Monday, August 15, 2011

East Java Journey: Ijen Crater (12-13 Aug 2011)

Menuju Kawah Ijen: Dari Surabaya melalui Terminal Bus Purabaya Bungurasih dan naik Bus menuju Bondowoso, Tiba di Bondowoso Terminal naik minibus tujuan Sempol dan dilanjutkan naik Ojeck motor menuju Pos Paltuding.
Perjalanan dimulai dari Probolinggo sebab baru saja turun dari Bromo. Terminal Bus Probolinggo naik Bus Jurusan Bondowoso yang ditempuh selama 2,5 Jam melewati kota Besuki Situbondo dan tiba pada sore hari di Terminal Bondowoso. Bertanya pada warga sekitar dimana bisa mendapatkan Bus menuju Sempol dan ternyata Minibus menuju Sempol sudah habis dengan kata lain Minibus tersebut melayani sampai sekitar pukul 2 siang saja. Akhirnya berbekal info dari mister google bisa dicoba melalui gardu atak dan untuk menuju gardu atak kita harus naik Minibus Jurusan Situbondo. Cukup beritahu Pak kondektur minta diturunkan di Gardu atak dan dalam waktu sekitar 20 menit tiba. Dari sini mencoba nego dengan Ojeck tapi dikenakan tarif 100 ribu rupiah sampai di Pos Paltuding (Gardu atak-Paltuding sekitar 60KM lebih). Akhirnya Saya naik angkot tujuan Sumber Gading dengan harapan setiba di Sumber Gading bisa mendapatkan tumpangan ke Sempol. Dalam angkot bernbincang dengan pak Supir tiba-tiba dia melihat truk yang akan menuju Sempol alias warga Sempol. Dia turun dan bertanya kepada Supir truk dan walhasil Saya berhasil mendapatkan tumpangan sampai sempol. dalam perjalanan dalam truk kami sempat berhenti makan untuk berbuka puasa dan berbincang mengenai Saya yang terlalu nekad datang ke Ijen diwaktu sesore ini. Setiba di desa Sempol Supir ini mencarikan Saya Oejck untuk menuju Sempol dan pilihan itu jatuh kepada Bapak asmat. Sebelum berangkat menuju Pos Paltuding (17 KM) Saya disuguhi kopi khas Bondowoso yaitu Kopi Arabica yang saat ini terkenal. 

Tiba di Pos Paltuding Saya dibawa ke warung Pak Syamsudin yang letaknya paling depan jalanan. Kemudian kami masuk kedalam dan berbincang-bincang sambil minta izin agar Saya dapat tidur depan warung ini. Disini kembali disuguhi Kopi sambil berbincang dengan para Penambang Belerang yang juga menginap di tempat Pak Syamsudin. Disini Saya diajak oleh Penambang utuk jalan bareng mereka menuju Kawah. Tadinya diajak berangkat Jam 1 subuh akan tetapi kami terlalu malas jalan sehingga baru mulai Jam 03.30 Subuh. Oh, yah disini Saya tidur tepat di depan tungku perapian walaupun beralaskan terpal tapi tetap hangat dan walaupun menumpang di warung Saya harus melapor ke Pos serta memberitahu akan menginap dimana.

Perjalanan menuju Kawah dari Pos Paltuding memakan waktu kurang lebih 1 Jam dan saat ini cuaca sedang bagus serta bulan menyinari dengan terangnya. Tiba di puncak yang masih sepi wisatawan namun dibawah Kawah itu telah ramai oleh para penambang belerang dimana para penambang ini tidak kenal lelah memikul berat belerang sekitar 50 Kg atau lebih. Di kawah ini seakan tidak pernah tidur akan aktivitas para penambang yang berjuang demi menghidupi keluarga mereka.
Saat matahari sudah terbit Saya memutuskan untuk turun kekawah dan pemandangan disini semakin indah dengan semburan asap belerang danau kawah yang tenang serta melihat para penambang berjuang mengambil Belerang yang telah padat dan kemudian dimasukkan kedalam kerajang yang mereka pikul bawa sampai ke Pos Paltuding untuk dijual kepada pembeli dari Perusahaan yang telah menunggu. Tapi berhati-hatilah dengan asap belerang ini karena sangat menyengat sehingga dapat mengakibatkan gangguan pernafasan bagi kita yang tidak biasa. Seperti Saya pada saat akan naik kembali ke atas puncak dari kawah ini, dimana jalan menuju puncak telah diselimuti oleh asap belerang sehingga saat sudah setengah jalan saya turun kembali ke bawah. Dan akhirnya diberi panduan oleh penambang tetap naik dan apabila asap datang berhenti berjalan, tutup hidung dengan kain atau masker dan bernafaslah dengan normal alias tidak perlu panik. Sampai di puncak turun ke Pos lebih cepat tiba karena jalan menurun dan saya sudah ditunggu oleh anak Pak Asmat yang akan mengantar sampai Sempol. Sarapan Indomie serta teh hangat kami langsung turun ke Desa Sempol.

Minibus dari Sempol menuju Terminal Bondowoso hanya ada saat pagi hari dan siang sekitar pukul 2 atau 3. Sehingga kembali mencoba keberuntungan mencari tumpangan lagi dan sekitar pukul 1 siang tumpangan itu datang juga berbekal melihat dua orang bule menghentikan sebuah mobil Panther dan mereka bernegosiasi harga untuk sampai Bondowoso sedang Saya dengan santainya bilang "Pak Melo" dan si Bapak bilang "Naik saja dibelakang". Lucky me, dapat tumpangan gratis tapi orang lain tetap bayar sampai Terminal Wonosobo. Akhir perjalanan naik Bus jurusan Surabaya 





No comments: