Friday, November 8, 2013

Off Duty Transit to Toba Lake, Sipiso Piso Waterfall and Berastagi 6-7 Nov 2013

Pendahuluan

Alkisah, pada hari terakhir menjalankan tugas Saya bersama Supervisor akan meninggalkan tempat ini untuk menjalankan hari libur kami. Setelah segala administrasi dan laporan tuntas saat malam hari kami telah bersiap untuk menuju Bandara. Namun, apa boleh dikata ternyata tiket untuk kepulangan Pak Mandor (panggilan gaul kami kepada pemimpin tertinggi di tempat kerja) belum ada sebab info dari bagian ticketing kantor pusat terkendala hari libur panjang. Akhirnya Saya pun memutuskan pergi sendiri tanpa sang Mandor sebab mau jalan-jalan dulu. Diantar oleh supir menggunakan kendaraan operasional menuju Stasiun Kereta Marbau selama 1 jam perjalanan dikarenakan bentuk daripada jalanan yang tidak menyenangkan. Tiba diloket, beli tiket kelas Bisnis seharga 90,000.00 Rupiah (Eksekutif 125,000.00 Rupiah yah) dengan keberangkatan pukul 00.15 waktu Sumatera Utara.

Perjalanan Menuju dan Danau  (Toba 06 November 2013)

Kereta tiba dari Stasiun Rantau Prapat dan berangkat tepat waktu dari Stasiun Marbau dengan tujuan Stasiun Besar Medan. Namun, tujuan pemberhentian Saya adalah Stasiun Tebing Tinggi dan akan melanjutkan pencarian jalan agar bias sampai di Pulau Samosir. Dalam perjalanan Kereta Api Sribilah ini melakukan pemberhentian di beberapa Stasiun untuk menjemput para penumpang lainnya yang akan ikut bersama. Kenyamanan lumayan bergelombang melintasi landasan Rel Kereta di Sumatera Utara yang dimana gerbong-gerbongnya diderek oleh jenis Lokomotif BB-203. Akan tetapi masih nyaman Kereta daripada naik Travel Plat Hitam sesuai dengan pengalaman selama menjalankan tugas di Sumtera Utara.
Kereta Sribilah akhirnya tiba di Stasiun Tebing Tinggi pada pukul 04.00. Saya pun berjalan sekitar 2-3 KM menuju persimpangan jalan poros lintas arah Pematang Siantar/Parapat. Beberapa kali mobil jenis Avanza/Xenia Travel entah dari Medan mungkin menanyakan dan menawarkan jasa namun tujuan kami berbeda. Tak lama kemudian berhenti  Mitsubishi L-300 putih dengan tujuan Pematang Siantar dan Saya langsung naik . Tiba Pematang Siantar 06.00, langsung mendapatkan angkutan umum menuju Parapat jenis Izusu ELF. TIba Parapat, mampir sarapan dan kopi secangkir kemudian langsung naik Kapal penyeberangan Aji Bata tujuan Tomok. Lama waktu menyeberang hanya sekitar 30 menit dan Tiba di Tomok, langsung disambut oleh Bapak yang menawarkan jasa Ojek, Sewa Motor, Penginapan ke Tuk-Tuk dengan bahasa bahwa mereka terdaftar pada Dinas Pariwisata setempat. Oh, mampir dulu minum secangkir kopi lagi yang cukup kental serta manis.
Baiklah, setuju dengan tawaran naik Ojek ke Tuk-Tuk mencari penginapan untuk berteduh malam nanti. Sampai di Tuk-Tuk ditawarkan ke penginapan Saudara Bapak Ojek namun masih terlalu mahal dengan kondisi fasilitas serta kondisi lah. Putar-putar mencari keliling yang cocok penuh dan lainnya cukup mahal  akhirnya keputusan pada penginapan Bapak Simbolon dilantai 2. Terima kasih Bapak Ojek selanjutnya, sewa motor selama setengah hari sama penginapan untuk sedikit berkeliling menghafalkan jalanan di Pulau Samosir ini.
Setelah waktu menunjukkan pukul 12.00 siang, mari kita nyalakan mesin sepeda motor untuk melihat lihat sedikit waktu yang ada disini. Rute yang dilalui keluar dari semenanjung Tuk-Tuk setir putar kekanan menuju arah Pusuk Buhit (kalo kekiri balik lagi ke Tomok), sempat mampir makan siang di rumah makan BPK dan melanjutkan sampai Air Panas tepi Danau Toba ini dimana hujan mulai turun sehingga batal melanjutkan geber gas motor ke puncak Pusuk Buhit. Perjalanan dilalui sekitar 40an KM melewati beberapa spot wisata seperti pulau-pulau kecil, pantai pasir putih, kuburan khas Batak, Museum Batak dan lain-lain. Rencana mau telusuri jalan melewati jalur tengah yang ada Danau tapi terkendala hujan yang semakin deras disegala penjuru Pulau Samosir berdasakan pandangan mata. Maka keputusan memilih jalan berangkat dengan tujuan kembali ke penginapan. Dalam perjalanan sempat berhenti diwarung berjumpa sepasang kekasih asal Belanda dan minum secangkir Kopi lagi. Oleh karena hujan tak kunjung mereda, udara mendingin, langit menggelap diputuskan melanjutkan perjalanan menembus hujan dan dingin sampai basah kuyup sampai di penginapan.
Malam harinya cuaca masih hujan sehingga kondisi Tuk-Tuk cukup sepi. Makan malam pesan dari Ibu di penginapan ditemani sang Bapak yang sedang menyelesaikan pembuatan tempat tissue makan yang diukir kerajinan motif Batak. Setelah makan, sembari bercerita pengalaman sang Bapak, enaknya meneguk sebotol Tuak asli dari sini (sebotol saya sumbangkan) sampai mata ini redup dan badan menginginkan kasur empuk.
Noted: Lokasi Wisata disekitar Pulau Samosir sudah banyak panduannya (Tanya aja Om Gugel)


 

Matahari Pagi, Mencari Sipiso-Piso dan Tangga Perjuangan (07 November 2013)


Bangun pagi (tumben) melangkahkan kaki berjalan sehat menuju ke satu tempat untuk menikmati terbitnya matahari di Pulau Samosir. Pulang Pergi 6 KM tanpa perlu membayar ongkos dan kembali bersiap untuk melanjutkan perjalanan mencari jalan ke Air Terjun Sipiso Piso. Diantar Bapak Simbolon ke Terminal Kapal penyeberangan menuju Tiga Raja, Parapat. Kapal tersedia setiap jam, keberangkatanku jam 08.00 menuju Tiga Raja. Tiba di Tiga raja, lanjut berjalan sambil memanjakan mata sekeliling dan mencegat Bus tujuan Medan. Walaupun tujuan Medan tujuan Saya turun adalah Pematang Siantar. Di Pematang Siantar ada beberapa Bechak Motor yang masih terjaga sampai sekarang menggunakan Motor buatan Jerman dan hanya ada disini (kecuali kolektor motor antik). Singgah makan siang di rumah makan Khas Batak dan melanjutkan menupang angkutan ELF tujuan Kabanjahe tapi jangan lupa katakan minta turun di simpang Situnggaling (Air Terjun).
Perjalanan sekitar 1 jam lebih tiba saat hujan turun pun langsung naik Bechak (Ojeck) menuju pintu masuk ke Air Terjun Sipiso Piso. Sang pengemudi Bechak bablas sehingga bebas biaya restribusi pengunjung buat saya. Cuaca masih hujan untuk turun ke Air Terjun, namun dari atas sini pun bias langsung menikmati penampakan secara utuh Air Terjun serta sedikit view Danau Toba. Setelah secangkir Kopi hangat habis Saya langsung mencoba jalan turun menuju arah jatuhnya air dari atas. Sempat berjumpa dengan beberapa pasangan yang hendak naik kembali pulang, Saya tiba di dasar jatuhnya sang air dengan kondisi sendirian tanpa ada pengunjung dibawah sini. Nah ini perjuangan menaiki tangga yang Saya tapaki saat turun tadi maka dianjurkan persiapkan fisik dan nafas cadangan atau apabila tidak mampu mendingan tidak usah turun kebawah sini. Sampai diatas terlihat awan kabut langsung menutupi daera sekitar Air Terjun ini, mungkin menunggu Saya terakhir sampai dahulu kali yah. 






 


 Menumpang sedikit dan Taman Wisata Lumbini tutup

Berjalanan saat hujan rintik-rintik sampai di pintu masuk menumpang kendaraan yang keluar membawa tamu asal Johor Malaysia. Dari simpang Situnggaling mencegat angkutan umum ELF tujuan Kabanjahe dan tidak lupa kata kunci minta turunkan di tempat angkutan umum yang mau ke Berastagi. Jarak tidak sampai 20 KM dilahap gas penuh oleh Pak Supir di Tanah Karo ini. Tiba di Kabanjahe turun dan naik lagi angkutan umum Warna Kuning tujuan Berastagi, kali ini sang angkot berjalan cukup santai namun ingat udara disini dingin loh. Nah, Berastagi ini bias dikata kalo warga Jakarta liburan ke Puncak, warga Medan liburan ke Berastagi yang letaknya di pegunungan, dingin, banyak Villa tapi kok belum jumpa yang pake kupluk dan senter yak. Tiba di Taman Wisata Lumbini yang juga dikenal warga setempat dengan sebutan Pagoda. Tapia apa daya perjuangan hujan serta cuaca dingin disambut dengan sudah tutupnya untuk wisatawan sebab waktu berkunjung telah selesai. Baiklah, nikmati saja dari luar dan kembali mencari jalan menuju kota Medan.


 Medan, Angkot dan Jumpa Teman

Kembali ke jalan poros Berastagi ditengah hujan rintik-rintik serta angin dingin menerpa mendapati Bus Tujuan Medan yang lewat dengan sekejap. Duduk dibelakang Bus menuruni jalanan berliku, supir yang memacu turunan jalanan serta diiringi music khas Karo. Tanpa teras sudah memasuki kota Medan dan seluruh penumpang diturunkan di perempatan ring-road bukan ke Terminal Amplas. Dari sinii bertanya ke warga sekitar mendapati Angkot tujuan Belawan yang melalui Lapangan Merdeka. Dari lapangan Merdeka berjalan kaki dan menjumpai teman dan makan malam bersama disalah satu Coffee Shop sampai larut malam.

JNE, Bolu Meranti dan Kuala Namu Airport (08 November 2013)

Pagi hari ini bersiap kembali menuju Jakarta. Namun ada beberapa hal dahulu yang harus dilakukan dan belanja. Kirim Dokumen ke JNE yang terbawa oleh Saya, membeli Bolu Meranti di Jalan Sisingamangaraja dan Saya diantar ke Terminal Amplas untuk menumpang Bus Damri tujuan Kuala Namu. Berangkat ke Bandara sedikit lebih cepat sebab bersama teman asal Belanda (campuran Indonesia) yang akan terbang ke pulau Dewata. Tidak lebih dari 1 jam Bus sudah tiba di Bandara sebab lalu-lintas siang ini cukup lancer dan proses check-in pun dilakukan.

Summary Biaya Perjalanan:
Tebing Tinggi                  à Pematang Siantar           Rp. 15,000
Pematang Siantar            à Ajibata, Parapat             Rp. 10,000
Ajibata, Parapat              à Tomok                           Rp.   6,000
Penginapan di Tuk-Tuk                                              Rp. 80,000 (pastikan ditawar dahulu)
Sewa Motor ½ hari                                                    Rp. 50,000 (tawar)
Tuk-Tuk                         à Tiga Raja, Parapat         Rp. 10,000
Parapat                           à Pematang Siantar           Rp. 10,000
Pematang Siantar             à Situnggaling                   Rp. 18,000
Situnggaling                      à Sipiso Piso                    Rp. 10,000
Biaya Retribusi Sipiso Piso                                         Rp. 0           (Ojek nyelonong)
Situnggaling                      à Kabanjahe                    Rp.   6,000
Kabanjahe                       à Berastagi                       Rp.   6,000
Berastagi                         à Medan                           Rp. 15,000




Friday, September 6, 2013

KM. Tilongkabila, Lay Down at Gili Trawangan Island and Back to Bali 2-6 Aug 2013


Berlayar bersama KM. Tilongkabila menuju Lombok (01 August 2013)

Saatnya meninggalkan Kota Labuan Bajo Pulau Flores dengan menumpang Kapal PELNI KM. Tilongkabila. Kapal yang direncanakan tiba dini hari dan berangkat 06.00 pagi terlambat diakibatkan proses loading yang lama di Pelabuhan sebelumnya serta menurut para penumpang dan awak kapal sempat terjadi kerusakan pada water balancing sehingga terlambat tiba di Labuan Bajo. Kapal ini baru tiba di Labuan Bajo pukul 10.00 dan berangkat pada pukul 12.00 siang hari dengan penumpang penuh sampai diluar deck sehingga kami menggelar tikar di deck-7 bagian belakang dekat Cafetaria. Tempatnya agak kotor sebab sempat dihuni oleh penumpang sebelumnya yang telah turun dan kami dibantu oleh karyawan Cafetaria. Dan ternyata karyawan Cafetaria seorang sekampung dengan Saya asal Tondano Minahasa serta ada lagi masih saudara sekampung. Malam harinya sekitar pukul 19.00 Kapal ini tiba transit di Pelabuhan Bima Pulau Sumbawa Nusa Tenggara Barat dan sedikit masukan dari penumpang lainnya pbila ingin membeli makanan dari penjual dipelabuhan ini agar jangan asal beli makanan dicek dahulu sebab sering sudah tidak layak juga minuman yang isinya tidak asli lagi. Sekitar 1 jam lebih transit Kapal ini melanjutkan perjalanan menuju Ampenan/Lembar.

Berlabuh di Pelabuhan Ampenan/Lembar dan arah tujuan Pulau Gili (02 August 2013)

Setelah lebih dari 18 jam berlayar dari Bima akhirnya Kapal yang kami tumpangi berhasil bersandar di Pelabuhan Lembar Pulau Lombok Nusa Tenggara Barat. Oh iyah, sebelum tiba kami sempat berkenalan dengan anggota TNI Korps Marinir yang bertugas ikut menjaga keamanan kapal ini. Dan kami melakukan foto bersama sampai narsis dengansenjata milik Pak Marinir jenis SS1 bisa dilipat loh. Setelah jalan untuk turun agak lenggang, kami berpamita dengan saudara serta teman yang kami kenal diatas kapal untuk melanjutkan perjalanan ke pulau Gili. Saat keluar Teminal aka nada banyak yang menawarkan jasa transportasi dan harganya bisa lebih dari normal apalagi bukan warga local. Berjumpa lagi dengan teman asal Makassar yang sedang dalam road show pribadi dalam rangka suksesi sebagai salah satu dari peserta acara reality show I AM PRESIDENT yang dibuat oleh Berita Satu. Diapun akhirnya ikut dengan kami menuju pulau Gili padahal tadinya dia sudah mau pergi ke Kota Mataram bersama dengan seorang pedagang aksesoris naik ojek. Kami bertiga keluar dari areal terminal dan mendapatkan angkutan umum menuju Terminal Mandalika Kota Mataram dengan sedikit menawar dahulu supaya tidak kena harga yang tidak masuk akal. Dari Terminal Mandalika makan siang dahulu dan menemukan angkutan umum jenis ELF dengan tujuan Lombok Utara sedangkan kami akan diturunkan di perempatan menuju Pelabuhan Bangsal. Berjalan dari perempatan menuju Pelabuhan Bangsal lebih dari 1 KM akan banyak ditawari Taxi serta Cidomo menuju Pelabuhan. Di Pelabuhan Bangsal terdapat loket resmi menuju ke tiga pulau Gili dengan harga resmi juga setiap pemberangkatan akan diumumkan apabila sudah mencapai kuota penumpang untuk berangkat. Di Gili Trawangan banyak terdapat penginapan yang cukup murah dan terdapat fasilitas Wi-Fi, jangan lupa lakukan penawaran terlebih dahulu apabila ingin menginap di penginapan. Reservasi tawar menawar kami dapatkan di Padanta Guest House sore ini sampai dengan kami pulang.

Santai di Pulau Gili Trawangan (02-06 August 213)

Pulau Gili Trawangan adalah Pulau berukuran 3 KM panjang dan 2 KM lebar jadi cukuplah bisa berkeliling pulau ini berjalan kaki, menyewa sepeda. Saat ini sudah sangat terkenal jadi sudah banyak referensi apa saja yang ada di pulau ini bagi para wisatawan. Aktifitas yang kami lakukan selama di Pulu ini hanya bersantai seperti menikmati matahari terbit, santai menanti mataari terbenam, berenang di pantai, berkeliling pulau, serta malam harinya menikmati kehidupan malam sembari menemukan teman baru. Sempat juga kedatangan teman asal Jakarta bersama temannya asal Rusia yang baik hatinya. Kami jalan bersama selama mereka berada dipulau ini jugasempat menikmati Hotel berbintang yang cukup mahal bagi pelancong Backpacker. Apabila ingin mencari warung yag murah, banyak terdapat dibagian dalam kampong. Nah disini harga yang mereka berikan untuk orang asing akan lebih mahal daripada wisatawan local jadi silahkan bertanya dahulu agar tidak diberi harga cukup mahal. Malam terakhir sebelum meninggalkan Pulau ini kami bersama teman asal Inggris yang hobi menyelam dan asal Kanada yang berprofesi Film Maker menikmati kehidupan malam sampai larut walaupun kurang begitu meriah sebab masih dalam bulan puasa bagi umat Muslim.

Tragedi Check-Out, truck dan Pulau Dewata (06 August 2013)

Pagi harinya setelah sarapan, kami check-out dan juga menyelesaikan biaya administrasi penginapan. Namun, kagetnya kami saat membayar dari pihak penginapan mengatakaan biaya menginap adalah 150,000 rupiah per malam padahal pada waktu pertama deal adalah 100,000 rupiah. Ini tidak boleh terjadi kawan, mereka mencoba mencari celah keuntungan tidak sesuai dengan kesepakatan. Kamipun tetap bertahan sampai pihak penginapan setuju dengan muka yang kurang bersahabat sama sekali. Ini menjadi salah satu referensi penginapan PADANTA GUSETHOUSE yang kurang bagus dari segi kepercayaan walaupun dari awal pelayanannya cukup baik. Lanjut berjalan ke Pelabuhan, menyeberang menuju Pelabuhan Bangsal, menumpang angkutan umum menuju Terminal Mandalika. Dari Terminal Mandalika kita akan kebingungan mencari angkutan umum menuju Pelabuhan Lembar maka dianjurkn bertanya dan bertanya harga tarif. Di Pelabuhan Bangsal kita akan disambut oleh para calo menawarkan jasa tiket Ferry, sebaiknya langsung saja ke Loket Resmi ASDP. Lama perjalanan menyeberang Ferry ini selama 5 Jam, lebih lama 1 jam oleh sebab antrian kapal untuk bersandar dipelabuhan Padang Bai.
Dari dalam kapal Ferry kami mendapatkan tumpangan menggunakan Truk yang membawa Kelapa Muda dari Bajawa Flores yang akan dijual diBali. Dan kami diturunkan di pertigaan ringroad dan dijemput oleh ketiga teman kami menggunakan sepeda motor. Setelah tiba dikost teman dan saatnya istirahat.

Biaya Perjalanan tercatat:
Labuan Bajo                       à Ampenan/Lembar     KM. Tilongkabila               Rp. 152,000
Pelabuhan Lembar              à Terminal Mandalika                                            Rp.   10,000
Terminal Mandalika            à Pelabuhan Bangsal  (Pemenang)                          Rp.   15,000
Pelabuhan Bangsal              à Gili Trawangan                                                    Rp.   13,000
Padanta Guesthouse, Gili Trawangan                                                                   Rp. 100,000
Pelabuhan Bangsal              à Pelabuhan Padang Bai (ASDP Ferry)                   Rp.   40,000
Pelabuhan Padang Bai        à Denpasar                                                             Rp. Hitchhike

Thursday, August 1, 2013

Berjumpa dengan Komodo di Pulau Rinca dan Bermain Air di Pulau Kelor 31 August 2013

Baiklah, Pagi ini kami berkumpul pukul 07.00 pagi di Fun Fun Trip. Bagi yang mau menyewa peralatan Snorkeling terdapat dibawah Kantor bagian penyewaan alat dengan harga terjangkau. Tepat pukul 08.00, kami sudah di Pelabuhan dan Kapal segera bergerak dikemudikan oleh 2 orang pemuda dengan tujuan Pulau Rinca. Perjalanan akan ditempuh kurang lebih 2 jam dan di Pulau Rinca kita dapat melihat secara langsung Sang Komodo yang begitu tersohor sampai keseluruh belahan dunia dimana Komodo ini oleh Organisasi 7 Wonder ditetapkan sebagai salah satu keajaiban Dunia. Dalam Trip kali ini terdapat Pria Jerman bersama anaknya, 2 pemuda asal Surabaya, seorang Ibu dari Jakarta dan Kami berdua.
Tiba di Pulau Rinca, kami langsung disambut oleh para Ranger yang akan menjadi guide selama berkeliling melihat Komodo. Kenapa langsung dijemput Ranger dan harus dipandu, karena Komodo ini sangat berbahaya apabila digigit oleh Komodo kita bisa meninggal karena racunnya. Sebelum melakukan tour kelililing setiap pengunjung harus melapor terlebih dahulu di Pos Penjagaan sebagai data juga membayar biaya masuk pengunjung (asing dan local beda harga) serta biaya guide Ranger. Setelah itu setiap pengunjung akan diberikan panduan oleh para Ranger sebelum berkeliling juga diberikan pilihan rute yang mau dijalani. Rute tersebut ada 3 yaitu rute pendek, menengah dan rute panjang.

Pilihan kami adalah kombinasi rute pendek dan rute menengah agar tidak membuang banyak waktu selama tour ini. Perjalanan dimulai dan kami langsung dihadapkan oleh para Komodo yang cukup banyak sedang berkumpul disekitar rumah dekat Pos masuk. Para Komodo ini disini karena mencium bau makanan sehingga mereka berkumpul dekat sini. Melanjutkan jalan menaiki bukit kami dikagetkan dengan seekor Komodo yang tersembunyi dan tidak terlihat oleh sang Ranger. Menurut kabar yang kami terima dari para Turis sebelumnya bahwa saat ini Komodo sedang dalam musim kawin dan kami beruntung masih bisa melihat Komodo yang berkeliaran bebas sebab dalam musim kawin Komodo cukup sulit untuk dijumpai. Sempat melihat ketempat Komodo bertelur namun tidak ada yang bertelur, melihat seekor Komodo besar berjalan menelusuri jalan trekking dan seekor Komodo kecil didepan kami sampai sampai kami mengikutinya cukup lama dari belakang. Setelah selesai trekking kami semua kembali ke Pos istirahat sejenak dan kembali ke Perahu untuk melanjutkan Snorkeling ke Pulau lainnya. Oh, selama trekking di Pulau Rinca ini travelmate Saya sangat takut ternyata pada siKomodo padahal dirinya sangat ingin melihat Komodo sampai Saya harus bersusah payah mencari tour yang sesuai dengan isi kantong kami. Takut digigit Komodo sampai matek…

Tujuan pulau selanjutnya adalah Pulau Bidadari namun karena arus laut tak bersahabat maka sesuai kesepakatan dan anjuran yang mengemudikan Perahu kami pindah menuju Pulau Kelor. Lama perjalanan dari Pulau RInca sekitar 1 jam tiba di Pulau Kelor. Dan dalam perjalanan kami makan siang bersama dimana sudah termasuk dalam biaya paket tour ini.  Prehau sandar di Pantai Pulau Kelor yang tidak begitu besar namun berpasir putih, terdapat Snorkeling spot, bisa naik keatas bukit dan mengabadikan foto dari atas bukit. Waktu menunjukkan pukul 16.00 dan kami pun bertolak kembali menuju Labuan Bajo, perjalanan ditempuh selama 1 jam. Kembali menuju Resto tempat kami menginap dan menikmati matahari terbenam begitu indah dari Rooftop tempat kami tinggal.
Disini terlihat beberapa turis asing naik keatas Rooftop membawa kamera mengabadikan matahari terbenam dari sini. Malam harinya kami berdua makan malam ikan bakar segar didekat Pelabuhan. Kembali beristirahat untuk melanjutkan tujuan destinasi kami berikutnya dengan menumpang Kapal Pelni KM. Tilongkabila.






