Monday, August 15, 2011

East Java Journey: Mount Bromo (11-12 Aug 2011)

Setelah sekian lama akhirnya kakiku dapat berpinjak pada Gunung Bromo yang terkenal hingga mancanegara. Diawali dengan berkunjung pada salah satu teman yang baru saja dikaruniahi seorang Putri di Surabaya, Saya putuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju Gunung Bromo. Berangkat dari Surabaya Bus Terminal Purabaya, Saya menaiki Bus dengan tujuan Probolinggo dan perjalanan ditempuh dalam waktu sekitar 2 Jam. Tiba di Terminal Bus Probolinggo perjalanan harus dilanjutkan ke Cemoro Lawang yaitu desa terakhir sebelum masuk ke wilayah Taman Nasional Bromo Semeru Tengger dapat ditempuh dalam waktu 1 Jam. Tiba di Cemoro Lawang yang Saya cari adalah warung sebab perut sudah terasa lapar, disini tidak perlu takut karena banyak warung yang menjual makanan. Setelah itu adalah mencari tempat untuk beristirahat sebab cuaca malam hari ini sangatlah dingin sampai-sampai menusuk kedalam tulang rasanya (penyakit naek gunung modal kaos dan celana pendek nih). Dan pilihan untuk menginap malam ini jatuh kepada homestay milik penduduk lokal cukup dengan 50.000 rupiah saja.

Saat subuh terbangun oleh panggilan dari Ojeck yang dipesan semalam, tujuan pagi ini adalah mengantarkan ke Penanjakan 2 dan Puncak Bromo. Walaupun hari masih gelap tapi aktivitas para wisatawan sudah terlihat seperti saat siang hari sebab semuanya bergegas menuju Puncak Penanjakan 2 untuk menikmati matahari terbit. Angin berhembus cukup kencang dengan membawa hawa dingin terasa sangat tajam tidak menyurutkan semangat. Saat langit mulai terlihat terang maka terlihatlah pemandangan yang sangat indah Gunung Bromo yang sesekali mengeluarkan asap putih, Gunung Tengger yang terlihat diam tanpa sepatah kata serta Gunung Semeru dibelakang menjulang tinggi seakan menunggu waktu untuk mengeluarkan isi dalam perutnya. Penanjakan 2 letaknya tidaklah begitu jauh dari desa tapi yang membuat lama adalah naik dari tempat kendaraan parkir ke tempat view point serta masih cukup banyak debu vulkanik dimana debu ini cukup berbahaya bagi pernapasan kita.

Selesai menikmati matahari terbit di Penanjakan 2 perjalanan dilanjutkan menuju Gunung Bromo melewati pintu masuk Taman Nasional serta lautan pasir. Kendaraa harus parkir batas lautan pasir dan untuk menuju Puncak Bromo harus dilalui dengan berjalan kaki. Dilautan pasir ini terdapat Pura tempat peribadatan umat Hindu yang terlihat tegar walaupun sering terkena debu letusan Gunung Bromo ini. Dari situ kita perlu menaiki tangga untuk sampai ke puncak, dengan kondisi yang dipenuhi wisatawan kita perlu berjalan perlahan terkadang berhenti menunggu yang kelelahan atau akibat puncak terlalu penuh. Sampai di Puncak benar adalah penuh dengan wisatawan juga dikarenakan Gunung ini baru saja selesai meletus sehingga puncak menjadi sempit serta perlu berhati-hati kondisi pasir yang tidak keras bisa menyebabkan terjatuh kedalam kawah yang aktif sesekali mengeluarkan asap. Untuk turun pun kita harus antri tidak perlu terburu-buru seperti saat akan naik.

Kembali ke homestay bersama Ojeck dari lautan pasir, sarapan, madi dan langsung turun ke Probolinggo untuk melanjutkan perjalanan menuju Kawah Ijen.

Surabaya-Probolinggo: Rp. 12,000 (ekonomi)\

Probolinggo-Cemoro Lawang: Rp. 25,000 (tourist) jangan percaya lonely planet sebab lonely planet cetakan akhir 2010 menuliskan tarif Rp. 15,000



No comments: