Alkisah, pada hari terakhir
menjalankan tugas Saya bersama Supervisor akan meninggalkan tempat ini untuk
menjalankan hari libur kami. Setelah segala administrasi dan laporan tuntas
saat malam hari kami telah bersiap untuk menuju Bandara. Namun, apa boleh
dikata ternyata tiket untuk kepulangan Pak Mandor (panggilan gaul kami kepada
pemimpin tertinggi di tempat kerja) belum ada sebab info dari bagian ticketing
kantor pusat terkendala hari libur panjang. Akhirnya Saya pun memutuskan pergi
sendiri tanpa sang Mandor sebab mau jalan-jalan dulu. Diantar oleh supir
menggunakan kendaraan operasional menuju Stasiun Kereta Marbau selama 1 jam
perjalanan dikarenakan bentuk daripada jalanan yang tidak menyenangkan. Tiba
diloket, beli tiket kelas Bisnis seharga 90,000.00 Rupiah (Eksekutif 125,000.00
Rupiah yah) dengan keberangkatan pukul 00.15 waktu Sumatera Utara.
Perjalanan Menuju dan Danau
(Toba 06 November 2013)
Kereta tiba dari Stasiun
Rantau Prapat dan berangkat tepat waktu dari Stasiun Marbau dengan tujuan
Stasiun Besar Medan. Namun, tujuan pemberhentian Saya adalah Stasiun Tebing
Tinggi dan akan melanjutkan pencarian jalan agar bias sampai di Pulau Samosir.
Dalam perjalanan Kereta Api Sribilah ini melakukan pemberhentian di beberapa
Stasiun untuk menjemput para penumpang lainnya yang akan ikut bersama.
Kenyamanan lumayan bergelombang melintasi landasan Rel Kereta di Sumatera Utara
yang dimana gerbong-gerbongnya diderek oleh jenis Lokomotif BB-203. Akan tetapi
masih nyaman Kereta daripada naik Travel Plat Hitam sesuai dengan pengalaman
selama menjalankan tugas di Sumtera Utara.
Kereta Sribilah akhirnya tiba
di Stasiun Tebing Tinggi pada pukul 04.00. Saya pun berjalan sekitar 2-3 KM
menuju persimpangan jalan poros lintas arah Pematang Siantar/Parapat. Beberapa
kali mobil jenis Avanza/Xenia Travel entah dari Medan mungkin menanyakan dan
menawarkan jasa namun tujuan kami berbeda. Tak lama kemudian berhenti Mitsubishi L-300 putih dengan tujuan Pematang
Siantar dan Saya langsung naik . Tiba Pematang Siantar 06.00, langsung
mendapatkan angkutan umum menuju Parapat jenis Izusu ELF. TIba Parapat, mampir
sarapan dan kopi secangkir kemudian langsung naik Kapal penyeberangan Aji Bata
tujuan Tomok. Lama waktu menyeberang hanya sekitar 30 menit dan Tiba di Tomok,
langsung disambut oleh Bapak yang menawarkan jasa Ojek, Sewa Motor, Penginapan
ke Tuk-Tuk dengan bahasa bahwa mereka terdaftar pada Dinas Pariwisata setempat.
Oh, mampir dulu minum secangkir kopi lagi yang cukup kental serta manis.
Baiklah, setuju dengan tawaran
naik Ojek ke Tuk-Tuk mencari penginapan untuk berteduh malam nanti. Sampai di
Tuk-Tuk ditawarkan ke penginapan Saudara Bapak Ojek namun masih terlalu mahal
dengan kondisi fasilitas serta kondisi lah. Putar-putar mencari keliling yang
cocok penuh dan lainnya cukup mahal
akhirnya keputusan pada penginapan Bapak Simbolon dilantai 2. Terima
kasih Bapak Ojek selanjutnya, sewa motor selama setengah hari sama penginapan
untuk sedikit berkeliling menghafalkan jalanan di Pulau Samosir ini.
