Bersama teman seperjalan asal
Guadalajara, Mexico diantar teman menggunakan sepeda motor menuju pelabuhan
Benoa, Bali. Terhubungi juga akan berjumpa dengan kedua teman yang akan menaiki
KM. AWU bersama kami akan tetapi mereka akan turun di Pelabuhan Bima. Kapal
yang sedianya akan berangkat pukul 16.00 menjadi 18.00 oleh karena proses
bongkar muat barang yang banyak nampaknya. Diatas Kapal kami berempat menempati
lapak Deck-6 bagian belakang dekan Musholla beralaskan tikar sebab terlalu
banyak penumpang yang berebutan tempat tidur pada bagian kelas ekonomi. Kapal
berlayar selama 6 jam dan tiba transit 1 jam melakukan bongkar muat barang dan
penumpang di Pelabuhan Lembar, Lombok.
Kembali berlayar dengan tujuan
transit berikut adalah Pelabuhan Bima, Sumbawa dan bergabung seorang pemuda
asal Ende bersama kami. Selama kurang lebih 18 jam berlayar keesokan harinya
Kapal ini tiba sandar di Pelabuhan Bima pukul 19.00 dan kedua teman asal
Jakarta harus berpisah sebab mereka akan melanjutkan perjalanan ke Labuan Bajo
melalui jalur darat. Transit selama 1 jam lebih KM. AWU kembali melanjutkan
mengantar kami mengarungi lautan melewati pesisir Pulau Komodo akan tetapi
tidak jelas terlihat karena malam hari. Tujuan pemberhentian selanjutnya adalah
Pelabuhan Waingapu Pulau Sumba dan tiba di sekitar pelabuhan Waingapu pada hari
berikutnya pukul 12.00 siang akan tetapi beberapa kali kapal ini mau bersandar
selalu gagal. Sempat terjadi insiden menabrak Pelabuhan oleh karena angin serta
arus alur laut lumayan kencang sehingga Kapal ini harus melepas jangkar
menunggu arus reda selama 4 jam. Kapal berhasil sandar pada pukul 16.00 setelah
beberapa kali hamper terjadi insiden tabrakan dan karam. Setelah selesai
melakukan bongkar muat barang dan penumpang kapal ini melanjutkan perjalanan
menuju tujuan kami Kota Ende Pulau Flores. Dikapal ini kami juga mendapatkan
kenalan berasal Ende, Wolowaru serta wanita asal Perancis dkk.
Ende tempat kami tinggal
dan berkendara motor ke Gunung Kelimutu (27 July 2013)
Akhirnya Kapal yang kami
tumpangi ini tiba sandar dipelabuhan Ende pukul 03.00 subuh dan kami ditawari
oleh teman yang kenal dari kapal menginap dirumahnya juga saat pagi nanti akan
ikut bersama kami ke Gunung Kelimutu. Turun dari Kapal kami dijemput dengan
sepeda motor oleh adik teman kami. Sampai dirumahnya dan disambut oleh seisi
keluarga Bapa, Mama serta adik-adik menyapa sampai terkesima ada bule yang
datang. Bercerita sembari disuguhi kopi hangat menanti waktu pagi terang
sebelum kami berangkat menuju Gunung Kelimutu. Tepat pukul 06.00 pagi
menggunakan sepeda kami berempat menuju Desa Moni yaitu desa sebelum memasuki
Gunung Kelimutu. Perjalanan dar Ende ditempuh selama 2 jam melewati beberapa
jalan yang dalam perbaikan, desa serta masyarakat yang ramah sepanjang
perjalanan. Sampai didesa moni terlihat banyak turis asing dan sedikit sekali
turis local disini, kami menyempatkan belanja snack serta air minum kemudian
lanjut berkendara menuju Gunung. Sebelum sampai di area parkir kita akan
menemukan pos tempat melapor untuk memasuki kawasan Gunung Kelimutu. Pos ini
kita harus membayar retribusi masuk orang, kendaraan serta perlengkapan untuk
foto.
Gunung Kelimutu merupakan gabungan
kata dari ‘Keli” yang berarti Gunung dan kata ‘Mutu” yang berarti mendidih.
Gunung ini memiliki 3 buah kawah yang kita kenal Danau Tiga Warna dimana warna
dari kawah ini selalu berubah warna seiring dengan terjadinya aktivitas dari
kawah tersebut. Namun bagi masyarakat lokal ketiga Kawah Danau ini memiliki
arti sendiri. Kami berempat menikmati keindahan dari ketiga Danau kawah ini
sembari berfoto juga beristirahat. Gunung ini juga terdapat Monyet jenis Macaca
Fascicularis ekor panjang yang cukup banyak, dengan adanya Monyet ini
menandakan bahwa Gunung ini aman untuk dikunjungi untuk wisatawan. Setelah itu
kami melanjutkan perjalanan kembali ke Kota Ende sehubungan dengan cuaca diatas
Gunung ini mulai tak bersahabat. Dalam perjalanan kami sempat belanja sayuran
untuk dibawa pulang kerumah, Saya dan adik teman mampir melihat sebuah rumah
adat yang masih digunakan masyarakat setempat melakukan upacara tertentu.
Tiba dirumah sudah sore dan
kami dianjurkan untuk menginap sebab akan susah mendapatkan angkutan umum
menuju Bajawa. Sore ini kami melihat sekeliling ditempat tinggal teman,
anak-anak bergotong royong mengangkut bebatuan untuk membuat rumah, melihat
pemandangan pulau Ende Kecil dari bukit sampai malam harinya makan bersama
anak-anak yang bekerja gotong royong sore tadi. Menikmati makan malam ikan
laut, pisang rebus serta minum Sopi walaupun sederhana namun kebersamaan yang
terjalin menjadi keluarga begitu indah disini.
Terima Kasih Keluarga Ende,
Menuju Bajawa dan Menginap di Desa Wisata Bena (28 July 2013)
Pagi hari menyongsong kami
disuguhi sarapan dan minuman kapi hangat serta harus berpamitan dari Keluarga
teman kami yang sangat ramah. Terima kasih teman, Bapa, Ibu dan ke sepuluh adik
atas jamuan yang tak akan kami lupakan. Dari terminal kami menumpang Bus tujuan
Bajawa dengan diiringi musik hiphop RnB mengantar selama perjalanan 4 jam
ditempuh dengan santai melewati jalanan berliku liku khas Pulau Flores. Tiba di
Bajawa tepat pukul 12.00 siang hari, kami mampir makan siang diwarung dan
melanjutkan menemukan angkutan umum yang dapat membawa kami menuju Desa Bena.
Namun, hari semakin sore kami tidak mendapati angkutan umum sebab menurut kabar
info yang Saya dapat angkutan tersebut hanya ada sampai pukul 14.00. Tidak
putus asa pukul 15.30 kami mendapatkan tumpangan mobil pick-up yang akan menuju
Jereebu melewati Desa Bena.
Ubi Goreng dan Kopi pagi
hari kami menuju Kota Ruteng serta Jumpa kembali KG (29 July 2013)
Mentari pagi menyambut
menyinari Desa dibawah kaki Gunung Inerie. Santai menikmati udara pagi yang
masih dingin terasa kami disuguhi sarapan Ubi Goreng dengan kopi hangat.
Makanan sederhana yang bisa mengingatkan kembali sewaktu masa kecil dikampung
halaman. Waktu berjalan terus namun
belum ada angkutan umum yang lewat menuju Bajawa sehungga kami memutuskan
pamitan kepada Keluarga Mama Maria sambil berjalan menikmati jalan desa
sekitar. Tak lama berjalan kami mendapatkan tumpangan menuju Bajawa. Tiba di Bajawa
kami memutuskan mengisi dahulu kebutuhan dalam perut sebab angkutan umum disini
tidak akan berhenti diwarung makan selama perjalanan. Pada saat kami makan,
kami ditawari oleh pengendara travel untuk menuju Ruteng dan menawar sampai
harga pas dikantong tepat pukul 12.00 siang kami berangkat.
Perjalanan dari Bajawa sampai
Ruteng kami tempuh selama 4 jam 30 menit. Travel yang kami tumpangi sempat
mampir disekitar Aimere untuk memperbaiki rem kendaraan. Oh iyah, Aimere ini
banyak menjual minuman khas bernama Sopi disepanjang jalan dan memiliki
beberapa harga sesuai dengan kadar alcohol yang terkandung didalamnya. Semakin
mendekati kota Ruteng sang supir kelihatannya sudah sangat mengantuk sehingga
beberapa kali bermanuver membuat ketidaknyamanan juga berbahaya. Setelah
beberapa kali kami menegur sang supir akhirnya ia mau digantikan oleh kami
untuk mengendarai mobil ini. Sebagai info supir ini telah berkendara dari
Maumere dan belum beristirahat penuh, hanya istirahat makan dan minum kopi saja
selama perjalanan. Tiba dikota Ruteng diantar travel kesalah satu restoran
dimana teman kami waktu dikapal sedang menunggu. Akirnya kami berjumpa kembali,
teman kami ini akan menuju Maumere dan kebetulan dihari yang sama masih di
Ruteng.
Setelah istirahat sejenak, kami
berjalan bersama mencari penginapan untuk kami berteduh malam ini diRuteng.
Sudah beberapa penginapan murh kami datangi tetapi kondisi penuh dan akhirnya
mendapati Hotel Ranaka pesan 1 kamar yang bisa kami tempati berempat. Makan
malam di rumah makan padang yang letaknya tak jauh dari hotel. Malam harinya
berempat dihotel minum Sopi yang saya bawa dari Bajawa sampai mata ini harus
istirahat.
