Thursday, March 6, 2014

Tanjung Puting National Park Fruit Season - 3D2N Liveaboard in the River


Setelah berjalan selama beberapa hari dari kota satu ke kota lainnya secara estafet maka hari ini trip saya akan berada di dalam Taman Nasional selama 3 hari 2 malam dan akan tinggal di atas perahu selama berada didalam Taman Nasional Tanjung Puting.

Pagi hari berkumpul ditempat operator Tour dan tepat pukul 09.00 pagi langsung menuju Perahu yang akan digunakan selama Tour di Taman Nasional. Didalam Perahu ini terdapat juga 2 orang turis asing yang berasal dari Inggris dan Jerman yang sejak malam tadi sudah tidur di perahu ini. Keduanya bercerita sama-sama melakukan overland Borneo tapi yang satu dari arah timur satu lagi dari arah barat. Setelah semua proses ijin diselesaikan oleh guide maka perahu ini langsung menghidupkan mesin dan membawa kami menuju Taman Nasional Tanjung Puting melalui Sungai Sekonyer. Dari pelabuhan Kumai sini menuju muara dan kita akan melihat tanda selamat datang ke Taman Nasional serta patung Orang Utan pertanda akan memasuki sungai Sekonyer. Oh yah, dalam Perahu ini selain kami bertiga terdapat juga Guide, Juru Mudi dan assistennya, Juru Masak dan assistennya.

Tujuan pertama kami adalah Tanjung Harapan feeding station dimana waktu memberi makan Orang Utan pada pukul 15.00. Sembari menyusuri sungai dengan santai kami makan siang bersama sambil mendekatkan diri satu sama lain agar keakraban dalam perahu ini menjadi sebuah keluarga dalam 3 hari kedepan :) Pukul 14.00 Perahu sandar di dermaga Tanjung Harapan dan sang guide melakukan pelaporan untuk ijin masuk kewilayah feeding point. Lokasi feeding ternyata tidak begitu jauh dari dermaga, jaraknya mungkin hanya sekitar 500 meter saja. Akhirnya kami tiba ditempat pemberian makan bagi Orang Utan, namun cukup lama bagi kami menunggu kedatangan Orang Utan oleh karena saat ini diseluruh hutan Kalimantan sedang banyak buah-buahan sehingga mereka memiliki cukup makanan. Tapi akhirnya datang juga Orang Utan bernama Fatimah dan anaknya Fahmi. Menurut para guide ini karena Fatimah sedang memiliki anak sehingga dia tidak pergi jauh ke hutan. Setelah Orang Utan merasa cukup kenyang dia akan segera pergi meninggalkan feeding point tanpa pamit segala loh langsung ngacir aja. Perahu angkat jangkar dari Tanjung Harapan berjalan semakin kedalam sungai ini sembari mencari tempat untuk parkir dan beristirahat. Sepanjang tepi sungai ini kita juga akan melihat para Bekantan lompat, berlari berkelompok diujung pohon tinggi bahkan terkadang semakin dekat ke tepi sungai. Malam harinya kami tidur diatas perahu beralaskan kasur serta dilindungi oleh kelambu mencegah para nyamuk dan binatang2 malam hinggap menggangu tidur. 

Keesokan harinya bangun pagi tanpa bisa jogging (coba aja jogging disungai). Setelah peregangan dan melakukan aktivitas pagi lainnya, sarapan telah tersedia di sebuah meja bundar tempat kami bertiga bercengkrama. Sementara menyantap sarapan pagi, kapal kami segera bergerak perlahan dengan tujuan tambatan dermaga Camp Leakey. Selama perjalanan tetap bisa melihat para Bekantan dan jenis Monyet lainnya yang sedang melompat-lompat diatas pohon. Nah, Sungai yang kami lewati ini berwarna cokelat akibat hutan yang semakin parah dirambah oleh para pengusaha hutan. Namun di depan ada persimpangan sungai dan arah menuju Cam Leakey warna air nya berubah berwarna kemerah-merahan juga bersih dan lebih segar. Akhirnya kami tiba didermaga Camp Leakey dan waktu untuk melihat Orang Utan di feeding point masih cukup lama kami menyelesaikan makan siang diatas kapal dan beristirahat sejenak.

Tepat pukul 13.00 siang kami masuk Camp Leakey dan sang guide harus melakukan registerasi kembali pada pos jaga yang ada. Setelah itu kita bisa masuk melihat kedalam ruangan yang bisa menjelaskan sejarah Camp Leakey dan  Orang Utan yang selama ini dijaga. Selanjutnya kita akan berjalan menuju Feeding Point Orang Utan dimana waktu makan disini adalah sekitar pukul 14.00 siang. Namun apa bisa dikata sudah hampir satu jam tak ada satupun Orang Utan yang datang. Sampai salah satu teman sekapal cukup marah sebab para guide berteriak-teriak terus memanggil Orang Utan padahal ada tanda larangan tertulis "Keep Silent, Respect Orang Utan". Kemudian kami putuskan kembali ke kapal namun melalui jalan yang berbeda dengan harapan bisa berjumpa dengan Orang Utan. Sepanjang jalan kami hanya menemukan jenis-jenis tumbuhan khas hutan tropis seperti Kantong Semar. Beruntung dibelakang kami ada guide dan tamunya yang tahu jalan terus sampai ke Camp jadi kami tidak perlu kembali memutar dan merasa tersesat. Tiba-tiba terlihat disebuah pohon ada yang bergerak da ternyata Orang Utan yang sedang bersama anaknya yang masih kecil. Nama sang Induk adalah Peta dan kami sempat bersalaman dengannya karena dia mendekat kepada kami. Cukup lama kami bersama dengan Peta, sampai akhirnya dia pergi dan kami melanjutkan menuju dermaga. Tak disangka juga ternyata di dermaga sudah ada Orang Utan sehingga situasi dermaga menjadi ramai. Carlos, Mut dan Mario nama ketiga orang Utan yang berada di dermaga saat itu. Ketiga Orang Utan itu mencoba untuk masuk ke Kapal Kapal yang ada namun dihalangi oleh para guide sebab mereka akan mengambil makanan yang ada dikapal. 

Kembali kapal bertolak keluar dari dermaga Camp Leakey dengan tujuan Pondok Ambung tempat kami akan parkir dan bermalam. Pondok Ambung sendiri didirikan dan dikelola oleh Orang Utan Foundation United Kingdom (OFUK). Tiba diPondok Ambung, bersantai didermaga sore hari kemudian makan malam. Ternyata dilanjutkan dengan trekking berkeliling mengamati tumbuhan malam serta binatang malam disini. Setelah selesai trekking kami kembali beristirahat ke kapal.

Pagi hari ketiga berada di area Taman Nasional Tanjung Puting. Di dermaga Pondok Ambung ini kami menyelesaikan kegiatan pagi hari sampai sarapan dan kapal lanjut bertolak menuju Pondok Tanggui feeding station. Jam 09.00 makan di Pondok Tanggui dan kami tiba setengah jam sebelum waktunya. Sebelumnya seperti biasa guide harus melapor terlebih dahulu sebagai persyaratan memasuki kawasan. Tiba di feeding point dan menunggu cukup lama datanglah Doyok seorang mengambil jatah makan paginya. Namun tak berlangsung lama si Doyok pergi meninggalkan kami. Mencoba menunggu lagi namun tak satupun Orang Utan yang kunjung datang mengambil makan. Maka kami kembali menuju kapal melewati jalur yang berbeda dan terdapat Menara pandang yang terbuat dari kayu Ulin khas kalimantan. Dari sini dapat melihat sebagian kecil keadaan hutan Taman Nasional yang sudah mulai hancur oleh pihak pihak yang tidak bertanggung jawab. Tiba di Pos Pondong Ambung ada Masran yang sedang menikmati makan paginya. Dan dengan seketika para Wisatawan tertuju pada Masran yang sangat ramah. Setelah dari sini perhentian terakhir adalah mampir di desa Sekonyer kemudian kembali ke kumai yang artinya telah berakhir pula perjalanan ini.

Tiba dikumai bersama dengan salah-satu teman dari trip ini menuju Pangkalan Bun dengan menumpang kendaraan yang lewat. Berhasil menumpang sebuah mobil Avanza dan bermalam disebuah hotel. Rencana selanjutnya kami akan menuju Kalimantan Barat.














sampai jumpa di cerita jalanan Kalimantan Barat.... --->>

Tuesday, March 4, 2014

Cerita Perjalanan di Jalan Kalimantan Tengah 2014


Perjalanan liburan kali ini dimulai kembali setelah selam 28 hari bekerja diwilayah Kabupaten Paser, Kalimantan Timur. Tanpa ada persiapan itinerary yang matang, langsung saja melangkahkan kaki dengan tujuan menuju wilayah Kalimantan Tengah. Dari persimpangan Kecamatan Kuaro mencegat angkutan umum jenis L-300 dengan tujuan Tanjung Kalimantan Selatan dengan waktu tempuh sekitar 3 jam. Tiba di Tanjung sembari mengutak atik panduan dari peta digital mampir makan siang dan diputuskan masuk Kalimantan Tengah melalui Ampah sampai Muara Teweh. 

Akhirnya berhasil mendapat info tak jauh dari Kota Tanjung bisa berhenti sejenak di Pebatasan Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah dimana terdapat rumah adat Dayak serta Banjar juga sebagai titik batas perbedaan waktu GMT+7 dan GMT+8. Menuju ke perbatasan tersebut dari Tanjung naik angkutan umum L-300 dari Pusat Kota Tanjung perjalanan selama 20 menit turun di simpang Kelua kemudian diteruskan dengan angkutan yang sama tujuan Ampah. Kurang lebih 15 menit mintalah kepada sang supir untuk berhenti di perbatasan Pasar Panas. Disini kita akan melihat Replika rumah adat Dayak juga Banjar dan pada sore hari biasanya sebagai tempat bersantai warga setempat juga anak-anak muda berlatih berbagai kesenian tradisional maupun modern. Setelah santai sejenak diperbatasan ini karena hari mulai gelap kembali melanjutkan ke daerah Ampah dengan menumpang angkutan umum jenis L-300 lagi. Kondisi jalan mulus sehingga dalam waktu 1 Jam 30 Menit tiba di Ampah dan bermalam disini.

Pagi hari sehabis sarapan langsung melanjutkan menuju Kota Muara Teweh dengan jenis angkutan umum L-300 lagi. Waktu tempuh selama 3 jam melewati jalanan mulus yang baru saja di aspal. Setelah melewati jembatan artinya kita memasuki Muara Teweh dan para penumpang akan diantarkan ke tujuan masing-masing. Mencoba mengutak-atik apa yang dapat dilakukan dikota ini seharian dan akhirnya hanya berkeliling melihat kehidupan masyarakat sekitar. Awalnya ingin meneruskan perjalanan sampai ke Wilayah Puruk Cahu namun apa daya kata hati berkata balik arah turun saja menuju Palangkaraya. Akhirnya bermalam di kota ini dan lanjut diputuskan besok hari tujuan menyusuri jalan Kalimantan Tengah.

Waktu sudah menunjukkan pukul 08.00 pagi. Jalur rute kali ini tujuan Kota Buntok dengan menumpang angkutan sungai Speed Boat. Speed Boat menuju Buntok berangkat pukul 09.00 pagi dan akan berhenti dibeberapa desa yang terletak disepanjang sungai barito. Dalam perjalanan kita bisa melihat aktifitas masyarakat setempat disepnjang sungai ini juga kita akan melihat apa yang dilakukan oleh para perusahaan kayu, Batubara, Sawit dan lain-lain. Apabila kawan-kawan menyusuri sungai ini maka akan kita ketahui apa yang dilakukan oleh para perusahaan-perusahaan itu pada alam kalimantan lebih detail. Dalam perjalanan kami hujan pun turun cukup deras sehingga boat harus mengurangi kecepatan sebab jarak pandang yang kurang bisa membahayakan boat serta penumpang bila terkena kayu kayu besar disungai ini. Terasa sudah 4 jam perjalanan ditempuh dan setelah melintas dibawa jembatan tandanya kita akan segera tiba di Kota Buntok.

Dari Kota Buntok sehabis makan siang yang cukup kesiangan, setelah mendapatkan info bahwa masih ada Bus Damri tujuan Palangkaraya yang akan berangkat sore ini. Maka segera kucegat pada saat bus tersebut melintas dan membawaku menuju Palangkaraya dalam 3 Jam 30 Menit melintasi daerah yang mulai nampak dijamah untuk ditanami Sawit. Padahal sepanjang jalan dari Buntok menuju Palangkaraya yang terlihat adalah hutan Gambut yang gunanya untuk menjaga ekosistem juga agar tidak mudah terkena banjir namun sayang tidak lama lagi disepanjang jalan ini dalam waktu beberapa tahun kedepan akan berubah menjadi hutan Sawit.Tiba di Palangkaraya malam hari langsung berjumpa dengan Saudara dan teman disalah-satu Coffee shop. Jalan menuju Tugu Bung Karno, melihat dermaga wisata sungai Kahayan dan makan malam dekat tugu. Kemudian bermalam ditempat teman Couchsurfing yang juga seorang blogger kalimantan yang pastinya mudah ditemukan dimedia Internet www.backpackerborneo.com.

Hari ini adalah hari pertama buat teman saya bekerja ditempat baru sebagai guide tour sungai kahayan dengan paket khusus menginap di perahu. Kami pun berpisah, dan saya melanjutkan perjalanan menuju Pangkalan Bun dengan rencana awal akan kembali lagi ke Palangkaraya. Berjalan ke arah barat dan akhirnya berhasil mendapatkan tumpangan sampai Kasongan yang ditempuh selama 1jam 30menit. dari Kasongan cukup lama menunggu sampai beberapa kali berpindah tempat dan akhirnya berhasil mendapatkan tumpangan menuju Sampit. Kasongan menuju Sampit ditempuh selama 3jam sebab kendaraan yang ditumpangi sempat mampir untuk menurunkan barang yang dibawa dari kota. Akhirnya tiba di sampit malam hari dan kuputuskan menuju Terminal bus menanti bus yang akan menuju Pangkalan Bun. Pilihan Bus jatuh kepada PO. Yessoe yang akan berangkat sekitar pukul 22.00 malam dan bus tersebut datang dari Palangkaraya. Perjalanan ditempuh selama 5 Jam dengan nyaman walaupun Bus Ekonomi AC sepoi-sepoi udara alami dari luar jendela dan asap rokok para penumpang yang ada didalam. Tiba tepat pukul 03.00 subuh di Pangkalan Bun dan para penumpang turun di Pool PO. Yessoe semua. Pool Yessoe terletak dipusat kota jadi tidak perlu khawatir karena para tukang ojeck sudah menunggu siap mengantar para penumpang yang tidak ada jemputan menuju rumah atau tujuan akhir. Tujuan akhirku adalah menemani penumpang lain tidur dibangku ruang tunggu PO. Yessoe sampai matahari terbit.

Setelah matahari terbit, bangun dan cuci muka. Sembari jalan pagi hari menunggu angkutan umum menuju Kumai beredar akhirnya bisa menghubungi teman di kota ini dan segera datang menemui saya. Sambil menunggu teman datang, nasi kuning yang dijual dekat lampu merah ini cukup nikmat untuk mengganjal perut yang lapar di pagi hari. Tiba-tiba datanglah seorang wanita dengan sepeda motor menyapa dan itulah dia teman yang kutunggu juga mau mengantar ke Kumai sebab hari ini adalah hari libur kerja. Pangkalan Bun menuju Kumai berjarak sekitar 30 menit dan langsung kami menjumpai Pak Majid yang direferensikan oleh teman yang ada di Banjarmasin. Pak Majid ini adalah salah satu operator penyedia jasa tour menuju Taman Nasional Tanjung Puting. Kami dijamu dirumahnya, diperlihatkan hotel yang akan segera dibuka dalam beberapa hari kedepan dan berbincang-bincang panjang lebar mengenai dunia jalan-jalan.

Masih banyak waktu luang maka kami putuskan jalan-jalan ke Pantai Kubu. Dalam perjalanan ban sepeda motor kempes dan teman saya menunggu disebuah warung kemudian saya balik arah untuk memperbaiki ban motor disebuah bengkel. Setelah itu melanjutkan menuju Pantai Kubu dan makan siang ikan segar tapi jangan kaget disini harganya cukup mahal dibandingkan dengan daerah Indonesia Timur loh. Langit semakin gelap yang tandanya akan segera turun hujan maka kami memutuskan kembali ke Pangkalan Bun yang juga akan berjumpa dengan teman yang lainnya. Dalam perjalanan ke kota beberapa kali kami berhenti oleh karena hujan cukup deras dan akhirnya perjuangan melawan hujan berhasil membawa kami berjumpa dengan teman disalah satu tempat nogkrong anak-anak Pangkalan Bun. Setelah cukup lama bercerita satu sama lain, kembali terjadi pertukaran. Teman yang dari pagi bersama saya harus pulang dan saya ikut teman yang baru kami jumpai juga rencana akan menginap dirumahnya. Singkat cerita malam harinya kami sempat berkumpul lagi untuk makan malam.

3 Maret 2014, Pagi hari saya diantarkan teman menuju Kumai untuk mengikuti Tour ke Taman Nasional Tanjung Puting selama 3 Hari 2 Malam setelah semalam berhasil mendapatkan kesepakatan dengan Pak Majid.

Cerita akan dilanjutkan ke bagian Taman Nasional Tanjung Puting bersama Orang Utan Borneo...

Terima Kasih buat teman di Palangkaraya, Pangkalan Bun dan Banjarmasin

Saturday, January 18, 2014

North Sumatera: Bukit Lawang bukan Taman Lawang

Baiklah....

Ini sedikit cerita pada waktu gw mengunjungi lokasi wisata yang bernama Bukit Lawang terletak pada Taman Nasional Leuser dimana para wisatawan kalo berkunjung kesini adalah melihat si Orang Utan asli Sumatera bukan gw secara gw asli Sulawesi :p...

Cara menuju Bukit Lawang dari kota Medan adalah kita harus mencari Terminal Pinang Baris terlebih dahulu. Setelah dari Terminal Pinang Baris menemukan angkot/bus 3/4 berwarna Orange bertuliskan Pembangunan Semesta yang biasa disingkat PS oleh masyarakat setempat. Waktu perjalanan akan ditempuh dalam waktu sekitar 2-2.5 Jam melewati kota Binjai dan beberapa kecamatan di Kabupaten Langkat disuguhi oleh perkebunan sawit yang terkenal yaitu Lonsum (London Sumatera). Apabila sudah berjumpa Kecamatan Bohorok itu artinya perjalanan akan tiba di Terminal Gotong Royong Bukit Lawang. Dari Terminal ini bisa naik Bechak Motor atau jalan kaki ditempuh kurang lebih 1 KM ke area wisata Bukit Lawang.

Tiba disambut lokasi parkir kendaraan dan melihat kekiri terdapat Pusat Informasi Pariwisata setempat namun pada hari libur kantor tersebut buka sampai pukul 13.00 WIB. Untuk masalah makanan tidak usah khawatir sebab terdapat banyak warung yang menjual beraneka ragam jenis makanan. Namun berhati-hatilah sebab mungkin para calo akan menyabut anda para wisatawan menawarkan berbagai jasa diantaranya paket treking melihat Orang Utan, River Tubing, Penginapan dan lain sebagainya. Untuk mendapatkan Penginapan cukuplah mudah sebab terdapat banyak Penginapan dari bagian sisi kiri dari Sungai Bohorok, sisi kanan sampai kebagian agak kedalam menuju pintu gerbang Taman Nasional Leuser. Pilihan penginapan ada ditangan oleh masing-masing pengunjung yang juga disesuaikan dengan dana yah.

Tiba disini gw putuskan melihat sekeliling terlebih dahulu, dimana para wisatawan ada yang sedang mandi disungai, main river tubing, bule berjemur, anak kecil yang bermain seolah seperti surfing dengan papan yang diikat agar tidak terbawah arus, ada juga yang asik berfoto diatas jembatan ataupun yang baru kembali dari Taman Nasional melihat Orang Utan. Sampai perut terasa lapar dan mampir disebuah warung makan ditepi sungai Bohorok. Oh yah, setiap kita berinteraksi dengan warga disini pasti akan ditanya apakah kita akan menginap sekalian mereka menawarkan jasa penginapan. Selepas makan siang yang sudah terlalu sore, gw kembali berjalan menyusuri jalan setapak yang masih ramai dan akhirnya diputuskan menginap di Rain Forest Guest House.

