Paradise from East Indonesia 09-16 October 2012


09 October 2012
Pagi hari mengunjungi tempat kerja teman disebuah gereja Pantekosta Sorong sampai siang. Kemudian saya diantar menuju hotel yang berada didekat Pelabuhan Nusantara Sorong berjumpa dengan kedua teman yang saya kenal waktu perjalanan diatas KM. Sinabung. Dari sini berpisah dengan mereka, naik angkutan umum menuju Pelabuhan Rakyat untuk mendapatkan Kapal Cepat tujuan Waisai, Raja Ampat. Tiba di Pelabuhan pukul 13.45LT langsung membeli tiket seharga Rp. 120.000,-- dan Kapal MV. Marina Express berlayar tepat pukul 14.00LT. Perjalanan ditempuh selama 2 jam dengan keadaan cuaca yang sangat bersahabat untuk tidur dalam kapal ini. Tiba di Pelabuhan Waisai Raja Ampat pukul 16.00LT, langsung dijemput oleh teman saya yang berada di kota indah ini. Drop off backpack sore, langsung nyicip Pantai WTC dan berenang bersama anak-anak disini pada air asin jernih dan bersih. Malam harinya adalah Pesta Ikan Bakar bersama tetangga rumah teman saya sampai kenyang pastinya...


 


 



10 October 2012
Snorkeling disekitar lokasi pembangunan Pelabuhan Ferry Waigeo Selatan yang baru. Tidak lupa juga main dibelakang lokasi Pelabuhan ini ada seorang Bapak yang tinggal seorang diri hanya bemodalkan gubuk atap terpal. Tinggal disini sudah sekitar 2 tahun lebih, bekerja mencari kayu untuk dijual dan hidup dengan menangkap ikan dengan menanam tanaman hijau serta umbi-umbian. Sebenarnya Bapak ini punya rumah dan keluarga akan tetapi rumahnya disebuah pulau dan jauhnya 2 jam menggunakan Perahu Ketingting. Alasannya tinggal disini adalah biar dekat dengan anak-anaknya yang bersekolah di Waisai, dimana anak-anaknya tinggal dengan saudara si Bapak.

 


11 October 2012
Hari ini kedatangan 2 orang teman dari Jawa dan Kalimantan. Berangkat menggunakan mobil dan Snorkeling disekitar Pantai Saleo. Sorenya mampir di Pantai Waiwo dan menikmati Sunset..
                                  




Ini akan menjadi hari menyenangkan sebab kami akan pergi ke sebuah tempat menggunakan Perahu Johnson (Johnson artinya mesin Yamaha atau sejenis kecil) dengan setengah sema-sema. Berangkat dari tempat Pembangunan Pelabuhan Ferry yang baru dan Philips menjadi Motoris sedangkan Bapak Yopie Dimara adalah Nahkoda senior. Tujuan kami adalah Kampung Raswan dan Bapak Yopie Kampung Yenbeser dimana kampung ini bersebelahan dan masih 1 keluarga. Perlananan ditempuh dalam waktu 1 jam dengan santai sambil menikmati pemandangan alam tepi laut Pulau Waigeo. Namun sebelum tiba kami belokkan Perahu masuk kedalam Dorempun yang berati Hall Besar. Dorempun ini menyerupai sungai tapi bisa dibilang adalah teluk kecil sebab isinya air asin dan pada saat surut tempat menangkap ikan-ikan yang terjebak didalam, indah memang tempat ini. Kembali keluar dari Dorempun dan berlabuh di Kampung Raswan, kami langsung disambut oleh Keluarga Makusi ada Mama, Isaac dan William. Setelah itu kami langsung memanfaatkan sore yang masih menanti kami untu Snorkeling di depan Pantai Raswan ini bersama-sama dengan anak-anak lokal. Seru, menikmati kebersamaan dalam canda sampai mulai hilangnya terang. Malam harinya dijamu makan buatan Mama Makusi bersama-sama. Kemudian ke tepi pantai menikmati indahnya tebaran kunang-kunang laut nan indah sampai waktunya istirahat.