Setelah waktu menunjukkan
pukul 12.00 siang, mari kita nyalakan mesin sepeda motor untuk melihat lihat
sedikit waktu yang ada disini. Rute yang dilalui keluar dari semenanjung
Tuk-Tuk setir putar kekanan menuju arah Pusuk Buhit (kalo kekiri balik lagi ke
Tomok), sempat mampir makan siang di rumah makan BPK dan melanjutkan sampai Air Panas tepi Danau Toba ini dimana
hujan mulai turun sehingga batal melanjutkan geber gas motor ke puncak Pusuk
Buhit. Perjalanan dilalui sekitar 40an KM melewati beberapa spot wisata seperti
pulau-pulau kecil, pantai pasir putih, kuburan khas Batak, Museum Batak dan
lain-lain. Rencana mau telusuri jalan melewati jalur tengah yang ada Danau tapi
terkendala hujan yang semakin deras disegala penjuru Pulau Samosir berdasakan
pandangan mata. Maka keputusan memilih jalan berangkat dengan tujuan kembali ke
penginapan. Dalam perjalanan sempat berhenti diwarung berjumpa sepasang kekasih
asal Belanda dan minum secangkir Kopi lagi. Oleh karena hujan tak kunjung
mereda, udara mendingin, langit menggelap diputuskan melanjutkan perjalanan
menembus hujan dan dingin sampai basah kuyup sampai di penginapan.
Malam harinya cuaca masih
hujan sehingga kondisi Tuk-Tuk cukup sepi. Makan malam pesan dari Ibu di
penginapan ditemani sang Bapak yang sedang menyelesaikan pembuatan tempat
tissue makan yang diukir kerajinan motif Batak. Setelah makan, sembari
bercerita pengalaman sang Bapak, enaknya meneguk sebotol Tuak asli dari sini
(sebotol saya sumbangkan) sampai mata ini redup dan badan menginginkan kasur
empuk.
Noted: Lokasi Wisata disekitar
Pulau Samosir sudah banyak panduannya (Tanya aja Om Gugel)
Matahari Pagi, Mencari Sipiso-Piso
dan Tangga Perjuangan (07 November 2013)
Bangun pagi (tumben) melangkahkan kaki berjalan sehat menuju ke satu tempat untuk menikmati terbitnya matahari di Pulau Samosir. Pulang Pergi 6 KM tanpa perlu membayar ongkos dan kembali bersiap untuk melanjutkan perjalanan mencari jalan ke Air Terjun Sipiso Piso. Diantar Bapak Simbolon ke Terminal Kapal penyeberangan menuju Tiga Raja, Parapat. Kapal tersedia setiap jam, keberangkatanku jam 08.00 menuju Tiga Raja. Tiba di Tiga raja, lanjut berjalan sambil memanjakan mata sekeliling dan mencegat Bus tujuan Medan. Walaupun tujuan Medan tujuan Saya turun adalah Pematang Siantar. Di Pematang Siantar ada beberapa Bechak Motor yang masih terjaga sampai sekarang menggunakan Motor buatan Jerman dan hanya ada disini (kecuali kolektor motor antik). Singgah makan siang di rumah makan Khas Batak dan melanjutkan menupang angkutan ELF tujuan Kabanjahe tapi jangan lupa katakan minta turun di simpang Situnggaling (Air Terjun).
Perjalanan sekitar 1 jam lebih tiba saat hujan turun pun langsung naik Bechak (Ojeck) menuju pintu masuk ke Air Terjun Sipiso Piso. Sang pengemudi Bechak bablas sehingga bebas biaya restribusi pengunjung buat saya. Cuaca masih hujan untuk turun ke Air Terjun, namun dari atas sini pun bias langsung menikmati penampakan secara utuh Air Terjun serta sedikit view Danau Toba. Setelah secangkir Kopi hangat habis Saya langsung mencoba jalan turun menuju arah jatuhnya air dari atas. Sempat berjumpa dengan beberapa pasangan yang hendak naik kembali pulang, Saya tiba di dasar jatuhnya sang air dengan kondisi sendirian tanpa ada pengunjung dibawah sini. Nah ini perjuangan menaiki tangga yang Saya tapaki saat turun tadi maka dianjurkan persiapkan fisik dan nafas cadangan atau apabila tidak mampu mendingan tidak usah turun kebawah sini. Sampai diatas terlihat awan kabut langsung menutupi daera sekitar Air Terjun ini, mungkin menunggu Saya terakhir sampai dahulu kali yah.