Bukit Lawang ini memang merupakan pusat destinasi berwisata bagi penduduk Sumatera Utara pada saat hari libur bersama keluarga. Keadaan ini akan kita jumpai pada saat hari minggu atau hari libur lainnya dimana cukup banyak wisatawan lokal yang datang bersama rombongan. Biasanya mereka datang hanya untuk mandi-mandi disungai Bohorok ini sambil bersantai bersama keluarga atau teman-teman. Okey, lanjut lagi... Disekitar lokasi penginapan akan pasti bakalan berjumpa dengan para gerombolan atau kelompok monyet yang hidup bebas dengan masyarakat setempat. Namun gw anjurin berhati-hati apabila menaruh barang diluar ruangan kamar sebab kadang ada saja monyet yang usil mengambil barang milik para wisatawan yang menginap. Nah, untuk yang hobby dugem atau ajojing jangan khawatir apabila ingin melepaskan kepenatan pada saat malam minggu sebab di Farina Inn selalu diadakan Saturday Nite Disco dan hanya boleh setiap hari sabtu/malam minggu. Bagi yang doyan live band juga ada tapi sependengaran penulis (ops penulis) waktu lewat ditempat live band cafenya mereka latihan memainkan lagu-lagu yang cukup ng-Rock. Rasanya kalo dekat hutan lagu Rock kurang pas apalagi lagu ajeb-ajeb, mending masuk kamar dan tidur enak dech.... Ssssstttttt ZzzzzZZZZzzzzzz

Sebelum tidur, yaitu pada saat makan malam ditawarkan paket trekking 3 jam oleh pemilik guest house 20 Euro per orang tapi kalo berdua jadi 500 ribu rupiah dengan rincian jalan melihat ketempat Orang Utan dan kembali River Tubing. Yah, secara halus gw tolak baik-baik mungkin lain kali aja dech kan percuma masa bayar mahal cuman 3 jam doang. Dalam hati gw, tadi gw baca di blog temen dia dapet paket Trekking seharian hanya dengan membayar 175 ribu rupiah aja. Ada juga gw baca diblog milik orang luar negeri sono noh (bule), katanya jangan mau tertipu sebab paket itu misalnya diminta 20 Euro itu untuk per grup/3 orang. So, next visit lah baru gw pikir-pikir lagi untuk trekking ke hutan dech.

Nah, berhubung ini Cuma kunjungan singkat jadi tidak banyak yang bisa ditulis. Karena pada hari besoknya gw mesti cepat-cepat kembali ke Medan. Setidaknya gw udah dapat gambaran kalo ke Bukit Lawang itu mau ngapain. Untuk info lainnya mungkin kawan-kawan bisa minta bantuan lewat search engine dan pastinya akan keluar semua informasi Bukit Lawang dari blogger-blogger.

Transportation and Accomodation info:
-          Tariff Angkot dalam Kota Medan                                                   Rp.   4.000
-          Medan – Bukit Lawang                                                                  Rp. 15.000
-          Terminal Gotong Royong – Bukit Lawang Jalan Kaki                      Rp. 0
-          Rain Forest Guest House (IDR 100K, 150K, 250K)                      Rp. 150.000

-          HTM Saturday Nite Disco di Farina Inn                                          Rp. 25.000 (dapat rokok 1 bungkus)

Wednesday, January 1, 2014

1 Januari 2014 dimulai dari Kalimantan Selatan untuk Pertama kalinya

Selamat Tahun Baru 2014

Tanggal 1 Januari 2014 tepat waktunya liburan dari kepenatan pekerjaan yang menguras tenaga dan pikiran. Pamitan dari tempat bekerja di daerah paser Balengkong, kemudian diantar kendaraan operasional perusahaan ke simpang Kuaro. Nah, dari simpang Kuaro sinilah mencegat kendaraan umum menuju Kota Tanjung kabupaten Tabalong. Perjalanan ditempuh selama 3 jam melewati beberapa wilayah kecamatan kabupaten Paser. Selama melewati wilayah Kalimantan Timur jalanan berbukit dan tidak begitu bagus namun setelah melewati perbatasan dengan Kalimantan Selatan jalanan berubah menjadi mulus dan lurus. Tiba diKota Tanjung langsung berganti angkutan umum dengan tujuan Kandangan dengan waktu tempuh kurang lebih 1,5 jam melewati Barabai. Tiba dikota yang dikenal dengan Ketupatnya  ini malam hari dan mendapati Wisma Duta Kandangan untuk dijadikan tempat bermalam. 

Keesokan harinya tujuan berikutnya adalah Loksado dan Haratai yang terletak didalam wilayah pegunungan Meratus. Untuk menuju Loksado ternyata bukan melalui Terminal Kota Kandangan akan tetapi bisa naik bechak atau berjalan kaki sekitar 2KM dari Terminal Kota Kandangan kearah barat. Jenis angkutan umum menuju Loksado jenis Pick-Up yang dimodifikasi diberi penutup dan tempat duduk. Dan kebanyakan yang diangkut adalah barang-barang kebutuhan sehari-hari warga Loksado. Perjalanan ini dari Kandangan selama 1 jam dengan kondisi jalan yang beraspal sampai Loksado. Disini bisa menikmati Bamboo Rafting sebagai salah-satu jenis wisata yang diandalkan warga setempat. Juga ada beberapa lokasi air terjun yang bisa dinikmati oleh pengunjung disini. Pilihan saya adalah menuju Air Terjun Haratai, menuju air terjun Haratai ini saya tempuh dengan berjalan selama 9KM melalui jalan setapak yang telah disemen oleh pemerintah setempat. Jalan dilalui melewati tepi sungai dan beberapa jembatan gantung yang cukup memanjakan mata sehingga perjalanan yang seharusnya melelahkan sambil membawa backpack jadi terasa menyenangkan. Sesekali bertemu dengan warga setempat yang habis berladang juga wisatawan lokal yang habis dari air terjun. Sebelum tiba di air terjun kita akan menjumpai desa Haratai yang merupakan salah-satu desa Dayak Meratus asli Kalimantan Selatan. Desa Haratai masih terdapat Balai yang sudah tidak ditempati seperti dulu kala, hanya pada saat ada upacara perayaan maka balai tersebut akan digunakan. Lanjut berjalan menuju Air Terjun Haratai 1KM dari desa terdapat shelter juga kamar ganti yang sudah tidak terawat lagi.

Setelah menikmati kesejukan air terjun Haratai, perjalanan kembali dengan menumpang sepeda motor seorang bapak yang tinggal didesa menuju Loksado. Dikarenakan satu dan lain hal, dari Loksado kembali menuju Kota Kandangan dengan menumpang kendaraan Suzuki Karimun yang dibawah oleh dua orang pemuda dari Banjarmasin. Dimana pemuda tersebut sedang merencanakan perjalanan keliling mengisi waktu liburan mereka sampai kalimantan tengah. Turun di kandangan, lanjut berjalan dan mencegat angkutan umum dengan tujuan Kota Martapura. Setelah perjalanan selama 2,5 jam tiba di Martapura dan tak jauh dari tempat turun mendapati tempat menginap untuk malam ini.