Biaya-biaya:
1 day Trip Pulau Rinca dan Pulau Kelor plus Makan Siang                                Rp. 300,000
Tiket Masuk Pulau Rinca (Lokal)                                                                      Rp.     2,500
Biaya Pandu Ranger/Grup                                                                                 Rp.   50,000
Photo Non Komersial                                                                                       Rp.     5,000

Wednesday, July 31, 2013

KM. AWU Sailing to Flores Island (Mt. Kelimutu, Bena Village, Ruteng Pu’u, Cancar Spider Rice Field and Labuan Bajo

Dari Pelabuhan Benoa berlayar dengan Kapal KM. AWU PELNI (24-26 July 2013)

Bersama teman seperjalan asal Guadalajara, Mexico diantar teman menggunakan sepeda motor menuju pelabuhan Benoa, Bali. Terhubungi juga akan berjumpa dengan kedua teman yang akan menaiki KM. AWU bersama kami akan tetapi mereka akan turun di Pelabuhan Bima. Kapal yang sedianya akan berangkat pukul 16.00 menjadi 18.00 oleh karena proses bongkar muat barang yang banyak nampaknya. Diatas Kapal kami berempat menempati lapak Deck-6 bagian belakang dekan Musholla beralaskan tikar sebab terlalu banyak penumpang yang berebutan tempat tidur pada bagian kelas ekonomi. Kapal berlayar selama 6 jam dan tiba transit 1 jam melakukan bongkar muat barang dan penumpang di Pelabuhan Lembar, Lombok.
Kembali berlayar dengan tujuan transit berikut adalah Pelabuhan Bima, Sumbawa dan bergabung seorang pemuda asal Ende bersama kami. Selama kurang lebih 18 jam berlayar keesokan harinya Kapal ini tiba sandar di Pelabuhan Bima pukul 19.00 dan kedua teman asal Jakarta harus berpisah sebab mereka akan melanjutkan perjalanan ke Labuan Bajo melalui jalur darat. Transit selama 1 jam lebih KM. AWU kembali melanjutkan mengantar kami mengarungi lautan melewati pesisir Pulau Komodo akan tetapi tidak jelas terlihat karena malam hari. Tujuan pemberhentian selanjutnya adalah Pelabuhan Waingapu Pulau Sumba dan tiba di sekitar pelabuhan Waingapu pada hari berikutnya pukul 12.00 siang akan tetapi beberapa kali kapal ini mau bersandar selalu gagal. Sempat terjadi insiden menabrak Pelabuhan oleh karena angin serta arus alur laut lumayan kencang sehingga Kapal ini harus melepas jangkar menunggu arus reda selama 4 jam. Kapal berhasil sandar pada pukul 16.00 setelah beberapa kali hamper terjadi insiden tabrakan dan karam. Setelah selesai melakukan bongkar muat barang dan penumpang kapal ini melanjutkan perjalanan menuju tujuan kami Kota Ende Pulau Flores. Dikapal ini kami juga mendapatkan kenalan berasal Ende, Wolowaru serta wanita asal Perancis dkk.

Ende tempat kami tinggal dan berkendara motor ke Gunung Kelimutu (27 July 2013)

Akhirnya Kapal yang kami tumpangi ini tiba sandar dipelabuhan Ende pukul 03.00 subuh dan kami ditawari oleh teman yang kenal dari kapal menginap dirumahnya juga saat pagi nanti akan ikut bersama kami ke Gunung Kelimutu. Turun dari Kapal kami dijemput dengan sepeda motor oleh adik teman kami. Sampai dirumahnya dan disambut oleh seisi keluarga Bapa, Mama serta adik-adik menyapa sampai terkesima ada bule yang datang. Bercerita sembari disuguhi kopi hangat menanti waktu pagi terang sebelum kami berangkat menuju Gunung Kelimutu. Tepat pukul 06.00 pagi menggunakan sepeda kami berempat menuju Desa Moni yaitu desa sebelum memasuki Gunung Kelimutu. Perjalanan dar Ende ditempuh selama 2 jam melewati beberapa jalan yang dalam perbaikan, desa serta masyarakat yang ramah sepanjang perjalanan. Sampai didesa moni terlihat banyak turis asing dan sedikit sekali turis local disini, kami menyempatkan belanja snack serta air minum kemudian lanjut berkendara menuju Gunung. Sebelum sampai di area parkir kita akan menemukan pos tempat melapor untuk memasuki kawasan Gunung Kelimutu. Pos ini kita harus membayar retribusi masuk orang, kendaraan serta perlengkapan untuk foto.
Gunung Kelimutu merupakan gabungan kata dari ‘Keli” yang berarti Gunung dan kata ‘Mutu” yang berarti mendidih. Gunung ini memiliki 3 buah kawah yang kita kenal Danau Tiga Warna dimana warna dari kawah ini selalu berubah warna seiring dengan terjadinya aktivitas dari kawah tersebut. Namun bagi masyarakat lokal ketiga Kawah Danau ini memiliki arti sendiri. Kami berempat menikmati keindahan dari ketiga Danau kawah ini sembari berfoto juga beristirahat. Gunung ini juga terdapat Monyet jenis Macaca Fascicularis ekor panjang yang cukup banyak, dengan adanya Monyet ini menandakan bahwa Gunung ini aman untuk dikunjungi untuk wisatawan. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan kembali ke Kota Ende sehubungan dengan cuaca diatas Gunung ini mulai tak bersahabat. Dalam perjalanan kami sempat belanja sayuran untuk dibawa pulang kerumah, Saya dan adik teman mampir melihat sebuah rumah adat yang masih digunakan masyarakat setempat melakukan upacara tertentu.
Tiba dirumah sudah sore dan kami dianjurkan untuk menginap sebab akan susah mendapatkan angkutan umum menuju Bajawa. Sore ini kami melihat sekeliling ditempat tinggal teman, anak-anak bergotong royong mengangkut bebatuan untuk membuat rumah, melihat pemandangan pulau Ende Kecil dari bukit sampai malam harinya makan bersama anak-anak yang bekerja gotong royong sore tadi. Menikmati makan malam ikan laut, pisang rebus serta minum Sopi walaupun sederhana namun kebersamaan yang terjalin menjadi keluarga begitu indah disini.

