Wednesday, July 31, 2013

KM. AWU Sailing to Flores Island (Mt. Kelimutu, Bena Village, Ruteng Pu’u, Cancar Spider Rice Field and Labuan Bajo

Dari Pelabuhan Benoa berlayar dengan Kapal KM. AWU PELNI (24-26 July 2013)

Bersama teman seperjalan asal Guadalajara, Mexico diantar teman menggunakan sepeda motor menuju pelabuhan Benoa, Bali. Terhubungi juga akan berjumpa dengan kedua teman yang akan menaiki KM. AWU bersama kami akan tetapi mereka akan turun di Pelabuhan Bima. Kapal yang sedianya akan berangkat pukul 16.00 menjadi 18.00 oleh karena proses bongkar muat barang yang banyak nampaknya. Diatas Kapal kami berempat menempati lapak Deck-6 bagian belakang dekan Musholla beralaskan tikar sebab terlalu banyak penumpang yang berebutan tempat tidur pada bagian kelas ekonomi. Kapal berlayar selama 6 jam dan tiba transit 1 jam melakukan bongkar muat barang dan penumpang di Pelabuhan Lembar, Lombok.
Kembali berlayar dengan tujuan transit berikut adalah Pelabuhan Bima, Sumbawa dan bergabung seorang pemuda asal Ende bersama kami. Selama kurang lebih 18 jam berlayar keesokan harinya Kapal ini tiba sandar di Pelabuhan Bima pukul 19.00 dan kedua teman asal Jakarta harus berpisah sebab mereka akan melanjutkan perjalanan ke Labuan Bajo melalui jalur darat. Transit selama 1 jam lebih KM. AWU kembali melanjutkan mengantar kami mengarungi lautan melewati pesisir Pulau Komodo akan tetapi tidak jelas terlihat karena malam hari. Tujuan pemberhentian selanjutnya adalah Pelabuhan Waingapu Pulau Sumba dan tiba di sekitar pelabuhan Waingapu pada hari berikutnya pukul 12.00 siang akan tetapi beberapa kali kapal ini mau bersandar selalu gagal. Sempat terjadi insiden menabrak Pelabuhan oleh karena angin serta arus alur laut lumayan kencang sehingga Kapal ini harus melepas jangkar menunggu arus reda selama 4 jam. Kapal berhasil sandar pada pukul 16.00 setelah beberapa kali hamper terjadi insiden tabrakan dan karam. Setelah selesai melakukan bongkar muat barang dan penumpang kapal ini melanjutkan perjalanan menuju tujuan kami Kota Ende Pulau Flores. Dikapal ini kami juga mendapatkan kenalan berasal Ende, Wolowaru serta wanita asal Perancis dkk.

Ende tempat kami tinggal dan berkendara motor ke Gunung Kelimutu (27 July 2013)

Akhirnya Kapal yang kami tumpangi ini tiba sandar dipelabuhan Ende pukul 03.00 subuh dan kami ditawari oleh teman yang kenal dari kapal menginap dirumahnya juga saat pagi nanti akan ikut bersama kami ke Gunung Kelimutu. Turun dari Kapal kami dijemput dengan sepeda motor oleh adik teman kami. Sampai dirumahnya dan disambut oleh seisi keluarga Bapa, Mama serta adik-adik menyapa sampai terkesima ada bule yang datang. Bercerita sembari disuguhi kopi hangat menanti waktu pagi terang sebelum kami berangkat menuju Gunung Kelimutu. Tepat pukul 06.00 pagi menggunakan sepeda kami berempat menuju Desa Moni yaitu desa sebelum memasuki Gunung Kelimutu. Perjalanan dar Ende ditempuh selama 2 jam melewati beberapa jalan yang dalam perbaikan, desa serta masyarakat yang ramah sepanjang perjalanan. Sampai didesa moni terlihat banyak turis asing dan sedikit sekali turis local disini, kami menyempatkan belanja snack serta air minum kemudian lanjut berkendara menuju Gunung. Sebelum sampai di area parkir kita akan menemukan pos tempat melapor untuk memasuki kawasan Gunung Kelimutu. Pos ini kita harus membayar retribusi masuk orang, kendaraan serta perlengkapan untuk foto.
Gunung Kelimutu merupakan gabungan kata dari ‘Keli” yang berarti Gunung dan kata ‘Mutu” yang berarti mendidih. Gunung ini memiliki 3 buah kawah yang kita kenal Danau Tiga Warna dimana warna dari kawah ini selalu berubah warna seiring dengan terjadinya aktivitas dari kawah tersebut. Namun bagi masyarakat lokal ketiga Kawah Danau ini memiliki arti sendiri. Kami berempat menikmati keindahan dari ketiga Danau kawah ini sembari berfoto juga beristirahat. Gunung ini juga terdapat Monyet jenis Macaca Fascicularis ekor panjang yang cukup banyak, dengan adanya Monyet ini menandakan bahwa Gunung ini aman untuk dikunjungi untuk wisatawan. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan kembali ke Kota Ende sehubungan dengan cuaca diatas Gunung ini mulai tak bersahabat. Dalam perjalanan kami sempat belanja sayuran untuk dibawa pulang kerumah, Saya dan adik teman mampir melihat sebuah rumah adat yang masih digunakan masyarakat setempat melakukan upacara tertentu.
Tiba dirumah sudah sore dan kami dianjurkan untuk menginap sebab akan susah mendapatkan angkutan umum menuju Bajawa. Sore ini kami melihat sekeliling ditempat tinggal teman, anak-anak bergotong royong mengangkut bebatuan untuk membuat rumah, melihat pemandangan pulau Ende Kecil dari bukit sampai malam harinya makan bersama anak-anak yang bekerja gotong royong sore tadi. Menikmati makan malam ikan laut, pisang rebus serta minum Sopi walaupun sederhana namun kebersamaan yang terjalin menjadi keluarga begitu indah disini.

Terima Kasih Keluarga Ende, Menuju Bajawa dan Menginap di Desa Wisata Bena (28 July 2013)

Pagi hari menyongsong kami disuguhi sarapan dan minuman kapi hangat serta harus berpamitan dari Keluarga teman kami yang sangat ramah. Terima kasih teman, Bapa, Ibu dan ke sepuluh adik atas jamuan yang tak akan kami lupakan. Dari terminal kami menumpang Bus tujuan Bajawa dengan diiringi musik hiphop RnB mengantar selama perjalanan 4 jam ditempuh dengan santai melewati jalanan berliku liku khas Pulau Flores. Tiba di Bajawa tepat pukul 12.00 siang hari, kami mampir makan siang diwarung dan melanjutkan menemukan angkutan umum yang dapat membawa kami menuju Desa Bena. Namun, hari semakin sore kami tidak mendapati angkutan umum sebab menurut kabar info yang Saya dapat angkutan tersebut hanya ada sampai pukul 14.00. Tidak putus asa pukul 15.30 kami mendapatkan tumpangan mobil pick-up yang akan menuju Jereebu melewati Desa Bena.
Sampai di Desa Bena kami mengisi buku tamu serta memberikan sumbangan secara sukarela untuk membantu masyarakat Desa ini menjaga kelestarian Desa Adat ini. Pengunjung juga dapat menginap pada setiap rumah sesuai dengan pilihan pengunjung dengan membayar kepada pihak tuan rumah sesuai dengan niilai yang sudah ditentukan dan itu diluar biaya makan setiap pengunjung. Setelah berkeliling didesa Adat ini kami memutuskan untuk menginap semalam dan kami akan tinggal dirumah Mama Maria. Mama Maria seorang Janda yang telah ditinggal oleh sang Suami berpulang kerumah Bapa disurga 2 tahun lalu memiliki 3 orang anak. Dirumah ini tinggal bersama seorang anak anak dan orangtua mertuanya. Malam harinya kami banyak bercerita sama Mama mengenai keluarga, desa, serta perjalanan kami sampai disini.

