Thursday, March 6, 2014

Tanjung Puting National Park Fruit Season - 3D2N Liveaboard in the River


Setelah berjalan selama beberapa hari dari kota satu ke kota lainnya secara estafet maka hari ini trip saya akan berada di dalam Taman Nasional selama 3 hari 2 malam dan akan tinggal di atas perahu selama berada didalam Taman Nasional Tanjung Puting.

Pagi hari berkumpul ditempat operator Tour dan tepat pukul 09.00 pagi langsung menuju Perahu yang akan digunakan selama Tour di Taman Nasional. Didalam Perahu ini terdapat juga 2 orang turis asing yang berasal dari Inggris dan Jerman yang sejak malam tadi sudah tidur di perahu ini. Keduanya bercerita sama-sama melakukan overland Borneo tapi yang satu dari arah timur satu lagi dari arah barat. Setelah semua proses ijin diselesaikan oleh guide maka perahu ini langsung menghidupkan mesin dan membawa kami menuju Taman Nasional Tanjung Puting melalui Sungai Sekonyer. Dari pelabuhan Kumai sini menuju muara dan kita akan melihat tanda selamat datang ke Taman Nasional serta patung Orang Utan pertanda akan memasuki sungai Sekonyer. Oh yah, dalam Perahu ini selain kami bertiga terdapat juga Guide, Juru Mudi dan assistennya, Juru Masak dan assistennya.

Tujuan pertama kami adalah Tanjung Harapan feeding station dimana waktu memberi makan Orang Utan pada pukul 15.00. Sembari menyusuri sungai dengan santai kami makan siang bersama sambil mendekatkan diri satu sama lain agar keakraban dalam perahu ini menjadi sebuah keluarga dalam 3 hari kedepan :) Pukul 14.00 Perahu sandar di dermaga Tanjung Harapan dan sang guide melakukan pelaporan untuk ijin masuk kewilayah feeding point. Lokasi feeding ternyata tidak begitu jauh dari dermaga, jaraknya mungkin hanya sekitar 500 meter saja. Akhirnya kami tiba ditempat pemberian makan bagi Orang Utan, namun cukup lama bagi kami menunggu kedatangan Orang Utan oleh karena saat ini diseluruh hutan Kalimantan sedang banyak buah-buahan sehingga mereka memiliki cukup makanan. Tapi akhirnya datang juga Orang Utan bernama Fatimah dan anaknya Fahmi. Menurut para guide ini karena Fatimah sedang memiliki anak sehingga dia tidak pergi jauh ke hutan. Setelah Orang Utan merasa cukup kenyang dia akan segera pergi meninggalkan feeding point tanpa pamit segala loh langsung ngacir aja. Perahu angkat jangkar dari Tanjung Harapan berjalan semakin kedalam sungai ini sembari mencari tempat untuk parkir dan beristirahat. Sepanjang tepi sungai ini kita juga akan melihat para Bekantan lompat, berlari berkelompok diujung pohon tinggi bahkan terkadang semakin dekat ke tepi sungai. Malam harinya kami tidur diatas perahu beralaskan kasur serta dilindungi oleh kelambu mencegah para nyamuk dan binatang2 malam hinggap menggangu tidur. 

Keesokan harinya bangun pagi tanpa bisa jogging (coba aja jogging disungai). Setelah peregangan dan melakukan aktivitas pagi lainnya, sarapan telah tersedia di sebuah meja bundar tempat kami bertiga bercengkrama. Sementara menyantap sarapan pagi, kapal kami segera bergerak perlahan dengan tujuan tambatan dermaga Camp Leakey. Selama perjalanan tetap bisa melihat para Bekantan dan jenis Monyet lainnya yang sedang melompat-lompat diatas pohon. Nah, Sungai yang kami lewati ini berwarna cokelat akibat hutan yang semakin parah dirambah oleh para pengusaha hutan. Namun di depan ada persimpangan sungai dan arah menuju Cam Leakey warna air nya berubah berwarna kemerah-merahan juga bersih dan lebih segar. Akhirnya kami tiba didermaga Camp Leakey dan waktu untuk melihat Orang Utan di feeding point masih cukup lama kami menyelesaikan makan siang diatas kapal dan beristirahat sejenak.