Terima Kasih Keluarga Ende, Menuju Bajawa dan Menginap di Desa Wisata Bena (28 July 2013)

Pagi hari menyongsong kami disuguhi sarapan dan minuman kapi hangat serta harus berpamitan dari Keluarga teman kami yang sangat ramah. Terima kasih teman, Bapa, Ibu dan ke sepuluh adik atas jamuan yang tak akan kami lupakan. Dari terminal kami menumpang Bus tujuan Bajawa dengan diiringi musik hiphop RnB mengantar selama perjalanan 4 jam ditempuh dengan santai melewati jalanan berliku liku khas Pulau Flores. Tiba di Bajawa tepat pukul 12.00 siang hari, kami mampir makan siang diwarung dan melanjutkan menemukan angkutan umum yang dapat membawa kami menuju Desa Bena. Namun, hari semakin sore kami tidak mendapati angkutan umum sebab menurut kabar info yang Saya dapat angkutan tersebut hanya ada sampai pukul 14.00. Tidak putus asa pukul 15.30 kami mendapatkan tumpangan mobil pick-up yang akan menuju Jereebu melewati Desa Bena.
Sampai di Desa Bena kami mengisi buku tamu serta memberikan sumbangan secara sukarela untuk membantu masyarakat Desa ini menjaga kelestarian Desa Adat ini. Pengunjung juga dapat menginap pada setiap rumah sesuai dengan pilihan pengunjung dengan membayar kepada pihak tuan rumah sesuai dengan niilai yang sudah ditentukan dan itu diluar biaya makan setiap pengunjung. Setelah berkeliling didesa Adat ini kami memutuskan untuk menginap semalam dan kami akan tinggal dirumah Mama Maria. Mama Maria seorang Janda yang telah ditinggal oleh sang Suami berpulang kerumah Bapa disurga 2 tahun lalu memiliki 3 orang anak. Dirumah ini tinggal bersama seorang anak anak dan orangtua mertuanya. Malam harinya kami banyak bercerita sama Mama mengenai keluarga, desa, serta perjalanan kami sampai disini.

Ubi Goreng dan Kopi pagi hari kami menuju Kota Ruteng serta Jumpa kembali KG (29 July 2013) 
Mentari pagi menyambut menyinari Desa dibawah kaki Gunung Inerie. Santai menikmati udara pagi yang masih dingin terasa kami disuguhi sarapan Ubi Goreng dengan kopi hangat. Makanan sederhana yang bisa mengingatkan kembali sewaktu masa kecil dikampung halaman.  Waktu berjalan terus namun belum ada angkutan umum yang lewat menuju Bajawa sehungga kami memutuskan pamitan kepada Keluarga Mama Maria sambil berjalan menikmati jalan desa sekitar. Tak lama berjalan kami mendapatkan tumpangan menuju Bajawa. Tiba di Bajawa kami memutuskan mengisi dahulu kebutuhan dalam perut sebab angkutan umum disini tidak akan berhenti diwarung makan selama perjalanan. Pada saat kami makan, kami ditawari oleh pengendara travel untuk menuju Ruteng dan menawar sampai harga pas dikantong tepat pukul 12.00 siang kami berangkat.
Perjalanan dari Bajawa sampai Ruteng kami tempuh selama 4 jam 30 menit. Travel yang kami tumpangi sempat mampir disekitar Aimere untuk memperbaiki rem kendaraan. Oh iyah, Aimere ini banyak menjual minuman khas bernama Sopi disepanjang jalan dan memiliki beberapa harga sesuai dengan kadar alcohol yang terkandung didalamnya. Semakin mendekati kota Ruteng sang supir kelihatannya sudah sangat mengantuk sehingga beberapa kali bermanuver membuat ketidaknyamanan juga berbahaya. Setelah beberapa kali kami menegur sang supir akhirnya ia mau digantikan oleh kami untuk mengendarai mobil ini. Sebagai info supir ini telah berkendara dari Maumere dan belum beristirahat penuh, hanya istirahat makan dan minum kopi saja selama perjalanan. Tiba dikota Ruteng diantar travel kesalah satu restoran dimana teman kami waktu dikapal sedang menunggu. Akirnya kami berjumpa kembali, teman kami ini akan menuju Maumere dan kebetulan dihari yang sama masih di Ruteng.
Setelah istirahat sejenak, kami berjalan bersama mencari penginapan untuk kami berteduh malam ini diRuteng. Sudah beberapa penginapan murh kami datangi tetapi kondisi penuh dan akhirnya mendapati Hotel Ranaka pesan 1 kamar yang bisa kami tempati berempat. Makan malam di rumah makan padang yang letaknya tak jauh dari hotel. Malam harinya berempat dihotel minum Sopi yang saya bawa dari Bajawa sampai mata ini harus istirahat.

Jalan Pagi ke Ruteng Pu’u, Singgah di Cancar Spider Ricefield dan Labuan Bajo (30 July 2013)

Kami berempat bangun pagi hari dan bersiap mencari lokasi letaknya Kampung Ruteng Pu’u yang menurut cerita tempat awalnya tempat tinggal orang Manggarai. Kami berjalan kaki menuju tempat tersebut sembari bertanya pada setiap warga local yang ditemui dijalan. Baru berjalan setengah perjalanan kami merasakan ada panggilan kampong tengah membutuhkan asupan makanan, maka kami menghampiri salah satu warung dan menanyakan apakah bisa memasakkan Mie Instan pake telor. Dan sarapan pagi ini adalah mie instan pakai telor diwarung yang sebenarnya tidak menjual makanan masak. Perut sudah terasa sehat dan kami pun melanjutkan jalan pagi ini sampai menemukan Ruteng Pu’u. Disini kami sempat duduk dan berbincang dengan keluarga yang masih menempati tempat ini secara turun temurun sembari menikmati kopi hangat dipagi hari. Kami kembali ke Hotel dan bersiap untuk berpisah dengan kedua teman kami sebab mereka akan lanjut ke Maumere sedangkan kami akan menuju Labuan Bajo.
Dari hotel kami berjalan ke pusat kota untuk mendapatkan angkutan umum menuju Cancar sedianya akan melihat persawahan yang apabila dilihat dari atas bukit menyerupai sarang laba-laba. Sesuai dengan pesan teman agar membelikan snack untuk diberikan kepada keluarga yang pernah dia tinggali dimana keluarga tersebut tinggal tidak jauh dari Cancar. Lama perjalanan sekitar 30 menitan kami tiba diperempatan menuju Cancar, namun kami mampir dahulu kerumah keluarga Mama Piara teman saya dahulu. Setelah bercakap-cakap cukup panjang lebar mengenai waktu teman saya tinggal disini kami diantar salah satu anak Mama menuju Cancar. Berjalan tak jauh dari rumah, membayar sejumlah donasi kami menaiki bukit dan memandang dari atas sawah yang menyerupai sarang laba-laba. Bentuk ini terjadi berdasarkan perhitungan secara adat kepada masing-masing keluarga secara adil. Kembali turun kerumah, kami disuguhkan makan siang oleh Mama tak lupa juga diberikan sedikit kopi bubuk buatan sendiri kepada kami. Tak bisa lama-lama sehingga kami harus segera beranjak untuk melanjutkan perjalanan.
Berhasil mendapatkan angkutan umum jenis ELF dengan tujuan Labuan Bajo dengan tawar menawar ongkos terlebih dahulu pukul 15.00. Perjalanan ditempuh selama 4 jam dan sesekali ada penumpang naik turun juga berhenti untuk toilet umum bus tiba di Labuan Bajo pukul 19.00 malam hari. Berdasarkan beberapa referensi yang saya dapat, segera mencari para penjual paket tour Komodo namun semua harga yang didapat belum sesuai dengan dana kami. Akhirnya kami menuju sebuah Resto bersantai sambil mencari informasi dimana kami bisa mendapatkan tour melihat Komodo sesuai dengan dana kami. Sempat duduk didekat kami seorang Bapak yang bekerja disalah satu dive center menawarkan untuk menginap ditempat beliau. Disini sempat kenal pemilik Resto dan kami diberikan referensi menghubungi salah satu temannya yang mungkin bisa memberikan paket tour sehari melihat Komodo dengan Dana yang terjangkau. Setelah menghubungi Fun Fun Trip akhirnya mendapat kesepakatan dan besok paginya kami akan berangkat melihat sang Komodo yang terkenal itu. Hari semakin larut, kami mau berpamitan kepada pemilik resto ini dan kami ditawari untuk menginap di rooftop apabila berkenan Rock’n’Roll tidurnya. Dan teman Saya langsung menerima untuk menginap disini.