Pagi harinya, tidur lagi sampai siang. Setelah makan siang, berjalan menuju Pasar Cahaya Bumi Selamat yang merupakan Pasar Intan juga Cinderamata khas banjar. Kota Martapura inilah ditemukan Intan yang sangat terkenal bentuk, besar dan kualitasnya. Lanjut bergeser ke Banjarbaru menuju museum Lambung Mangkurat namun tutup karena hari libur. Banjarbaru juga salahsatu daerah ditemukannya jenis intan mulia yang bagus. Kedua kota ini merupakan wilayah Kerajaan Banjar. Dari Banjarbaru naik angkutan umum menuju Kota Banjarmasin bertemu dengan teman yang merupakan referensi dari teman-teman perjalanan saya, juga pemilik salah-satu blog yang terkenal di google search mengenai Kalimantan.

Selama dikota Banjarmasin sempat mencicipi Soto Banjar Kuwin Jaya dan Soto Banjar Bang Amat, Desa Wisata Kuin, dermaga Lalak ditepian sungai Barito, bertemu dengan Komunitas Couchsurfing Banjarmasin, Duta Mall. Sehari sebelum kembali ke Jakarta, bersama dengan kawan-kawan Couchsurfing menuju Pasar Terapung Lok Baintan. Berangkat dari salah satu rumah teman menuju dermaga, langsung menyusuri sungai Martapura dengan Perahu Klotok yang kami sewa. Selama perjalanan disungai ini kita akan menikmati segala aktivitas warga pada pagi hari juga dapat kita jumpai disungai ini terdapat rambu-rambu lalu-lintas sungai. Tiba di Pasar Terapung kita akan melihat aktivitas jual-beli warga diatas perahu dan kami pun ikut belanja makanan ringan untuk sarapan sebelum kembali pulang.

Setelah 3 hari berada Banjarmasin, tiba waktunya untuk kembali pulang menuju Jakarta...

Summary Cost:
Kuaro - Tanjung L300                      Rp. 60.000
Tanjung - Kandangan L300              Rp. 40.000
Wisma Duta Kandangan 1 malam     Rp. 130.000
Kandangan - Loksado PickUp         Rp. 15.000
Kandangan - Martapura L300          Rp. 35.000
Penginapan Martapura                      Rp. 120.000
Banjarbaru - Banjarmasin                 Rp. 12.000
Angkot dalam Kota                          Rp. 4.000 Jauh-Dekat
Perahu Klotok LokBaintan               Rp. 150.000 Sewa Kapasitas 10 orang

Friday, November 8, 2013

Off Duty Transit to Toba Lake, Sipiso Piso Waterfall and Berastagi 6-7 Nov 2013

Pendahuluan

Alkisah, pada hari terakhir menjalankan tugas Saya bersama Supervisor akan meninggalkan tempat ini untuk menjalankan hari libur kami. Setelah segala administrasi dan laporan tuntas saat malam hari kami telah bersiap untuk menuju Bandara. Namun, apa boleh dikata ternyata tiket untuk kepulangan Pak Mandor (panggilan gaul kami kepada pemimpin tertinggi di tempat kerja) belum ada sebab info dari bagian ticketing kantor pusat terkendala hari libur panjang. Akhirnya Saya pun memutuskan pergi sendiri tanpa sang Mandor sebab mau jalan-jalan dulu. Diantar oleh supir menggunakan kendaraan operasional menuju Stasiun Kereta Marbau selama 1 jam perjalanan dikarenakan bentuk daripada jalanan yang tidak menyenangkan. Tiba diloket, beli tiket kelas Bisnis seharga 90,000.00 Rupiah (Eksekutif 125,000.00 Rupiah yah) dengan keberangkatan pukul 00.15 waktu Sumatera Utara.

Perjalanan Menuju dan Danau  (Toba 06 November 2013)

Kereta tiba dari Stasiun Rantau Prapat dan berangkat tepat waktu dari Stasiun Marbau dengan tujuan Stasiun Besar Medan. Namun, tujuan pemberhentian Saya adalah Stasiun Tebing Tinggi dan akan melanjutkan pencarian jalan agar bias sampai di Pulau Samosir. Dalam perjalanan Kereta Api Sribilah ini melakukan pemberhentian di beberapa Stasiun untuk menjemput para penumpang lainnya yang akan ikut bersama. Kenyamanan lumayan bergelombang melintasi landasan Rel Kereta di Sumatera Utara yang dimana gerbong-gerbongnya diderek oleh jenis Lokomotif BB-203. Akan tetapi masih nyaman Kereta daripada naik Travel Plat Hitam sesuai dengan pengalaman selama menjalankan tugas di Sumtera Utara.
Kereta Sribilah akhirnya tiba di Stasiun Tebing Tinggi pada pukul 04.00. Saya pun berjalan sekitar 2-3 KM menuju persimpangan jalan poros lintas arah Pematang Siantar/Parapat. Beberapa kali mobil jenis Avanza/Xenia Travel entah dari Medan mungkin menanyakan dan menawarkan jasa namun tujuan kami berbeda. Tak lama kemudian berhenti  Mitsubishi L-300 putih dengan tujuan Pematang Siantar dan Saya langsung naik . Tiba Pematang Siantar 06.00, langsung mendapatkan angkutan umum menuju Parapat jenis Izusu ELF. TIba Parapat, mampir sarapan dan kopi secangkir kemudian langsung naik Kapal penyeberangan Aji Bata tujuan Tomok. Lama waktu menyeberang hanya sekitar 30 menit dan Tiba di Tomok, langsung disambut oleh Bapak yang menawarkan jasa Ojek, Sewa Motor, Penginapan ke Tuk-Tuk dengan bahasa bahwa mereka terdaftar pada Dinas Pariwisata setempat. Oh, mampir dulu minum secangkir kopi lagi yang cukup kental serta manis.
Baiklah, setuju dengan tawaran naik Ojek ke Tuk-Tuk mencari penginapan untuk berteduh malam nanti. Sampai di Tuk-Tuk ditawarkan ke penginapan Saudara Bapak Ojek namun masih terlalu mahal dengan kondisi fasilitas serta kondisi lah. Putar-putar mencari keliling yang cocok penuh dan lainnya cukup mahal  akhirnya keputusan pada penginapan Bapak Simbolon dilantai 2. Terima kasih Bapak Ojek selanjutnya, sewa motor selama setengah hari sama penginapan untuk sedikit berkeliling menghafalkan jalanan di Pulau Samosir ini.
Setelah waktu menunjukkan pukul 12.00 siang, mari kita nyalakan mesin sepeda motor untuk melihat lihat sedikit waktu yang ada disini. Rute yang dilalui keluar dari semenanjung Tuk-Tuk setir putar kekanan menuju arah Pusuk Buhit (kalo kekiri balik lagi ke Tomok), sempat mampir makan siang di rumah makan BPK dan melanjutkan sampai Air Panas tepi Danau Toba ini dimana hujan mulai turun sehingga batal melanjutkan geber gas motor ke puncak Pusuk Buhit. Perjalanan dilalui sekitar 40an KM melewati beberapa spot wisata seperti pulau-pulau kecil, pantai pasir putih, kuburan khas Batak, Museum Batak dan lain-lain. Rencana mau telusuri jalan melewati jalur tengah yang ada Danau tapi terkendala hujan yang semakin deras disegala penjuru Pulau Samosir berdasakan pandangan mata. Maka keputusan memilih jalan berangkat dengan tujuan kembali ke penginapan. Dalam perjalanan sempat berhenti diwarung berjumpa sepasang kekasih asal Belanda dan minum secangkir Kopi lagi. Oleh karena hujan tak kunjung mereda, udara mendingin, langit menggelap diputuskan melanjutkan perjalanan menembus hujan dan dingin sampai basah kuyup sampai di penginapan.
Malam harinya cuaca masih hujan sehingga kondisi Tuk-Tuk cukup sepi. Makan malam pesan dari Ibu di penginapan ditemani sang Bapak yang sedang menyelesaikan pembuatan tempat tissue makan yang diukir kerajinan motif Batak. Setelah makan, sembari bercerita pengalaman sang Bapak, enaknya meneguk sebotol Tuak asli dari sini (sebotol saya sumbangkan) sampai mata ini redup dan badan menginginkan kasur empuk.
Noted: Lokasi Wisata disekitar Pulau Samosir sudah banyak panduannya (Tanya aja Om Gugel)