Tepat pukul 13.00 siang kami masuk Camp Leakey dan sang guide harus melakukan registerasi kembali pada pos jaga yang ada. Setelah itu kita bisa masuk melihat kedalam ruangan yang bisa menjelaskan sejarah Camp Leakey dan  Orang Utan yang selama ini dijaga. Selanjutnya kita akan berjalan menuju Feeding Point Orang Utan dimana waktu makan disini adalah sekitar pukul 14.00 siang. Namun apa bisa dikata sudah hampir satu jam tak ada satupun Orang Utan yang datang. Sampai salah satu teman sekapal cukup marah sebab para guide berteriak-teriak terus memanggil Orang Utan padahal ada tanda larangan tertulis "Keep Silent, Respect Orang Utan". Kemudian kami putuskan kembali ke kapal namun melalui jalan yang berbeda dengan harapan bisa berjumpa dengan Orang Utan. Sepanjang jalan kami hanya menemukan jenis-jenis tumbuhan khas hutan tropis seperti Kantong Semar. Beruntung dibelakang kami ada guide dan tamunya yang tahu jalan terus sampai ke Camp jadi kami tidak perlu kembali memutar dan merasa tersesat. Tiba-tiba terlihat disebuah pohon ada yang bergerak da ternyata Orang Utan yang sedang bersama anaknya yang masih kecil. Nama sang Induk adalah Peta dan kami sempat bersalaman dengannya karena dia mendekat kepada kami. Cukup lama kami bersama dengan Peta, sampai akhirnya dia pergi dan kami melanjutkan menuju dermaga. Tak disangka juga ternyata di dermaga sudah ada Orang Utan sehingga situasi dermaga menjadi ramai. Carlos, Mut dan Mario nama ketiga orang Utan yang berada di dermaga saat itu. Ketiga Orang Utan itu mencoba untuk masuk ke Kapal Kapal yang ada namun dihalangi oleh para guide sebab mereka akan mengambil makanan yang ada dikapal. 

Kembali kapal bertolak keluar dari dermaga Camp Leakey dengan tujuan Pondok Ambung tempat kami akan parkir dan bermalam. Pondok Ambung sendiri didirikan dan dikelola oleh Orang Utan Foundation United Kingdom (OFUK). Tiba diPondok Ambung, bersantai didermaga sore hari kemudian makan malam. Ternyata dilanjutkan dengan trekking berkeliling mengamati tumbuhan malam serta binatang malam disini. Setelah selesai trekking kami kembali beristirahat ke kapal.

Pagi hari ketiga berada di area Taman Nasional Tanjung Puting. Di dermaga Pondok Ambung ini kami menyelesaikan kegiatan pagi hari sampai sarapan dan kapal lanjut bertolak menuju Pondok Tanggui feeding station. Jam 09.00 makan di Pondok Tanggui dan kami tiba setengah jam sebelum waktunya. Sebelumnya seperti biasa guide harus melapor terlebih dahulu sebagai persyaratan memasuki kawasan. Tiba di feeding point dan menunggu cukup lama datanglah Doyok seorang mengambil jatah makan paginya. Namun tak berlangsung lama si Doyok pergi meninggalkan kami. Mencoba menunggu lagi namun tak satupun Orang Utan yang kunjung datang mengambil makan. Maka kami kembali menuju kapal melewati jalur yang berbeda dan terdapat Menara pandang yang terbuat dari kayu Ulin khas kalimantan. Dari sini dapat melihat sebagian kecil keadaan hutan Taman Nasional yang sudah mulai hancur oleh pihak pihak yang tidak bertanggung jawab. Tiba di Pos Pondong Ambung ada Masran yang sedang menikmati makan paginya. Dan dengan seketika para Wisatawan tertuju pada Masran yang sangat ramah. Setelah dari sini perhentian terakhir adalah mampir di desa Sekonyer kemudian kembali ke kumai yang artinya telah berakhir pula perjalanan ini.

Tiba dikumai bersama dengan salah-satu teman dari trip ini menuju Pangkalan Bun dengan menumpang kendaraan yang lewat. Berhasil menumpang sebuah mobil Avanza dan bermalam disebuah hotel. Rencana selanjutnya kami akan menuju Kalimantan Barat.














sampai jumpa di cerita jalanan Kalimantan Barat.... --->>

Tuesday, March 4, 2014

Cerita Perjalanan di Jalan Kalimantan Tengah 2014


Perjalanan liburan kali ini dimulai kembali setelah selam 28 hari bekerja diwilayah Kabupaten Paser, Kalimantan Timur. Tanpa ada persiapan itinerary yang matang, langsung saja melangkahkan kaki dengan tujuan menuju wilayah Kalimantan Tengah. Dari persimpangan Kecamatan Kuaro mencegat angkutan umum jenis L-300 dengan tujuan Tanjung Kalimantan Selatan dengan waktu tempuh sekitar 3 jam. Tiba di Tanjung sembari mengutak atik panduan dari peta digital mampir makan siang dan diputuskan masuk Kalimantan Tengah melalui Ampah sampai Muara Teweh. 