Ubi Goreng dan Kopi pagi hari kami menuju Kota Ruteng serta Jumpa kembali KG (29 July 2013) 
Mentari pagi menyambut menyinari Desa dibawah kaki Gunung Inerie. Santai menikmati udara pagi yang masih dingin terasa kami disuguhi sarapan Ubi Goreng dengan kopi hangat. Makanan sederhana yang bisa mengingatkan kembali sewaktu masa kecil dikampung halaman.  Waktu berjalan terus namun belum ada angkutan umum yang lewat menuju Bajawa sehungga kami memutuskan pamitan kepada Keluarga Mama Maria sambil berjalan menikmati jalan desa sekitar. Tak lama berjalan kami mendapatkan tumpangan menuju Bajawa. Tiba di Bajawa kami memutuskan mengisi dahulu kebutuhan dalam perut sebab angkutan umum disini tidak akan berhenti diwarung makan selama perjalanan. Pada saat kami makan, kami ditawari oleh pengendara travel untuk menuju Ruteng dan menawar sampai harga pas dikantong tepat pukul 12.00 siang kami berangkat.
Perjalanan dari Bajawa sampai Ruteng kami tempuh selama 4 jam 30 menit. Travel yang kami tumpangi sempat mampir disekitar Aimere untuk memperbaiki rem kendaraan. Oh iyah, Aimere ini banyak menjual minuman khas bernama Sopi disepanjang jalan dan memiliki beberapa harga sesuai dengan kadar alcohol yang terkandung didalamnya. Semakin mendekati kota Ruteng sang supir kelihatannya sudah sangat mengantuk sehingga beberapa kali bermanuver membuat ketidaknyamanan juga berbahaya. Setelah beberapa kali kami menegur sang supir akhirnya ia mau digantikan oleh kami untuk mengendarai mobil ini. Sebagai info supir ini telah berkendara dari Maumere dan belum beristirahat penuh, hanya istirahat makan dan minum kopi saja selama perjalanan. Tiba dikota Ruteng diantar travel kesalah satu restoran dimana teman kami waktu dikapal sedang menunggu. Akirnya kami berjumpa kembali, teman kami ini akan menuju Maumere dan kebetulan dihari yang sama masih di Ruteng.
Setelah istirahat sejenak, kami berjalan bersama mencari penginapan untuk kami berteduh malam ini diRuteng. Sudah beberapa penginapan murh kami datangi tetapi kondisi penuh dan akhirnya mendapati Hotel Ranaka pesan 1 kamar yang bisa kami tempati berempat. Makan malam di rumah makan padang yang letaknya tak jauh dari hotel. Malam harinya berempat dihotel minum Sopi yang saya bawa dari Bajawa sampai mata ini harus istirahat.

Jalan Pagi ke Ruteng Pu’u, Singgah di Cancar Spider Ricefield dan Labuan Bajo (30 July 2013)