Jalan Pagi ke Ruteng Pu’u,
Singgah di Cancar Spider Ricefield dan Labuan Bajo (30 July 2013)
Kami berempat bangun pagi hari
dan bersiap mencari lokasi letaknya Kampung Ruteng Pu’u yang menurut cerita
tempat awalnya tempat tinggal orang Manggarai. Kami berjalan kaki menuju tempat
tersebut sembari bertanya pada setiap warga local yang ditemui dijalan. Baru
berjalan setengah perjalanan kami merasakan ada panggilan kampong tengah
membutuhkan asupan makanan, maka kami menghampiri salah satu warung dan
menanyakan apakah bisa memasakkan Mie Instan pake telor. Dan sarapan pagi ini
adalah mie instan pakai telor diwarung yang sebenarnya tidak menjual makanan
masak. Perut sudah terasa sehat dan kami pun melanjutkan jalan pagi ini sampai
menemukan Ruteng Pu’u. Disini kami sempat duduk dan berbincang dengan keluarga
yang masih menempati tempat ini secara turun temurun sembari menikmati kopi
hangat dipagi hari. Kami kembali ke Hotel dan bersiap untuk berpisah dengan
kedua teman kami sebab mereka akan lanjut ke Maumere sedangkan kami akan menuju
Labuan Bajo.
Dari hotel kami berjalan ke
pusat kota untuk mendapatkan angkutan umum menuju Cancar sedianya akan melihat
persawahan yang apabila dilihat dari atas bukit menyerupai sarang laba-laba.
Sesuai dengan pesan teman agar membelikan snack untuk diberikan kepada keluarga
yang pernah dia tinggali dimana keluarga tersebut tinggal tidak jauh dari
Cancar. Lama perjalanan sekitar 30 menitan kami tiba diperempatan menuju
Cancar, namun kami mampir dahulu kerumah keluarga Mama Piara teman saya dahulu.
Setelah bercakap-cakap cukup panjang lebar mengenai waktu teman saya tinggal
disini kami diantar salah satu anak Mama menuju Cancar. Berjalan tak jauh dari
rumah, membayar sejumlah donasi kami menaiki bukit dan memandang dari atas
sawah yang menyerupai sarang laba-laba. Bentuk ini terjadi berdasarkan
perhitungan secara adat kepada masing-masing keluarga secara adil. Kembali
turun kerumah, kami disuguhkan makan siang oleh Mama tak lupa juga diberikan
sedikit kopi bubuk buatan sendiri kepada kami. Tak bisa lama-lama sehingga kami
harus segera beranjak untuk melanjutkan perjalanan.
Berhasil mendapatkan angkutan
umum jenis ELF dengan tujuan Labuan Bajo dengan tawar menawar ongkos terlebih
dahulu pukul 15.00. Perjalanan ditempuh selama 4 jam dan sesekali ada penumpang
naik turun juga berhenti untuk toilet umum bus tiba di Labuan Bajo pukul 19.00
malam hari. Berdasarkan beberapa referensi yang saya dapat, segera mencari para
penjual paket tour Komodo namun semua harga yang didapat belum sesuai dengan
dana kami. Akhirnya kami menuju sebuah Resto bersantai sambil mencari informasi
dimana kami bisa mendapatkan tour melihat Komodo sesuai dengan dana kami.
Sempat duduk didekat kami seorang Bapak yang bekerja disalah satu dive center
menawarkan untuk menginap ditempat beliau. Disini sempat kenal pemilik Resto
dan kami diberikan referensi menghubungi salah satu temannya yang mungkin bisa
memberikan paket tour sehari melihat Komodo dengan Dana yang terjangkau.
Setelah menghubungi Fun Fun Trip akhirnya mendapat kesepakatan dan besok
paginya kami akan berangkat melihat sang Komodo yang terkenal itu. Hari semakin
larut, kami mau berpamitan kepada pemilik resto ini dan kami ditawari untuk
menginap di rooftop apabila berkenan Rock’n’Roll tidurnya. Dan teman Saya
langsung menerima untuk menginap disini.
Berlanjut perjalanan melihat
Komodo di Pulau Rinca….
Biaya perjalanan tercatat:
Benoa, Bali à Ende, Flores (PELNI
KM. AWU) Rp. 281,000
Ende à
Gunung Kelimutu (Motor) Rp.
0
Gunung Kelimutu
(Lokal) Rp. 2,500
Penginapan Ende (rumah teman Jalan Perwira) Rp. 0
Ende à
Bajawa Rp. 60,000
Bajawa à
Desa Bena Rp.
0
Penginapan Desa Adat Bena Rp. 50,000
Desa Bena à Bajawa Rp.
0
Bajawa à
Ruteng (Travel Xenia) Rp. 60,000
Hotel Ranaka Ruteng (2 Single
Bed + 1 Superior Bed) Rp.
132,000/4 orang
Ruteng à
Cancar Rp. 5,000
Cancar à
Labuan Bajo Rp. 35,000
2 comments:
Woooow....borongan ni nulisnya....kl gw d pecah satu2 jd banyak ceritanya
Mbak Elvy, maklum namanya juga lazy jadi mumpung ada waktu dan niat yah borongan aja yah :)
Post a Comment