Akhirnya berhasil mendapat info tak jauh dari Kota Tanjung bisa berhenti sejenak di Pebatasan Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah dimana terdapat rumah adat Dayak serta Banjar juga sebagai titik batas perbedaan waktu GMT+7 dan GMT+8. Menuju ke perbatasan tersebut dari Tanjung naik angkutan umum L-300 dari Pusat Kota Tanjung perjalanan selama 20 menit turun di simpang Kelua kemudian diteruskan dengan angkutan yang sama tujuan Ampah. Kurang lebih 15 menit mintalah kepada sang supir untuk berhenti di perbatasan Pasar Panas. Disini kita akan melihat Replika rumah adat Dayak juga Banjar dan pada sore hari biasanya sebagai tempat bersantai warga setempat juga anak-anak muda berlatih berbagai kesenian tradisional maupun modern. Setelah santai sejenak diperbatasan ini karena hari mulai gelap kembali melanjutkan ke daerah Ampah dengan menumpang angkutan umum jenis L-300 lagi. Kondisi jalan mulus sehingga dalam waktu 1 Jam 30 Menit tiba di Ampah dan bermalam disini.

Pagi hari sehabis sarapan langsung melanjutkan menuju Kota Muara Teweh dengan jenis angkutan umum L-300 lagi. Waktu tempuh selama 3 jam melewati jalanan mulus yang baru saja di aspal. Setelah melewati jembatan artinya kita memasuki Muara Teweh dan para penumpang akan diantarkan ke tujuan masing-masing. Mencoba mengutak-atik apa yang dapat dilakukan dikota ini seharian dan akhirnya hanya berkeliling melihat kehidupan masyarakat sekitar. Awalnya ingin meneruskan perjalanan sampai ke Wilayah Puruk Cahu namun apa daya kata hati berkata balik arah turun saja menuju Palangkaraya. Akhirnya bermalam di kota ini dan lanjut diputuskan besok hari tujuan menyusuri jalan Kalimantan Tengah.

Waktu sudah menunjukkan pukul 08.00 pagi. Jalur rute kali ini tujuan Kota Buntok dengan menumpang angkutan sungai Speed Boat. Speed Boat menuju Buntok berangkat pukul 09.00 pagi dan akan berhenti dibeberapa desa yang terletak disepanjang sungai barito. Dalam perjalanan kita bisa melihat aktifitas masyarakat setempat disepnjang sungai ini juga kita akan melihat apa yang dilakukan oleh para perusahaan kayu, Batubara, Sawit dan lain-lain. Apabila kawan-kawan menyusuri sungai ini maka akan kita ketahui apa yang dilakukan oleh para perusahaan-perusahaan itu pada alam kalimantan lebih detail. Dalam perjalanan kami hujan pun turun cukup deras sehingga boat harus mengurangi kecepatan sebab jarak pandang yang kurang bisa membahayakan boat serta penumpang bila terkena kayu kayu besar disungai ini. Terasa sudah 4 jam perjalanan ditempuh dan setelah melintas dibawa jembatan tandanya kita akan segera tiba di Kota Buntok.

Dari Kota Buntok sehabis makan siang yang cukup kesiangan, setelah mendapatkan info bahwa masih ada Bus Damri tujuan Palangkaraya yang akan berangkat sore ini. Maka segera kucegat pada saat bus tersebut melintas dan membawaku menuju Palangkaraya dalam 3 Jam 30 Menit melintasi daerah yang mulai nampak dijamah untuk ditanami Sawit. Padahal sepanjang jalan dari Buntok menuju Palangkaraya yang terlihat adalah hutan Gambut yang gunanya untuk menjaga ekosistem juga agar tidak mudah terkena banjir namun sayang tidak lama lagi disepanjang jalan ini dalam waktu beberapa tahun kedepan akan berubah menjadi hutan Sawit.Tiba di Palangkaraya malam hari langsung berjumpa dengan Saudara dan teman disalah-satu Coffee shop. Jalan menuju Tugu Bung Karno, melihat dermaga wisata sungai Kahayan dan makan malam dekat tugu. Kemudian bermalam ditempat teman Couchsurfing yang juga seorang blogger kalimantan yang pastinya mudah ditemukan dimedia Internet www.backpackerborneo.com.