Berlanjut perjalanan melihat Komodo di Pulau Rinca….

Biaya perjalanan tercatat:
Benoa, Bali                             à Ende, Flores (PELNI KM. AWU)        Rp. 281,000
Ende                                       à Gunung Kelimutu (Motor)                     Rp. 0
Gunung Kelimutu                  (Lokal)                                                         Rp.     2,500
Penginapan Ende                  (rumah teman Jalan Perwira)                         Rp. 0
Ende                                      à Bajawa                                                  Rp.   60,000
Bajawa                                  à Desa Bena                                             Rp. 0
Penginapan Desa Adat Bena                                                                     Rp.   50,000
Desa Bena                              à Bajawa                                                 Rp. 0
Bajawa                                   à Ruteng (Travel Xenia)                           Rp.   60,000
Hotel Ranaka Ruteng (2 Single Bed + 1 Superior Bed)                             Rp. 132,000/4 orang
Ruteng                                    à Cancar                                                 Rp.     5,000
Cancar                                   à Labuan Bajo                                         Rp.   35,000

Saturday, June 22, 2013

Kotabumi Wedding Trip -->> The Wedding Part-2


21 June 2013

Kotabumi Viaje de Bodas mas Klara Playa, Pahawang Isla y tambien Mutun Playa con nina mexicana (Hitchhike Exp) Part-1

Perjalanan kali ini adalah sebuah janji Saya kepada kedua pasangan yang telah kenal selama di Bandung. Karena waktu dan acara pernikahan teman ini bentrok dengan jadwal kerja maka cuti pun harus diambil demi janji yang harus ditepati. Sebab jauh hari sebelum hari H kedua mempelai ini selalu mention via twitter "kapan berangkat ke lampung" dan satu lagi "sudah beli tiket belum". Oh, Iyah, sebelum hari keberangkatan ada seorang wanita muda berasal dari Mexico sedang pelisiran di Jakarta dan berminat untuk ikut ke Lampung menghadiri penikahan teman Saya ini. Karena ada yang ingin menikmati pantai maka Saya putuskan untuk memajukan waktu berangkat menjadi selasa malam agar dapat tiba di Pulau Sumatera pagi hari.

18-19 June 2013
Selasa malam kami berdua berangkat dari rumah teman Saya menuju terminal bayangan bus Pasar Rebo untuk mendapatkan bus tujuan Merak. Pukul 23.30 Busa Laju Prima kami dapatkan dan masih dapatkan kursi kosong. Padahal sudah larut malam tetapi para penumpang menuju Banten masih ramai saja. Kami tiba di Pelabuhan Ferry Merak pukul 02.00 dengan biaya Rp.20.000,-- kemudian membeli ticket Ferry sebesar Rp.11.000,--. Langsung berjalan menuju dermaga 3 untuk menaiki Ferry Panorama menuju Pelabuhan Bakauheni. Ferry berangkat pada pukul 03.45 disebabkan bongkar muat yang cukup lama mungkin dikarenakan kapasitas yang cukup besar sehingga membutuhkan waktu lama. Dalam pelayaran penyeberangan ini kami naik ke dek paling atas dan beralaskan sleeping bag beristirahat sampai Ferry merapat di Pelabuhan Bakauheni. Namun sebelum Ferry merapat, matahari pagi yang indah telah menyambut kami tiba di Pulau Sumatera ini.  Sementara Ferry bersandar kami mencari tumpangan menuju Bandar Lampung dari atas kapal ini dan pertama hasil Hitchhike mendapatkan Mitsubishi Dakkar Putih baru yang akan dikirim oleh sang supir menuju Riau. Dan kami mendapatkan tumpangan sampai Pom Bensin sebelum Kalianda dan sarapan bersama dengan para supir menyantap Nasi Uduk enak kata wanita Mexico ini. Setelah sarapan kami tidak bisa ikut dengan mobil Dakkar sebelumnya sebab dilarang menumpang khusus untuk kendaraan baru seperti ini (bagi pembeli mobil tersebut, maaf kami telah lebih dahulu menaikinya yah). Kembali ke tepi jalan melanjutkan perjalanan dengan mengulurkan jempol (hitchhike) dan setelah mencoba sekian lama berhentilah Daihatsu Xenia namun menawarkan jasa taksi tapi kami mengharapkan tumpangan. Kembali bapak yang baik ini luluh dan mempersilahkan kami menumpang sampai persimpangan Kalianda. Dari persimpangan Kalianda jempol kembali terulurkan di tepi jalan dan kembali mobil Jazz merah berhenti serta mempersilahkan kami ikut sampai Bandar Lampung. Ceritanya kami sudah dilihat oleh Jazz namun mereka terlalu cepat melaju dan memutuskan kembali menjemput kami memberi tumpangan. Bapak Husein namanya berasal dari Ambon namun tinggal di Jakarta dan ini mau menuju Lampung Utara mengantarkan barang pesanan dagangan dari Tanah Abang. Bapak ini bercerita dahulu dia sering berkeliling dan menggunakan jasa menumpang sehingga ia menjemput kami setelah melihat tadi ditepi jalan. Terima kasih atas tumpangannya dan kami turun dipersimpangan Panjang Bandar Lampung pukul 11.00. Dari Panjang naik angkutan kota menuju Gudang Garam Teluk Betung dengan biaya Rp.2.000,--.