 

Matahari Pagi, Mencari Sipiso-Piso dan Tangga Perjuangan (07 November 2013)


Bangun pagi (tumben) melangkahkan kaki berjalan sehat menuju ke satu tempat untuk menikmati terbitnya matahari di Pulau Samosir. Pulang Pergi 6 KM tanpa perlu membayar ongkos dan kembali bersiap untuk melanjutkan perjalanan mencari jalan ke Air Terjun Sipiso Piso. Diantar Bapak Simbolon ke Terminal Kapal penyeberangan menuju Tiga Raja, Parapat. Kapal tersedia setiap jam, keberangkatanku jam 08.00 menuju Tiga Raja. Tiba di Tiga raja, lanjut berjalan sambil memanjakan mata sekeliling dan mencegat Bus tujuan Medan. Walaupun tujuan Medan tujuan Saya turun adalah Pematang Siantar. Di Pematang Siantar ada beberapa Bechak Motor yang masih terjaga sampai sekarang menggunakan Motor buatan Jerman dan hanya ada disini (kecuali kolektor motor antik). Singgah makan siang di rumah makan Khas Batak dan melanjutkan menupang angkutan ELF tujuan Kabanjahe tapi jangan lupa katakan minta turun di simpang Situnggaling (Air Terjun).
Perjalanan sekitar 1 jam lebih tiba saat hujan turun pun langsung naik Bechak (Ojeck) menuju pintu masuk ke Air Terjun Sipiso Piso. Sang pengemudi Bechak bablas sehingga bebas biaya restribusi pengunjung buat saya. Cuaca masih hujan untuk turun ke Air Terjun, namun dari atas sini pun bias langsung menikmati penampakan secara utuh Air Terjun serta sedikit view Danau Toba. Setelah secangkir Kopi hangat habis Saya langsung mencoba jalan turun menuju arah jatuhnya air dari atas. Sempat berjumpa dengan beberapa pasangan yang hendak naik kembali pulang, Saya tiba di dasar jatuhnya sang air dengan kondisi sendirian tanpa ada pengunjung dibawah sini. Nah ini perjuangan menaiki tangga yang Saya tapaki saat turun tadi maka dianjurkan persiapkan fisik dan nafas cadangan atau apabila tidak mampu mendingan tidak usah turun kebawah sini. Sampai diatas terlihat awan kabut langsung menutupi daera sekitar Air Terjun ini, mungkin menunggu Saya terakhir sampai dahulu kali yah. 






 


 Menumpang sedikit dan Taman Wisata Lumbini tutup

Berjalanan saat hujan rintik-rintik sampai di pintu masuk menumpang kendaraan yang keluar membawa tamu asal Johor Malaysia. Dari simpang Situnggaling mencegat angkutan umum ELF tujuan Kabanjahe dan tidak lupa kata kunci minta turunkan di tempat angkutan umum yang mau ke Berastagi. Jarak tidak sampai 20 KM dilahap gas penuh oleh Pak Supir di Tanah Karo ini. Tiba di Kabanjahe turun dan naik lagi angkutan umum Warna Kuning tujuan Berastagi, kali ini sang angkot berjalan cukup santai namun ingat udara disini dingin loh. Nah, Berastagi ini bias dikata kalo warga Jakarta liburan ke Puncak, warga Medan liburan ke Berastagi yang letaknya di pegunungan, dingin, banyak Villa tapi kok belum jumpa yang pake kupluk dan senter yak. Tiba di Taman Wisata Lumbini yang juga dikenal warga setempat dengan sebutan Pagoda. Tapia apa daya perjuangan hujan serta cuaca dingin disambut dengan sudah tutupnya untuk wisatawan sebab waktu berkunjung telah selesai. Baiklah, nikmati saja dari luar dan kembali mencari jalan menuju kota Medan.


 Medan, Angkot dan Jumpa Teman

Kembali ke jalan poros Berastagi ditengah hujan rintik-rintik serta angin dingin menerpa mendapati Bus Tujuan Medan yang lewat dengan sekejap. Duduk dibelakang Bus menuruni jalanan berliku, supir yang memacu turunan jalanan serta diiringi music khas Karo. Tanpa teras sudah memasuki kota Medan dan seluruh penumpang diturunkan di perempatan ring-road bukan ke Terminal Amplas. Dari sinii bertanya ke warga sekitar mendapati Angkot tujuan Belawan yang melalui Lapangan Merdeka. Dari lapangan Merdeka berjalan kaki dan menjumpai teman dan makan malam bersama disalah satu Coffee Shop sampai larut malam.

JNE, Bolu Meranti dan Kuala Namu Airport (08 November 2013)

Pagi hari ini bersiap kembali menuju Jakarta. Namun ada beberapa hal dahulu yang harus dilakukan dan belanja. Kirim Dokumen ke JNE yang terbawa oleh Saya, membeli Bolu Meranti di Jalan Sisingamangaraja dan Saya diantar ke Terminal Amplas untuk menumpang Bus Damri tujuan Kuala Namu. Berangkat ke Bandara sedikit lebih cepat sebab bersama teman asal Belanda (campuran Indonesia) yang akan terbang ke pulau Dewata. Tidak lebih dari 1 jam Bus sudah tiba di Bandara sebab lalu-lintas siang ini cukup lancer dan proses check-in pun dilakukan.