Hari ini adalah hari pertama buat teman saya bekerja ditempat baru sebagai guide tour sungai kahayan dengan paket khusus menginap di perahu. Kami pun berpisah, dan saya melanjutkan perjalanan menuju Pangkalan Bun dengan rencana awal akan kembali lagi ke Palangkaraya. Berjalan ke arah barat dan akhirnya berhasil mendapatkan tumpangan sampai Kasongan yang ditempuh selama 1jam 30menit. dari Kasongan cukup lama menunggu sampai beberapa kali berpindah tempat dan akhirnya berhasil mendapatkan tumpangan menuju Sampit. Kasongan menuju Sampit ditempuh selama 3jam sebab kendaraan yang ditumpangi sempat mampir untuk menurunkan barang yang dibawa dari kota. Akhirnya tiba di sampit malam hari dan kuputuskan menuju Terminal bus menanti bus yang akan menuju Pangkalan Bun. Pilihan Bus jatuh kepada PO. Yessoe yang akan berangkat sekitar pukul 22.00 malam dan bus tersebut datang dari Palangkaraya. Perjalanan ditempuh selama 5 Jam dengan nyaman walaupun Bus Ekonomi AC sepoi-sepoi udara alami dari luar jendela dan asap rokok para penumpang yang ada didalam. Tiba tepat pukul 03.00 subuh di Pangkalan Bun dan para penumpang turun di Pool PO. Yessoe semua. Pool Yessoe terletak dipusat kota jadi tidak perlu khawatir karena para tukang ojeck sudah menunggu siap mengantar para penumpang yang tidak ada jemputan menuju rumah atau tujuan akhir. Tujuan akhirku adalah menemani penumpang lain tidur dibangku ruang tunggu PO. Yessoe sampai matahari terbit.

Setelah matahari terbit, bangun dan cuci muka. Sembari jalan pagi hari menunggu angkutan umum menuju Kumai beredar akhirnya bisa menghubungi teman di kota ini dan segera datang menemui saya. Sambil menunggu teman datang, nasi kuning yang dijual dekat lampu merah ini cukup nikmat untuk mengganjal perut yang lapar di pagi hari. Tiba-tiba datanglah seorang wanita dengan sepeda motor menyapa dan itulah dia teman yang kutunggu juga mau mengantar ke Kumai sebab hari ini adalah hari libur kerja. Pangkalan Bun menuju Kumai berjarak sekitar 30 menit dan langsung kami menjumpai Pak Majid yang direferensikan oleh teman yang ada di Banjarmasin. Pak Majid ini adalah salah satu operator penyedia jasa tour menuju Taman Nasional Tanjung Puting. Kami dijamu dirumahnya, diperlihatkan hotel yang akan segera dibuka dalam beberapa hari kedepan dan berbincang-bincang panjang lebar mengenai dunia jalan-jalan.

Masih banyak waktu luang maka kami putuskan jalan-jalan ke Pantai Kubu. Dalam perjalanan ban sepeda motor kempes dan teman saya menunggu disebuah warung kemudian saya balik arah untuk memperbaiki ban motor disebuah bengkel. Setelah itu melanjutkan menuju Pantai Kubu dan makan siang ikan segar tapi jangan kaget disini harganya cukup mahal dibandingkan dengan daerah Indonesia Timur loh. Langit semakin gelap yang tandanya akan segera turun hujan maka kami memutuskan kembali ke Pangkalan Bun yang juga akan berjumpa dengan teman yang lainnya. Dalam perjalanan ke kota beberapa kali kami berhenti oleh karena hujan cukup deras dan akhirnya perjuangan melawan hujan berhasil membawa kami berjumpa dengan teman disalah satu tempat nogkrong anak-anak Pangkalan Bun. Setelah cukup lama bercerita satu sama lain, kembali terjadi pertukaran. Teman yang dari pagi bersama saya harus pulang dan saya ikut teman yang baru kami jumpai juga rencana akan menginap dirumahnya. Singkat cerita malam harinya kami sempat berkumpul lagi untuk makan malam.