Gudang garam ini adalah tempat apabila kita ingin menaiki angkutan menuju sampai Bawang. Disini kami ditawarkan biaya Rp.20.000,-- per orang untuk sampai ke Ketapang dan kata Saya tidaklah, masa karena ada orang asing main harga seenak jidatnya aja. Akhirnya salah satu Supir yang baik hati dan kelihatan sangat bersahabat datang berkata dua puluh ribu berdua. Baiklah kami berangkat bersama Yopie yang gaul, duduk didepan dan bercakap-cakap bersama, terlihat bangganya sang Yopie mobilnya dinaiki oleh wanita bule yang cantik didepan bersama pemuda kucel dalam perjalanan ini. Satu jam perjalanan dan mendekati Pantai Klara Yopie berkata "nanti turun diujung saja biar tidak bayar biaya masuk pantai. Turun dan Yopie minta untuk foto bersama wanita cantik bersama saya kemudian kami berpisah dan benar kami berdua masuk pantai klara tanpa membayar biaya masuk.

Pantai Klara yang artinya Pantai Kelapa Rapat karena dahulu mungkin banyak pohon kelapa yang tumbuh berdekatan dan juga rapat dengan jalan umum. Sotoy dech, pantai ini dikelola dan dijaga oleh satuan Marinir TNI-AL serta memberi pekerjaan terhadapa masyarakat lokal setempat. Saat kunjungan kami pantai ini cukup ramai walaupun hari kerja biasa karena bertepatan dengan masih berlangsungnya musim liburan anak sekolah. Saat berjalan ditepi pantai melihat di kejauhan terdapat beberapa pulau dan Pulau yang berpenghuni adalah pulau Pahawang. Nah, ide muncul untuk berkunjung ke pulau tersebut dan kalau ada penghuni pasti ada alat transportasi umum menuju kesana. Caranya? Menuju kampung Ketapang yang letaknya 2 KM dari pantai Klara ini. Menumpang kendaraan yang lewat lagi dan turun dipertigaan kampung ketapang serta mencari warung untuk makan siang sekalian bertanya-tanya perahu yang bisa menuju Pulau Pahawang. Namun kebanyakan menawarkan untuk sewa perahu antar jemput tapi maaf tidak ada budget buat sewa kawan. Setelah makan dan beristirahat di tepi jalan kampung ini, kami berjalan semakin kedalam kampung menemukan dermaga yang biasa digunakan warga Pahawang untuk menyeberang. Pas, masih ada perahu dan penumpang yang akan menuju Pulau Pahawang dengan harga per penumpang Rp.15,000 ditemani dengan pemuda kampung yang baik walaupun aroma nafasnya tercium bau alkohol.

Perahu telah datang dan kami pun naik diatas perahu milik Pak Bastomi. Dalam perjalanan saya bertanya apakah bisa menginap di rumah warga dan Pak Bastomi menjawab bisa. Dilain pihak anaknya yang mengendarai perahu ini mengatakan kami bisa menginap juga dirumah kosong yang ada di Pulau gratis atau di perpustakaan desa juga bisa. Perjalanan sekitar 30 menit mengantar kami tiba di Pulau Pahawang, sekalian bertanya dimana rumahnya Pak Bastomi. Dan ia pun menjawab di pulau ini juga, spontan Saya balas "bisa kami menumpang di rumah bapak?" jawabnya "bisa". Okelah, malam ini tempat kami berteduh adalah dirumah pak Bastomi yang merupakan Ojek Perahu Pahawang-Ketapang yang dahulunya adalah nelayan tradisional namun telah pensiun karena sudah tidak sanggup lagi untuk menyelam mencari ikan. Sembari menunggu malam tiba kami melihat pemuda kampung setempat yang sedang bermain sepakbola serta bercakap-cakap dengan seorang anak muda yang berasal dari Banten bekerja menjaga ikan peliharaan di Keramba. Kembali ke rumah pak Bastomi, setelah mandi kami disuguhi makan malam sederhana namun lezat rasanya (pengaruh lapar).

20 June 2013
Pagi hari, mengejar matahari terbit. Berjalan menyusuri pesisir pantai menuju ke sebuah tempat yang memiliki Villa, dermaga khusus dan Pantai berpasir putih milik seorang warga asing. Bersantai dan mandi di dermaga kayu ini tak terasa hari semakin terang. Tidak bisa berlama-lama sebab perahu penumpang saat pagi hari semuanya menuju ke Ketapang dan ada lagi tergantung apabila ada warga yang berangkat. Dalam perjalanan ke rumah kami disusul oleh anak Pak Bastomi untuk segera pulang agar tidak kesiangan kalau ingin ke ketapang pagi ini. Sedikit terlambat tapi kami masih ditunggu oleh Bapak yang baik ini, sempat mandi dan sarapan dahulu sebelum kembali ke ketapang. Perjalanan menuju ketapang diatas lautan tenang pagi hari ditempuh selama 30 menit, tiba di dermaga Ketapang kami berpamitan dengan Bapak dan Ibu Bastomi tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih. Dari Kampung ketapang kami menumpang sebuah mobil bak terbuka yang menuju Kota Bandar Lampung. Di Kota Bandar Lampung, kami sudah ditunggu oleh teman yang tak lain adalah calon pengantin pria yang akan menikah 2 hari kemudian. Singkat cerita, bertemu pengantin Pria, siangnya dijemput calon pengantin wanita dan sorenya kami menjemput Ibu serta keluarga pengantin calon pengantin pria. Setelah itu kami langsung menuju Kotabumi tempat pelaksanaan Akad serta Resepsi pernikahan nanti.

Ini sepertinya sudah panjang dan waktunya Saya makan tengah malam serta beristirahat sebab besok harus bekerja lagi.... Lanjut ke Part-2