Summary Biaya Perjalanan:
Tebing Tinggi                  à Pematang Siantar           Rp. 15,000
Pematang Siantar            à Ajibata, Parapat             Rp. 10,000
Ajibata, Parapat              à Tomok                           Rp.   6,000
Penginapan di Tuk-Tuk                                              Rp. 80,000 (pastikan ditawar dahulu)
Sewa Motor ½ hari                                                    Rp. 50,000 (tawar)
Tuk-Tuk                         à Tiga Raja, Parapat         Rp. 10,000
Parapat                           à Pematang Siantar           Rp. 10,000
Pematang Siantar             à Situnggaling                   Rp. 18,000
Situnggaling                      à Sipiso Piso                    Rp. 10,000
Biaya Retribusi Sipiso Piso                                         Rp. 0           (Ojek nyelonong)
Situnggaling                      à Kabanjahe                    Rp.   6,000
Kabanjahe                       à Berastagi                       Rp.   6,000
Berastagi                         à Medan                           Rp. 15,000




Friday, September 6, 2013

KM. Tilongkabila, Lay Down at Gili Trawangan Island and Back to Bali 2-6 Aug 2013


Berlayar bersama KM. Tilongkabila menuju Lombok (01 August 2013)

Saatnya meninggalkan Kota Labuan Bajo Pulau Flores dengan menumpang Kapal PELNI KM. Tilongkabila. Kapal yang direncanakan tiba dini hari dan berangkat 06.00 pagi terlambat diakibatkan proses loading yang lama di Pelabuhan sebelumnya serta menurut para penumpang dan awak kapal sempat terjadi kerusakan pada water balancing sehingga terlambat tiba di Labuan Bajo. Kapal ini baru tiba di Labuan Bajo pukul 10.00 dan berangkat pada pukul 12.00 siang hari dengan penumpang penuh sampai diluar deck sehingga kami menggelar tikar di deck-7 bagian belakang dekat Cafetaria. Tempatnya agak kotor sebab sempat dihuni oleh penumpang sebelumnya yang telah turun dan kami dibantu oleh karyawan Cafetaria. Dan ternyata karyawan Cafetaria seorang sekampung dengan Saya asal Tondano Minahasa serta ada lagi masih saudara sekampung. Malam harinya sekitar pukul 19.00 Kapal ini tiba transit di Pelabuhan Bima Pulau Sumbawa Nusa Tenggara Barat dan sedikit masukan dari penumpang lainnya pbila ingin membeli makanan dari penjual dipelabuhan ini agar jangan asal beli makanan dicek dahulu sebab sering sudah tidak layak juga minuman yang isinya tidak asli lagi. Sekitar 1 jam lebih transit Kapal ini melanjutkan perjalanan menuju Ampenan/Lembar.

Berlabuh di Pelabuhan Ampenan/Lembar dan arah tujuan Pulau Gili (02 August 2013)

Setelah lebih dari 18 jam berlayar dari Bima akhirnya Kapal yang kami tumpangi berhasil bersandar di Pelabuhan Lembar Pulau Lombok Nusa Tenggara Barat. Oh iyah, sebelum tiba kami sempat berkenalan dengan anggota TNI Korps Marinir yang bertugas ikut menjaga keamanan kapal ini. Dan kami melakukan foto bersama sampai narsis dengansenjata milik Pak Marinir jenis SS1 bisa dilipat loh. Setelah jalan untuk turun agak lenggang, kami berpamita dengan saudara serta teman yang kami kenal diatas kapal untuk melanjutkan perjalanan ke pulau Gili. Saat keluar Teminal aka nada banyak yang menawarkan jasa transportasi dan harganya bisa lebih dari normal apalagi bukan warga local. Berjumpa lagi dengan teman asal Makassar yang sedang dalam road show pribadi dalam rangka suksesi sebagai salah satu dari peserta acara reality show I AM PRESIDENT yang dibuat oleh Berita Satu. Diapun akhirnya ikut dengan kami menuju pulau Gili padahal tadinya dia sudah mau pergi ke Kota Mataram bersama dengan seorang pedagang aksesoris naik ojek. Kami bertiga keluar dari areal terminal dan mendapatkan angkutan umum menuju Terminal Mandalika Kota Mataram dengan sedikit menawar dahulu supaya tidak kena harga yang tidak masuk akal. Dari Terminal Mandalika makan siang dahulu dan menemukan angkutan umum jenis ELF dengan tujuan Lombok Utara sedangkan kami akan diturunkan di perempatan menuju Pelabuhan Bangsal. Berjalan dari perempatan menuju Pelabuhan Bangsal lebih dari 1 KM akan banyak ditawari Taxi serta Cidomo menuju Pelabuhan. Di Pelabuhan Bangsal terdapat loket resmi menuju ke tiga pulau Gili dengan harga resmi juga setiap pemberangkatan akan diumumkan apabila sudah mencapai kuota penumpang untuk berangkat. Di Gili Trawangan banyak terdapat penginapan yang cukup murah dan terdapat fasilitas Wi-Fi, jangan lupa lakukan penawaran terlebih dahulu apabila ingin menginap di penginapan. Reservasi tawar menawar kami dapatkan di Padanta Guest House sore ini sampai dengan kami pulang.

Santai di Pulau Gili Trawangan (02-06 August 213)

Pulau Gili Trawangan adalah Pulau berukuran 3 KM panjang dan 2 KM lebar jadi cukuplah bisa berkeliling pulau ini berjalan kaki, menyewa sepeda. Saat ini sudah sangat terkenal jadi sudah banyak referensi apa saja yang ada di pulau ini bagi para wisatawan. Aktifitas yang kami lakukan selama di Pulu ini hanya bersantai seperti menikmati matahari terbit, santai menanti mataari terbenam, berenang di pantai, berkeliling pulau, serta malam harinya menikmati kehidupan malam sembari menemukan teman baru. Sempat juga kedatangan teman asal Jakarta bersama temannya asal Rusia yang baik hatinya. Kami jalan bersama selama mereka berada dipulau ini jugasempat menikmati Hotel berbintang yang cukup mahal bagi pelancong Backpacker. Apabila ingin mencari warung yag murah, banyak terdapat dibagian dalam kampong. Nah disini harga yang mereka berikan untuk orang asing akan lebih mahal daripada wisatawan local jadi silahkan bertanya dahulu agar tidak diberi harga cukup mahal. Malam terakhir sebelum meninggalkan Pulau ini kami bersama teman asal Inggris yang hobi menyelam dan asal Kanada yang berprofesi Film Maker menikmati kehidupan malam sampai larut walaupun kurang begitu meriah sebab masih dalam bulan puasa bagi umat Muslim.