3 Maret 2014, Pagi hari saya diantarkan teman menuju Kumai untuk mengikuti Tour ke Taman Nasional Tanjung Puting selama 3 Hari 2 Malam setelah semalam berhasil mendapatkan kesepakatan dengan Pak Majid.

Cerita akan dilanjutkan ke bagian Taman Nasional Tanjung Puting bersama Orang Utan Borneo...

Terima Kasih buat teman di Palangkaraya, Pangkalan Bun dan Banjarmasin

Saturday, January 18, 2014

North Sumatera: Bukit Lawang bukan Taman Lawang

Baiklah....

Ini sedikit cerita pada waktu gw mengunjungi lokasi wisata yang bernama Bukit Lawang terletak pada Taman Nasional Leuser dimana para wisatawan kalo berkunjung kesini adalah melihat si Orang Utan asli Sumatera bukan gw secara gw asli Sulawesi :p...

Cara menuju Bukit Lawang dari kota Medan adalah kita harus mencari Terminal Pinang Baris terlebih dahulu. Setelah dari Terminal Pinang Baris menemukan angkot/bus 3/4 berwarna Orange bertuliskan Pembangunan Semesta yang biasa disingkat PS oleh masyarakat setempat. Waktu perjalanan akan ditempuh dalam waktu sekitar 2-2.5 Jam melewati kota Binjai dan beberapa kecamatan di Kabupaten Langkat disuguhi oleh perkebunan sawit yang terkenal yaitu Lonsum (London Sumatera). Apabila sudah berjumpa Kecamatan Bohorok itu artinya perjalanan akan tiba di Terminal Gotong Royong Bukit Lawang. Dari Terminal ini bisa naik Bechak Motor atau jalan kaki ditempuh kurang lebih 1 KM ke area wisata Bukit Lawang.

Tiba disambut lokasi parkir kendaraan dan melihat kekiri terdapat Pusat Informasi Pariwisata setempat namun pada hari libur kantor tersebut buka sampai pukul 13.00 WIB. Untuk masalah makanan tidak usah khawatir sebab terdapat banyak warung yang menjual beraneka ragam jenis makanan. Namun berhati-hatilah sebab mungkin para calo akan menyabut anda para wisatawan menawarkan berbagai jasa diantaranya paket treking melihat Orang Utan, River Tubing, Penginapan dan lain sebagainya. Untuk mendapatkan Penginapan cukuplah mudah sebab terdapat banyak Penginapan dari bagian sisi kiri dari Sungai Bohorok, sisi kanan sampai kebagian agak kedalam menuju pintu gerbang Taman Nasional Leuser. Pilihan penginapan ada ditangan oleh masing-masing pengunjung yang juga disesuaikan dengan dana yah.

Tiba disini gw putuskan melihat sekeliling terlebih dahulu, dimana para wisatawan ada yang sedang mandi disungai, main river tubing, bule berjemur, anak kecil yang bermain seolah seperti surfing dengan papan yang diikat agar tidak terbawah arus, ada juga yang asik berfoto diatas jembatan ataupun yang baru kembali dari Taman Nasional melihat Orang Utan. Sampai perut terasa lapar dan mampir disebuah warung makan ditepi sungai Bohorok. Oh yah, setiap kita berinteraksi dengan warga disini pasti akan ditanya apakah kita akan menginap sekalian mereka menawarkan jasa penginapan. Selepas makan siang yang sudah terlalu sore, gw kembali berjalan menyusuri jalan setapak yang masih ramai dan akhirnya diputuskan menginap di Rain Forest Guest House.

Bukit Lawang ini memang merupakan pusat destinasi berwisata bagi penduduk Sumatera Utara pada saat hari libur bersama keluarga. Keadaan ini akan kita jumpai pada saat hari minggu atau hari libur lainnya dimana cukup banyak wisatawan lokal yang datang bersama rombongan. Biasanya mereka datang hanya untuk mandi-mandi disungai Bohorok ini sambil bersantai bersama keluarga atau teman-teman. Okey, lanjut lagi... Disekitar lokasi penginapan akan pasti bakalan berjumpa dengan para gerombolan atau kelompok monyet yang hidup bebas dengan masyarakat setempat. Namun gw anjurin berhati-hati apabila menaruh barang diluar ruangan kamar sebab kadang ada saja monyet yang usil mengambil barang milik para wisatawan yang menginap. Nah, untuk yang hobby dugem atau ajojing jangan khawatir apabila ingin melepaskan kepenatan pada saat malam minggu sebab di Farina Inn selalu diadakan Saturday Nite Disco dan hanya boleh setiap hari sabtu/malam minggu. Bagi yang doyan live band juga ada tapi sependengaran penulis (ops penulis) waktu lewat ditempat live band cafenya mereka latihan memainkan lagu-lagu yang cukup ng-Rock. Rasanya kalo dekat hutan lagu Rock kurang pas apalagi lagu ajeb-ajeb, mending masuk kamar dan tidur enak dech.... Ssssstttttt ZzzzzZZZZzzzzzz