Kampung Raswan 


13 October 2102
Berkeliling sekitar Kampung Raswan dan pergi bersama William berangkat untuk bersekolah di Kampung Yenbeser. Kemudian berkeliling Kampung Yenbeser sambil di guide oleh Mama Makusi sampai pada waktunya Bapak Yopie siap menjemput kami untuk kembali ke Waisai. Dalam perjalanan pulang kami meluangkan waktu untuk menikmati pulau-pulau yang dilewati antara lain Pulau Batu Lima dan Saonek Mondei. Di batu lima snorkeling dan teman saya melihat ada Penyu sedang menyelam dan Hiu. Saonek Mondei artinya Pulau Mondei Kecil kembali Snorkeling dan naik ke atas Puncak View sambil beristirahat melihat depan Pelabuhan Waisai. Dan dilanjutkan kembali ke Pelabuahan Waigeo yang sedang dibangun untuk kembali parkir dan pulang ke rumah. Perjalanan Raswan ke Waigeo kami habiskan selama 5 Jam menggunakan Perahu Katinting dengan Motoris merangkap Kapten kapal Bapak Yopie.



14 October 2012   
Menikmati istirahat dan sekitar Kota Waisai. Kota ini semuanya bisa ditempuh dengan jalan kaki kalo tidak cape sich. Malam hari datang menghadiri resepsi perkawinan di Perum 300 Waisai.
                            


15 October 2012 
Pagi hari menemani teman mencari penyewaan Perahu untuk Island Hopping kembali. Setelah berputar-putar dan akhirnya dapat juga referensi. Dan kami 4 lelaki berangkat keliling Pulau untuk Snorkeling ke Pulau Arborek tempat Manta, Sekitar Mansuar tempat air pasang surut sehingga terbentuk Pulau Pasir Putih namun harap berhati-hati sebab arus akan menjadi cukup deras akibat pasang surut ini, Pulau Mioskon tempat para kelelawar dan Pulau Urai sebab tidak cukup waktu hari sudah mulai gelap untuk mencapai Teluk Kabuai. Tiba diPelabuhan Ikan, ambil barang tiba-tiba ada seorang Ibu menawarkan minuman hangat antara lain Beer, Vodka lokal, Anggur Merah cap Orang tua dll. Katanya silahkan masuk dalam lorong dan dari jendela itu silahkan pesan, tapi ada juga yang dibawa dalam tas Ibu itu berisi minuman hangat padahal kalo dilihat itu tas wanita untuk jalan macam LV dkk. Kembali pulang masak ikan dan makan bersama-sama.

16 October 2012
Hari ini dalam rumah ini ada yang berulang tahun yaitu Istri daripada teman saya. Selamat Ulang Tahun Tess, panjang umurmu dan diberkati selalu... Cheers... Sedih rasanya meninggalkan kota yang nyaman ini namun pasti akan kembali... Meninggalkan Waisai dengan menumpang MV. Marina Express 6 menuju Sorong pukul 14.00LT dan tiba di Sorong pukul 16.00LT. Keluar dari Pelabuhan Rakyat berjalan kurang lebih 1 KM bisa langsung naik angkutan umum menuju Pelabuhan Nusantara. Namun, disini saya mampir kembali ke Hotel dekat Pelabuhan berjumpa dengan 2 teman yang masih berada di Sorong sebab kerja mereka belum selesai dan menunggu jadwal kapal tujuan Ambon. Kami menyempatkan pergi makan malam bersama dan disini kejadian yang hampir membatalkan lanjutan perjalalan. Sebab, setelah makan pergi ke ATM namun yang terjadi ATM tidak berada dalam dompet. Panik, tidak cukup uang dalam persediaan cash dan kembali ke hotel cek kembali dompet. Akhirnya, teringat waktu sebelum berangkat ke Waisai saya ke ATM tarik tunai namun lupa mengambil kartu ATM dan teringat punya internet banking. Selamat dan perjalanan kembali dilanjutkan menanti kedatangan KM. Dobonsolo besok subuh.


Terima Kasih Raja Ampat....