Tragedi Check-Out, truck dan Pulau Dewata (06 August 2013)

Pagi harinya setelah sarapan, kami check-out dan juga menyelesaikan biaya administrasi penginapan. Namun, kagetnya kami saat membayar dari pihak penginapan mengatakaan biaya menginap adalah 150,000 rupiah per malam padahal pada waktu pertama deal adalah 100,000 rupiah. Ini tidak boleh terjadi kawan, mereka mencoba mencari celah keuntungan tidak sesuai dengan kesepakatan. Kamipun tetap bertahan sampai pihak penginapan setuju dengan muka yang kurang bersahabat sama sekali. Ini menjadi salah satu referensi penginapan PADANTA GUSETHOUSE yang kurang bagus dari segi kepercayaan walaupun dari awal pelayanannya cukup baik. Lanjut berjalan ke Pelabuhan, menyeberang menuju Pelabuhan Bangsal, menumpang angkutan umum menuju Terminal Mandalika. Dari Terminal Mandalika kita akan kebingungan mencari angkutan umum menuju Pelabuhan Lembar maka dianjurkn bertanya dan bertanya harga tarif. Di Pelabuhan Bangsal kita akan disambut oleh para calo menawarkan jasa tiket Ferry, sebaiknya langsung saja ke Loket Resmi ASDP. Lama perjalanan menyeberang Ferry ini selama 5 Jam, lebih lama 1 jam oleh sebab antrian kapal untuk bersandar dipelabuhan Padang Bai.
Dari dalam kapal Ferry kami mendapatkan tumpangan menggunakan Truk yang membawa Kelapa Muda dari Bajawa Flores yang akan dijual diBali. Dan kami diturunkan di pertigaan ringroad dan dijemput oleh ketiga teman kami menggunakan sepeda motor. Setelah tiba dikost teman dan saatnya istirahat.

Biaya Perjalanan tercatat:
Labuan Bajo                       à Ampenan/Lembar     KM. Tilongkabila               Rp. 152,000
Pelabuhan Lembar              à Terminal Mandalika                                            Rp.   10,000
Terminal Mandalika            à Pelabuhan Bangsal  (Pemenang)                          Rp.   15,000
Pelabuhan Bangsal              à Gili Trawangan                                                    Rp.   13,000
Padanta Guesthouse, Gili Trawangan                                                                   Rp. 100,000
Pelabuhan Bangsal              à Pelabuhan Padang Bai (ASDP Ferry)                   Rp.   40,000
Pelabuhan Padang Bai        à Denpasar                                                             Rp. Hitchhike

Thursday, August 1, 2013

Berjumpa dengan Komodo di Pulau Rinca dan Bermain Air di Pulau Kelor 31 August 2013

Baiklah, Pagi ini kami berkumpul pukul 07.00 pagi di Fun Fun Trip. Bagi yang mau menyewa peralatan Snorkeling terdapat dibawah Kantor bagian penyewaan alat dengan harga terjangkau. Tepat pukul 08.00, kami sudah di Pelabuhan dan Kapal segera bergerak dikemudikan oleh 2 orang pemuda dengan tujuan Pulau Rinca. Perjalanan akan ditempuh kurang lebih 2 jam dan di Pulau Rinca kita dapat melihat secara langsung Sang Komodo yang begitu tersohor sampai keseluruh belahan dunia dimana Komodo ini oleh Organisasi 7 Wonder ditetapkan sebagai salah satu keajaiban Dunia. Dalam Trip kali ini terdapat Pria Jerman bersama anaknya, 2 pemuda asal Surabaya, seorang Ibu dari Jakarta dan Kami berdua.
Tiba di Pulau Rinca, kami langsung disambut oleh para Ranger yang akan menjadi guide selama berkeliling melihat Komodo. Kenapa langsung dijemput Ranger dan harus dipandu, karena Komodo ini sangat berbahaya apabila digigit oleh Komodo kita bisa meninggal karena racunnya. Sebelum melakukan tour kelililing setiap pengunjung harus melapor terlebih dahulu di Pos Penjagaan sebagai data juga membayar biaya masuk pengunjung (asing dan local beda harga) serta biaya guide Ranger. Setelah itu setiap pengunjung akan diberikan panduan oleh para Ranger sebelum berkeliling juga diberikan pilihan rute yang mau dijalani. Rute tersebut ada 3 yaitu rute pendek, menengah dan rute panjang.

Pilihan kami adalah kombinasi rute pendek dan rute menengah agar tidak membuang banyak waktu selama tour ini. Perjalanan dimulai dan kami langsung dihadapkan oleh para Komodo yang cukup banyak sedang berkumpul disekitar rumah dekat Pos masuk. Para Komodo ini disini karena mencium bau makanan sehingga mereka berkumpul dekat sini. Melanjutkan jalan menaiki bukit kami dikagetkan dengan seekor Komodo yang tersembunyi dan tidak terlihat oleh sang Ranger. Menurut kabar yang kami terima dari para Turis sebelumnya bahwa saat ini Komodo sedang dalam musim kawin dan kami beruntung masih bisa melihat Komodo yang berkeliaran bebas sebab dalam musim kawin Komodo cukup sulit untuk dijumpai. Sempat melihat ketempat Komodo bertelur namun tidak ada yang bertelur, melihat seekor Komodo besar berjalan menelusuri jalan trekking dan seekor Komodo kecil didepan kami sampai sampai kami mengikutinya cukup lama dari belakang. Setelah selesai trekking kami semua kembali ke Pos istirahat sejenak dan kembali ke Perahu untuk melanjutkan Snorkeling ke Pulau lainnya. Oh, selama trekking di Pulau Rinca ini travelmate Saya sangat takut ternyata pada siKomodo padahal dirinya sangat ingin melihat Komodo sampai Saya harus bersusah payah mencari tour yang sesuai dengan isi kantong kami. Takut digigit Komodo sampai matek…

Tujuan pulau selanjutnya adalah Pulau Bidadari namun karena arus laut tak bersahabat maka sesuai kesepakatan dan anjuran yang mengemudikan Perahu kami pindah menuju Pulau Kelor. Lama perjalanan dari Pulau RInca sekitar 1 jam tiba di Pulau Kelor. Dan dalam perjalanan kami makan siang bersama dimana sudah termasuk dalam biaya paket tour ini.  Prehau sandar di Pantai Pulau Kelor yang tidak begitu besar namun berpasir putih, terdapat Snorkeling spot, bisa naik keatas bukit dan mengabadikan foto dari atas bukit. Waktu menunjukkan pukul 16.00 dan kami pun bertolak kembali menuju Labuan Bajo, perjalanan ditempuh selama 1 jam. Kembali menuju Resto tempat kami menginap dan menikmati matahari terbenam begitu indah dari Rooftop tempat kami tinggal.
Disini terlihat beberapa turis asing naik keatas Rooftop membawa kamera mengabadikan matahari terbenam dari sini. Malam harinya kami berdua makan malam ikan bakar segar didekat Pelabuhan. Kembali beristirahat untuk melanjutkan tujuan destinasi kami berikutnya dengan menumpang Kapal Pelni KM. Tilongkabila.






Biaya-biaya:
1 day Trip Pulau Rinca dan Pulau Kelor plus Makan Siang                                Rp. 300,000
Tiket Masuk Pulau Rinca (Lokal)                                                                      Rp.     2,500
Biaya Pandu Ranger/Grup                                                                                 Rp.   50,000
Photo Non Komersial                                                                                       Rp.     5,000