Sebelum tidur, yaitu pada saat makan malam ditawarkan paket trekking 3 jam oleh pemilik guest house 20 Euro per orang tapi kalo berdua jadi 500 ribu rupiah dengan rincian jalan melihat ketempat Orang Utan dan kembali River Tubing. Yah, secara halus gw tolak baik-baik mungkin lain kali aja dech kan percuma masa bayar mahal cuman 3 jam doang. Dalam hati gw, tadi gw baca di blog temen dia dapet paket Trekking seharian hanya dengan membayar 175 ribu rupiah aja. Ada juga gw baca diblog milik orang luar negeri sono noh (bule), katanya jangan mau tertipu sebab paket itu misalnya diminta 20 Euro itu untuk per grup/3 orang. So, next visit lah baru gw pikir-pikir lagi untuk trekking ke hutan dech.

Nah, berhubung ini Cuma kunjungan singkat jadi tidak banyak yang bisa ditulis. Karena pada hari besoknya gw mesti cepat-cepat kembali ke Medan. Setidaknya gw udah dapat gambaran kalo ke Bukit Lawang itu mau ngapain. Untuk info lainnya mungkin kawan-kawan bisa minta bantuan lewat search engine dan pastinya akan keluar semua informasi Bukit Lawang dari blogger-blogger.

Transportation and Accomodation info:
-          Tariff Angkot dalam Kota Medan                                                   Rp.   4.000
-          Medan – Bukit Lawang                                                                  Rp. 15.000
-          Terminal Gotong Royong – Bukit Lawang Jalan Kaki                      Rp. 0
-          Rain Forest Guest House (IDR 100K, 150K, 250K)                      Rp. 150.000

-          HTM Saturday Nite Disco di Farina Inn                                          Rp. 25.000 (dapat rokok 1 bungkus)

Wednesday, January 1, 2014

1 Januari 2014 dimulai dari Kalimantan Selatan untuk Pertama kalinya

Selamat Tahun Baru 2014

Tanggal 1 Januari 2014 tepat waktunya liburan dari kepenatan pekerjaan yang menguras tenaga dan pikiran. Pamitan dari tempat bekerja di daerah paser Balengkong, kemudian diantar kendaraan operasional perusahaan ke simpang Kuaro. Nah, dari simpang Kuaro sinilah mencegat kendaraan umum menuju Kota Tanjung kabupaten Tabalong. Perjalanan ditempuh selama 3 jam melewati beberapa wilayah kecamatan kabupaten Paser. Selama melewati wilayah Kalimantan Timur jalanan berbukit dan tidak begitu bagus namun setelah melewati perbatasan dengan Kalimantan Selatan jalanan berubah menjadi mulus dan lurus. Tiba diKota Tanjung langsung berganti angkutan umum dengan tujuan Kandangan dengan waktu tempuh kurang lebih 1,5 jam melewati Barabai. Tiba dikota yang dikenal dengan Ketupatnya  ini malam hari dan mendapati Wisma Duta Kandangan untuk dijadikan tempat bermalam. 