Menumpang sedikit dan Taman Wisata Lumbini tutup
Berjalanan saat hujan
rintik-rintik sampai di pintu masuk menumpang kendaraan yang keluar membawa
tamu asal Johor Malaysia. Dari simpang Situnggaling mencegat angkutan umum ELF
tujuan Kabanjahe dan tidak lupa kata kunci minta turunkan di tempat angkutan
umum yang mau ke Berastagi. Jarak tidak sampai 20 KM dilahap gas penuh oleh Pak
Supir di Tanah Karo ini. Tiba di Kabanjahe turun dan naik lagi angkutan umum
Warna Kuning tujuan Berastagi, kali ini sang angkot berjalan cukup santai namun
ingat udara disini dingin loh. Nah, Berastagi ini bias dikata kalo warga
Jakarta liburan ke Puncak, warga Medan liburan ke Berastagi yang letaknya di
pegunungan, dingin, banyak Villa tapi kok belum jumpa yang pake kupluk dan
senter yak. Tiba di Taman Wisata Lumbini yang juga dikenal warga setempat
dengan sebutan Pagoda. Tapia apa daya perjuangan hujan serta cuaca dingin
disambut dengan sudah tutupnya untuk wisatawan sebab waktu berkunjung telah
selesai. Baiklah, nikmati saja dari luar dan kembali mencari jalan menuju kota
Medan.
Kembali ke jalan poros
Berastagi ditengah hujan rintik-rintik serta angin dingin menerpa mendapati Bus
Tujuan Medan yang lewat dengan sekejap. Duduk dibelakang Bus menuruni jalanan
berliku, supir yang memacu turunan jalanan serta diiringi music khas Karo.
Tanpa teras sudah memasuki kota Medan dan seluruh penumpang diturunkan di
perempatan ring-road bukan ke Terminal Amplas. Dari sinii bertanya ke warga
sekitar mendapati Angkot tujuan Belawan yang melalui Lapangan Merdeka. Dari
lapangan Merdeka berjalan kaki dan menjumpai teman dan makan malam bersama
disalah satu Coffee Shop sampai larut malam.
JNE, Bolu Meranti dan Kuala
Namu Airport (08 November 2013)
Pagi hari ini bersiap kembali
menuju Jakarta. Namun ada beberapa hal dahulu yang harus dilakukan dan belanja.
Kirim Dokumen ke JNE yang terbawa oleh Saya, membeli Bolu Meranti di Jalan
Sisingamangaraja dan Saya diantar ke Terminal Amplas untuk menumpang Bus Damri
tujuan Kuala Namu. Berangkat ke Bandara sedikit lebih cepat sebab bersama teman
asal Belanda (campuran Indonesia) yang akan terbang ke pulau Dewata. Tidak
lebih dari 1 jam Bus sudah tiba di Bandara sebab lalu-lintas siang ini cukup
lancer dan proses check-in pun dilakukan.
Summary Biaya Perjalanan:
Tebing Tinggi à Pematang Siantar Rp. 15,000
Pematang Siantar à
Ajibata, Parapat Rp. 10,000
Ajibata, Parapat à Tomok Rp. 6,000
Penginapan di Tuk-Tuk Rp.
80,000 (pastikan ditawar dahulu)
Sewa Motor ½ hari Rp.
50,000 (tawar)
Tuk-Tuk à Tiga Raja, Parapat Rp. 10,000
Parapat à Pematang Siantar Rp. 10,000
Pematang Siantar à
Situnggaling Rp. 18,000
Situnggaling à Sipiso Piso Rp. 10,000
Biaya Retribusi Sipiso Piso Rp.
0
(Ojek nyelonong)
Situnggaling à Kabanjahe Rp. 6,000
Kabanjahe à Berastagi Rp. 6,000
Berastagi à Medan Rp. 15,000