Kami berempat bangun pagi hari dan bersiap mencari lokasi letaknya Kampung Ruteng Pu’u yang menurut cerita tempat awalnya tempat tinggal orang Manggarai. Kami berjalan kaki menuju tempat tersebut sembari bertanya pada setiap warga local yang ditemui dijalan. Baru berjalan setengah perjalanan kami merasakan ada panggilan kampong tengah membutuhkan asupan makanan, maka kami menghampiri salah satu warung dan menanyakan apakah bisa memasakkan Mie Instan pake telor. Dan sarapan pagi ini adalah mie instan pakai telor diwarung yang sebenarnya tidak menjual makanan masak. Perut sudah terasa sehat dan kami pun melanjutkan jalan pagi ini sampai menemukan Ruteng Pu’u. Disini kami sempat duduk dan berbincang dengan keluarga yang masih menempati tempat ini secara turun temurun sembari menikmati kopi hangat dipagi hari. Kami kembali ke Hotel dan bersiap untuk berpisah dengan kedua teman kami sebab mereka akan lanjut ke Maumere sedangkan kami akan menuju Labuan Bajo.
Dari hotel kami berjalan ke pusat kota untuk mendapatkan angkutan umum menuju Cancar sedianya akan melihat persawahan yang apabila dilihat dari atas bukit menyerupai sarang laba-laba. Sesuai dengan pesan teman agar membelikan snack untuk diberikan kepada keluarga yang pernah dia tinggali dimana keluarga tersebut tinggal tidak jauh dari Cancar. Lama perjalanan sekitar 30 menitan kami tiba diperempatan menuju Cancar, namun kami mampir dahulu kerumah keluarga Mama Piara teman saya dahulu. Setelah bercakap-cakap cukup panjang lebar mengenai waktu teman saya tinggal disini kami diantar salah satu anak Mama menuju Cancar. Berjalan tak jauh dari rumah, membayar sejumlah donasi kami menaiki bukit dan memandang dari atas sawah yang menyerupai sarang laba-laba. Bentuk ini terjadi berdasarkan perhitungan secara adat kepada masing-masing keluarga secara adil. Kembali turun kerumah, kami disuguhkan makan siang oleh Mama tak lupa juga diberikan sedikit kopi bubuk buatan sendiri kepada kami. Tak bisa lama-lama sehingga kami harus segera beranjak untuk melanjutkan perjalanan.
Berhasil mendapatkan angkutan umum jenis ELF dengan tujuan Labuan Bajo dengan tawar menawar ongkos terlebih dahulu pukul 15.00. Perjalanan ditempuh selama 4 jam dan sesekali ada penumpang naik turun juga berhenti untuk toilet umum bus tiba di Labuan Bajo pukul 19.00 malam hari. Berdasarkan beberapa referensi yang saya dapat, segera mencari para penjual paket tour Komodo namun semua harga yang didapat belum sesuai dengan dana kami. Akhirnya kami menuju sebuah Resto bersantai sambil mencari informasi dimana kami bisa mendapatkan tour melihat Komodo sesuai dengan dana kami. Sempat duduk didekat kami seorang Bapak yang bekerja disalah satu dive center menawarkan untuk menginap ditempat beliau. Disini sempat kenal pemilik Resto dan kami diberikan referensi menghubungi salah satu temannya yang mungkin bisa memberikan paket tour sehari melihat Komodo dengan Dana yang terjangkau. Setelah menghubungi Fun Fun Trip akhirnya mendapat kesepakatan dan besok paginya kami akan berangkat melihat sang Komodo yang terkenal itu. Hari semakin larut, kami mau berpamitan kepada pemilik resto ini dan kami ditawari untuk menginap di rooftop apabila berkenan Rock’n’Roll tidurnya. Dan teman Saya langsung menerima untuk menginap disini.

Berlanjut perjalanan melihat Komodo di Pulau Rinca….

Biaya perjalanan tercatat:
Benoa, Bali                             à Ende, Flores (PELNI KM. AWU)        Rp. 281,000
Ende                                       à Gunung Kelimutu (Motor)                     Rp. 0
Gunung Kelimutu                  (Lokal)                                                         Rp.     2,500
Penginapan Ende                  (rumah teman Jalan Perwira)                         Rp. 0
Ende                                      à Bajawa                                                  Rp.   60,000
Bajawa                                  à Desa Bena                                             Rp. 0
Penginapan Desa Adat Bena                                                                     Rp.   50,000
Desa Bena                              à Bajawa                                                 Rp. 0
Bajawa                                   à Ruteng (Travel Xenia)                           Rp.   60,000
Hotel Ranaka Ruteng (2 Single Bed + 1 Superior Bed)                             Rp. 132,000/4 orang
Ruteng                                    à Cancar                                                 Rp.     5,000
Cancar                                   à Labuan Bajo                                         Rp.   35,000

2 comments:

Unknown said...

Woooow....borongan ni nulisnya....kl gw d pecah satu2 jd banyak ceritanya

Obeth Rumambi said...

Mbak Elvy, maklum namanya juga lazy jadi mumpung ada waktu dan niat yah borongan aja yah :)