Keesokan harinya tujuan berikutnya adalah Loksado dan Haratai yang terletak didalam wilayah pegunungan Meratus. Untuk menuju Loksado ternyata bukan melalui Terminal Kota Kandangan akan tetapi bisa naik bechak atau berjalan kaki sekitar 2KM dari Terminal Kota Kandangan kearah barat. Jenis angkutan umum menuju Loksado jenis Pick-Up yang dimodifikasi diberi penutup dan tempat duduk. Dan kebanyakan yang diangkut adalah barang-barang kebutuhan sehari-hari warga Loksado. Perjalanan ini dari Kandangan selama 1 jam dengan kondisi jalan yang beraspal sampai Loksado. Disini bisa menikmati Bamboo Rafting sebagai salah-satu jenis wisata yang diandalkan warga setempat. Juga ada beberapa lokasi air terjun yang bisa dinikmati oleh pengunjung disini. Pilihan saya adalah menuju Air Terjun Haratai, menuju air terjun Haratai ini saya tempuh dengan berjalan selama 9KM melalui jalan setapak yang telah disemen oleh pemerintah setempat. Jalan dilalui melewati tepi sungai dan beberapa jembatan gantung yang cukup memanjakan mata sehingga perjalanan yang seharusnya melelahkan sambil membawa backpack jadi terasa menyenangkan. Sesekali bertemu dengan warga setempat yang habis berladang juga wisatawan lokal yang habis dari air terjun. Sebelum tiba di air terjun kita akan menjumpai desa Haratai yang merupakan salah-satu desa Dayak Meratus asli Kalimantan Selatan. Desa Haratai masih terdapat Balai yang sudah tidak ditempati seperti dulu kala, hanya pada saat ada upacara perayaan maka balai tersebut akan digunakan. Lanjut berjalan menuju Air Terjun Haratai 1KM dari desa terdapat shelter juga kamar ganti yang sudah tidak terawat lagi.

Setelah menikmati kesejukan air terjun Haratai, perjalanan kembali dengan menumpang sepeda motor seorang bapak yang tinggal didesa menuju Loksado. Dikarenakan satu dan lain hal, dari Loksado kembali menuju Kota Kandangan dengan menumpang kendaraan Suzuki Karimun yang dibawah oleh dua orang pemuda dari Banjarmasin. Dimana pemuda tersebut sedang merencanakan perjalanan keliling mengisi waktu liburan mereka sampai kalimantan tengah. Turun di kandangan, lanjut berjalan dan mencegat angkutan umum dengan tujuan Kota Martapura. Setelah perjalanan selama 2,5 jam tiba di Martapura dan tak jauh dari tempat turun mendapati tempat menginap untuk malam ini.

Pagi harinya, tidur lagi sampai siang. Setelah makan siang, berjalan menuju Pasar Cahaya Bumi Selamat yang merupakan Pasar Intan juga Cinderamata khas banjar. Kota Martapura inilah ditemukan Intan yang sangat terkenal bentuk, besar dan kualitasnya. Lanjut bergeser ke Banjarbaru menuju museum Lambung Mangkurat namun tutup karena hari libur. Banjarbaru juga salahsatu daerah ditemukannya jenis intan mulia yang bagus. Kedua kota ini merupakan wilayah Kerajaan Banjar. Dari Banjarbaru naik angkutan umum menuju Kota Banjarmasin bertemu dengan teman yang merupakan referensi dari teman-teman perjalanan saya, juga pemilik salah-satu blog yang terkenal di google search mengenai Kalimantan.

Selama dikota Banjarmasin sempat mencicipi Soto Banjar Kuwin Jaya dan Soto Banjar Bang Amat, Desa Wisata Kuin, dermaga Lalak ditepian sungai Barito, bertemu dengan Komunitas Couchsurfing Banjarmasin, Duta Mall. Sehari sebelum kembali ke Jakarta, bersama dengan kawan-kawan Couchsurfing menuju Pasar Terapung Lok Baintan. Berangkat dari salah satu rumah teman menuju dermaga, langsung menyusuri sungai Martapura dengan Perahu Klotok yang kami sewa. Selama perjalanan disungai ini kita akan menikmati segala aktivitas warga pada pagi hari juga dapat kita jumpai disungai ini terdapat rambu-rambu lalu-lintas sungai. Tiba di Pasar Terapung kita akan melihat aktivitas jual-beli warga diatas perahu dan kami pun ikut belanja makanan ringan untuk sarapan sebelum kembali pulang.

Setelah 3 hari berada Banjarmasin, tiba waktunya untuk kembali pulang menuju Jakarta...

Summary Cost:
Kuaro - Tanjung L300                      Rp. 60.000
Tanjung - Kandangan L300              Rp. 40.000
Wisma Duta Kandangan 1 malam     Rp. 130.000
Kandangan - Loksado PickUp         Rp. 15.000
Kandangan - Martapura L300          Rp. 35.000
Penginapan Martapura                      Rp. 120.000
Banjarbaru - Banjarmasin                 Rp. 12.000
Angkot dalam Kota                          Rp. 4.000 Jauh-Dekat
Perahu Klotok LokBaintan               Rp. 150.000 Sewa Kapasitas 10 orang